Chapter 22

1.2K 141 37
                                    

Hellooo. Udah lama nunggu ya? hehehe semoga kalian suka dengan chapter ini dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian yaa vote, komen, dan follow yaa biar aku semakin semangattt! Tanpa berlama-lama lagi, Happy Reading All :) <3

Chapter 22

Aku menghabiskan tiap akhir pekanku selama dua minggu dirumah Jacob menemani Bella seperti orang bodoh berharap aku akan bertemu dengan Paul. Sialnya aku tidak pernah bertemu dengan pria itu. Dia seperti menghilang. Padahal sebelumnya Ia selalu muncul mendadak dimanapun aku berada.

Harus kuakui ketika aku menghabiskan waktu bersama Paul kekhawatiranku seolah lenyap begitu saja. Seharusnya aku meminta nomor nya yang bisa kuhubungi jadi aku tidak perlu menunggunya seperti orang bodoh dirumah Jacob. Meminta nomornya pada Jacob? Itu ide yang sangat buruk. Namun aku melakukan ide yang lebih bodoh lagi dengan pergi ke pantai berharap Ia akan muncul—tapi nyatanya aku tidak bisa menemukannya. Aku berharap mungkin saja ia mau berteman dan menghabiskan waktu denganku sebagai seorang sahabat? Aku terkesan ingin memanfaatkannya, tapi aku benar-benar membutuhkannya sebagai morphinku.

Aku mulai khawatir karena suara yang muncul dikepalaku mulai menghilang sampai aku tidak mendengarnya lagi. Itu benar-benar membuatku panik. Aku berpikir keras untuk mencari aktivitas lain yang bisa memicu adrenalin hingga suara itu bisa muncul lagi.

Suara Bella membuyarkan lamunanku yang sedari tadi hanya duduk diam sambil berpikir di sofa ruang tv. Bella sedang kacau karena dua hari yang lalu sepulang kami menonton dibioskop dengan Bella, Jake, dan juga Mike tiba-tiba saja Jacob Black yang biasanya terlihat sangat sehat bugar itu sakit. Bella berusaha untuk menghubungi Jacob setelah itu namun Billy mengatakan bahwa Jacob tidak bisa menerima telepon untuk saat ini dan besoknya ketika Bella kembali menghubungi rumah keluarga Black nomor telepon mereka tidak bisa dihubungi. Benar-benar aneh.

"How is it, Dad?"tanya Bella pada Charlie yang baru saja menutup telepon rumah.

" Kata Harry saluran telepon rumah Billy bermasalah, itulah sebabnya teleponmu tidak nyambung." Jawab Charlie. " Jake dibawa ke dokter direservasi, kelihatannya dia sakit mono—dia kecapekan dan kata Billy dia tidak boleh ditengok."

" Hah?" kataku dan Bella berbarengan, kami sama-sama memasang ekspresi wajah tidak percaya dengan perkataan Billy.

Charlie mengangkat sebelah alis. " Sekarang kau jangan ikut campur, Bells. Billy tahu apa yang terbaik untuk Jake. Sebentar lagi juga dia sembuh kok dan bisa bertemu denganmu lagi." Bella hanya diam, sepertinya setuju dengan ucapan Charlie barusan.

Seminggu telah berlalu terasa begitu lambat, aku dan Bella sama-sama menggila dirumah. Bella tidak mendapatkan kabar dari Jacob dan aku yang kehilangan morphinku mulai kembali memasuki fase-fase kelam lagi. Aku merasa mudah cemas dan ketakutan, ditambah dengan lubang didadaku terasa lebih sering sakit setiap malam. Mimpi burukku terasa lebih menyeramkan dibandingkan sebelumnya.

Billy mengatakan pada Bella bahwa Jacob sudah sembuh tapi merasa tidak perlu untuk menghubungi Bella dan Jake yang bodoh itu justru pergi bersama dengan teman-temannya. Sementara Bella duduk dirumah melamun sepanjang hari memikirkan Jacob.

"Mungkinkah Jacob tidak mencintaiku lagi, Al?" tanya Bella ketika Ia sedang duduk diatas kasurku sedangkan aku menatap kosong ke layar laptop pemberian keluarga Cullen. Nama yang seharusnya tidak aku pikirkan bahkan tidak seharusya aku sebut itu membuat lukaku semakin sobek. Aku beranjak bangun dari kursi menepis rasa sakit dan kini duduk diatas kasur berhadapan dengan Bella. Bella membutuhkanku saat ini.

Aku menghela nafas. " Itu tidak mungkin Bells. Jacob tergila-gila padamu." Kataku, berusaha menghiburnya.

"—Tapi dia tidak berusaha menghubungiku, Al. Dia justru sedang pergi bersama teman-temannya. Aku harus kesana." Kata Bella yang tiba-tiba saja bangkit berdiri namun aku berhasil menahannya.

Becoming Bella's Twin SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang