Chapter 6

3K 421 11
                                    

Haiii~ Aku kembali dengan membawa chapter selanjutnya hihihihi. Tanpa berlama-lama selamat membacaaa. Jangan lupa untuk tinggalkan jejak kaliaan yaa :)

***

Aku menemani Bella selama di UGD sedangkan Charlie masih dalam perjalanan menuju rumah sakit. Ia benar-benar marah sekali ketika kuberitahu bahwa Bella nyaris saja tertabrak oleh mobil milik salah satu teman kami di sekolah. Aku tak henti-hentinya berusaha meyakinkan Charlie bahwa Bella baik-baik saja.

Seorang perawat sedang memeriksa tekanan darah di lengan Bella. Disamping kasur Bella aku melihat pemilik van biru itu—Tyler Crowler sedang dibalut perban bernoda darah dikepalanya. Tyler kelihatan jauh lebih parah dari yang kuduga, dan Ia tak henti-hentinya meminta maaf pada Bella.

" Aku tidak apa-apa Tyler. Kau terlihat jauh lebih parah, apa kau baik-baik saja?" namun Laki-laki itu justru mengabaikan perkataan Bella. " Aku pikir akan membunuhmu. Aku mengemudi terlalu cepat—dan semuanya terjadi begitu cepat.." ujar Tyler sambil meringis kesakitan karena lukanya yang sedang dibersihkan.

Tiba-tiba pintu ruang UGD terbuka dan Charlie bergegas masuk menghampiri kami. "Bella, apa kau baik-baik saja?" namun belum sempat Bella menjawab, dad langsung mengarahkan jari telunjuknya pada Tyler dengan tatapan membunuh. " Nanti kita bicara!"

" Apa kau terluka?" tanya Charlie pada Bella memeriksa seluruh tubuh Bella memastikan jika Bella benar-benar tidak terluka.

" Aku baik-baik saja Dad.. Calm down." Jawab Bella dan lagi-lagi laki-laki bernama Tyler itu kembali meminta maaf.

" Maafkan aku Bella, aku berusaha mengerem." Ujar Tyler lagi yang kembali meminta maaf kesekian kalinya.

" It's okay, Tyler." Jawab Bella lagi namun Charlie tidak setuju dengan ucapan Bella barusan.

" No. Dia akan mendapatkan ganjarannya." Geram Charlie. Aku memutar bola mataku dengan jengah melihat sikap Charlie yang kali ini terlalu berlebihan.

" –tapi aku baik-baik saja, Dad. Sungguh."

" Tapi kau bisa saja mati, kau tahu itu kan?" jawab Charlie lagi yang masih bersikeras dengan dramanya. Pintu ruang UGD terbuka kembali dan masuk seorang dokter yang masih muda dan berambut pirang. Ia memiliki wajah yang tampan dengan kulitnya berwarna pucat. Tanpa perlu mendeskripsikan lebih jauh lagi aku sudah tau siapa dokter yang kini berjalan menghampiri kami—dr. Cullen.

" Aku mendengar jika putri kepala polisi berada disini." Ujarnya dengan senyumnya yang lebar sambil memamerkan gigi putihnya.

" Dokter Cullen." Sapa Charlie.

" Charlie." Ia membalas menyapa. " Biar aku yang tangani." Sambung dr. Cullen pada perawat yang memeriksa Bella. Ia mengambil dokumen hasil pemeriksaan Bella dari tangan perawat tersebut.

" Isabella." Ujar dokter Cullen yang masih sibuk membaca dokumen yang berada ditangannya.

" Bella." Koreksi Bella yang tidak suka jika dipanggil dengan nama lengkapnya.

" Bella, sepertinya kau terbentur. Bagaimana perasaanmu?"

" I'm fine." Jawab Bella yang mulai bosan berulang kali mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

Kemudian dokter berambut pirang itu mengeluarkan sebuah senter kecil dari dalam saku jasnya. " Lihat kedepan ya." perintahnya pada Bella lalu mengarahkan senter pada kedua mata Bella.

" Ksu mungkin mengalami stress atau disorientasi pascatrauma, tetapi kondisi vitalmu baik. Tidak ada tanda-tanda cedera kepala. Aku rasa kau akan baik-baik saja." Lanjut dr Cullen sambil tersenyum.

Becoming Bella's Twin SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang