32 : You Did Well

69 15 43
                                    

120821





















27 Agustus, 2019.
Daerah istimewa, Yogyakarta.

"Baik, Mas. Nanti kalau sudah ada kabar, saya hubungi Mas Jisung nya, ya."

"Oh iya, pak, terimakasih. Saya permisi dulu."

"Nggeh... Monggo."

(iya.. Silahkan)

Jisung keluar dari ruangan salah satu gedung percetakan itu dan menghampiri Chenle yang duduk menunggu diluar tadi.

Novel yang Jisung kerjakan sudah rampung dan tinggal ia kirimkan ke penerbit. Ia pun pergi ke penerbit untuk mengirim naskahnya.

Semoga kali ini ia berhasil, setelah dua kali mencoba dan ternyata itu gagal. Karena terlalu senang sampai bergumam sendiri dan kakinya yang jenjang itu sedikit melompat-lompat menuju Chenle.

"Udah? Gimana katanya?" tanya Chenle setelah Jisung masih berdiri didepannya yang sedang mengantungi ponselnya.

Jisung mengangguk kecil "Ya kaya biasa, tinggal nunggu aja sama penerbitnya nanti dikabarin." jawab Jisung.

Chenle beranjak dari duduknya dan merangkul sabahat nya itu "Ajiahh keren banget deh, pasti ntar kalo orang-orang baca cerita mu bakalan jadi panutan," ujar Chenle tersenyum hingga matanya membentuk seperti bulan sabit.

Jisung hanya tersenyum dan terkekeh, dalam hatinya ia mengaminkan ucapan Chenle.

***

Tiga bulan berlalu..

10 November, 2019.
Daerah istimewa, Yogyakarta.

Ponsel Jisung yang terletak di bantal sebelahnya itu berdering hingga menyentuh bantal saja susah terasa, tapi Jisung masih terlelap sambil tengkurap itu masih belum sadar.

Karena getaran dari ponselnya, ia langsung terbangun walaupun masih setengah sadar. Matanya yang sipit dibuat semakin sipit untuk melihat siapa penelpon itu.

Ia terkejut hingga refleks merubah posisinya menjadi duduk, ternyata karyawan yang bekerja di penerbit itu.

"Halo?"

"Halo selamat pagi, ini nomernya Mas Jisung, ya?"

"Ohh iya ini nomer saya kok, bapak.. Yang dari penerbit itu, ya?"

"Ah iya betul sekali, sebelumnya maaf kalau saya menelepon pagi-pagi seperti ini. Dan sebelumnya, maaf sekali jika baru dikabarkan sekarang. Soalnya penting dan harus langsung ngomong ke mas Jisungnya,"

"Iya, Pak. bagaimana novelnya?"

"Penerbit setuju sama cerita kamu, respon dia benar-benar sangat bagus. Dan atasan saya juga bilang, kalau novel kamu sudah dibukukan pasti itu langsung banyak yang minat,"

...

Jisung terkejut hingga menutup mulut dengan tangan kanannya, terkejut ditambah senang dan tidak nyangka bercampur aduk menjadi satu. Aslinya, dia masih setengah sadar.

"Jadi nanti Mas Jisung bisa ke kantor, ya? Buat tanda tangan dulu dan melihat cetak cover buku nya, itu bukti setuju saat menerbitkan buku."

"Iya, Pak. Baik. Ehm... Saya kesana jam berapa, ya?"

"Jam berapa saja bisa kok, sekarang juga bisa."

"Kalo begitu saya kesana sekarang, ya, Pak, jam sembilan."

I'm just far away from home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang