170621
-24 November, 2013.
Daerah istimewa, Yogyakarta.Jena membuka lemari kecil yang berada disebelah kasurnya, ia mengobrak-ngabrik mencari sesuatu sampai semua isi dalam lemari itu berantakan dilantai.
Jena menghela napas pelan "Masa habis...?" ia pun keluar kamar dan beralih menuju kamar Jaemin.
Terlihat Jaemin yang sedang tertidur diatas kasur sambil menutup wajahnya dengan bantal, Jena pun membangunkan kembarannya itu.
"Jaem, Jaemin. Bangun dulu dong," Jena menggoyangkan tangan Jaemin pelan.
"Hm?" Jaemin langsung terbangun dan hanya bergumam, tapi tak merubah posisi tidurnya.
"Uang yang dikasih tante Wendy udah tinggal dikit... Kita bayar uang sekolah belum." ucap Jena.
Jaemin menyingkirkan bantal yang menutupi wajahnya dan duduk diatas kasur "Bulan ini Jisung belum bayar SPP sekolah, ta?" tanya Jaemin.
Jena menggeleng "Kita juga belum." sahut Jena.
"Sebentar," Jaemin turun dari kasurnya dan membuka lemari baju, ia mengambil sebuah amplop putih. Jaemin mengeluarkan beberapa lembar uang berjumlah lumayan banyak itu dan beralih menatap Jena.
"Ini uang yang pernah dikasih sama om Rangga, udah lama sih, cuman masih aku simpen." sahut Jaemin.
Jena menghela napas lega dan tersenyum tipis "Alhamdulillah, untung masih ada, ya... Aku kemarin habis di tagih sama wali kelasnya Jisung," ucap Jena.
Jaemin masih menatap rinci wajah Jena "Kamu panik? Jangan panik dulu dong... Nggak ada yang ngebuat kamu panik kok selama itu masih ada caranya, ya?" ucap Jaemin.
Jena mengangguk "Ya-aku mesti overthink duluan," sahutnya.
"Caranya sabar dulu, tenang... Liat-liat sekitar aja. Kalo kamu habis pikir kan bisa panggil aku," ucap Jaemin.
Jena mengangguk "Iya."
Jaemin tersenyum, ia menyodorkan beberapa lembar uang yang masih ia pegang tadi. "Ini suruh Jisung bayar uang sekolah besok, kita belakangan aja dulu. Yang penting duluin Jisung aja." ucap Jaemin.
***
25 November, 2013.
Daerah istimewa, Yogyakarta."Eh, uang sekolah belum." Jisung terlupa dengan suruhan Jena tadi untuk membayar uang sekolahnya. Jisung melirik jam dinding didalam kelasnya, lima menit lagi sudah harus masuk kelas.
Ia segera menghabiskan bekalnya dan menuju ruang TU untuk membayar spp.
"Permisi, Bu. Saya mau bayar uang sekolah bulan ini," sahut Jisung pada penjaga TU yang bertugas mengurus pembarayan spp.
"Atas nama siapa, mas?"
"Jisung Adhitama."
Pengurus TU itu mengecek data pada komputernya sedangkan Jisung menunggu. "Ehm Mas Jisung, ini atas nama Jisung Adhitama sudah dibayar sampai bulan depan ini," ucap pengurus TU.
Dahi Jisung mengkerut, ia terdiam. Siapa yang membayarnya?
"Ehm... Maaf, atas nama siapa ya, Bu? Yang membayar uang sekolah saya," tanya Jisung.
"Atas nama Ibu Rina."
Lagi-lagi Jisung terdiam, ia makin bingung.
"Mamanya Mas Jeno?" gumamnya.
***
Jaemin melangkah menuju ruang TU, ia akan membayar uang sekolah juga tapi untuk Jena dahulu. Untuk dirinya, ia akan menyusul jika uangnya sudah ada.
"Assalamualaikum, Bu. Saya mau membayar uang sekolah atas nama Jena Adhiana, ya?" salam Jaemin memasuki ruang TU.
"Waalaikumsallam, eh Jaemin sini dulu, nak. Ada yang mau ibu sampaikan, mumpung kamu disini." ucap penjaga TU.
Alis Jaemin terangkat sedikit, lantas ia langsung duduk dihadapan pengurus TU itu.
"Ada apa ya, Bu?" tanya Jaemin.
"Ini, Jaem, uang sekolah kamu sama kembaran kamu. Jena, sudah dibayar bulan ini dan bulan depan." sahutnya sambil melihat Jaemin.
Jaemin terkejut setelah pengurus TU itu berujar. "M-maaf, sama siapa ya, Bu?" tanya Jaemin.
"Atas nama ibu Rina, tadi sebelum istirahat ibu itu kesini untuk bayar uang sekolah kamu dan Jena dua bulan sekaligus," jelasnya.
"Mamanya Jeno..?" ucap Jaemin dalam hati daritadi.
Jaemin tersenyum paksa "Baik bu, kalau begitu, saya permisi dulu. Assalamualaikum." ucapnya berdiri dari duduknya.
"Iya waalaikumsallam."
Jaemin membalikkan badan dan keluar dari ruang TU dengan wajah datar "Jen, dia ngapain sih." gumamnya.
Baru saja dibicarakan, orang yang daritadi dipikirkan Jaemin pun sedang berjalan di koridor sekolah. "Eh Jaemin, dari mana-" Jeno menyapa Jaemin tapi yang disapa hanya menatapnya datar.
"Maksudmu apa, Jen?" tanya Jaemin masih datar.
Alis kiri Jeno terangkat sambil menatap bingung sahabatnya itu "Hah? Gimana?" tanya Jeno balik.
"Kamu ngapain bayarin uang sekolahku, Jen?! Aku bisa sendiri!" Jaemin meninggikan nada bicaranya, terdengar Jaemin benar-benar marah.
"J-jaem tenang dulu... Aku mau bantu kamu sama Jena," ucap Jeno berusaha menenangkan Jaemin.
"Enggak! Aku bisa sendiri, Jen! Gue tanya buat apa bayar uang sekolahku?" ujar Jaemin masih dengan nada marahnya.
"Jaemin?"
Mereka berdua kompak menoleh pada sumber suara, Jena datang bersama Renjun dan Haechan dibelakangnya. Takut jika Jaemin dan Jeno bertengkar karena sesuatu yang menjadi masalahnya.
"Jawab, Jen!" Jaemin terlihat tidak menghiraukan kedatangan Jena, Renjun dan Haechan yang masih bingung dengan mereka berdua.
"Aku mau bantu kamu, Jaemin! Itu aja!" jawab Jeno tegas. Suara mereka hingga menggema di sepanjang koridor tapi untungnya tak ada siswa yang lewat, hanya ada mereka.
"Inget Jen, aku nggak perlu dibantu selagi aku bisa. Aku bisa usaha sendiri!" Jaemin langsung meninggalkan kawan-kawannya itu.
Jeno menghela napas, menatap sekilas kawannya dan meninggalkan Jena, Renjun dan Haechan di koridor yang masih bergelut pada pikirannya masing-masing.
***
NIH AKU KASIH KAKAK JENO~
Dia bule nyasar ke Korea. Bungkus, bawa pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm just far away from home ✔
Fanfiction❛Dia yang sedang mengejar mimpi hingga harus jauh dari rumah.❜ 박지성 // ©-𝙝𝙚𝙣𝙙𝙧𝙖𝙖𝙧𝙧𝙮𝙮 2𝙊21.