04 : They Talk About Us

138 32 102
                                    

130621.



Daerah Istimewa, Yogyakarta.
31 Oktober, 2013.

Jena dan Jaemin keluar dari angkot dan membayar ongkos angkot setelah mereka pulang sekolah. Si kembar itu akan berjalan dari tempat pemberhentian angkot itu dan menuju rumah, sedikit jauh sebenarnya— tapi Jaemin dan Jena sudah terbiasa.

Selama perjalanan pun Jaemin melemparkan candaan ke Jena sehingga membuat mereka tertawa. Mereka membicarakan tentang pelajaran yang kesukaan mereka hingga pelajaran tersusah.

Sampainya mereka dia komplek rumah, kadang kadang Jaemin dan Jena suka menyapa para tetangga saat mereka pulang kerja maupun yang sedang menemani anak-anak mereka saat diluar rumah.

Hingga saat itu secara tak sengaja, Jaemin mendengarkan pembicaraan ibu ibu saat membeli sayur didekat lapangan basket berada. Jaemin mendengar, ibu-ibu itu membicarakan tentang ketiga bersaudara itu.

Sebenarnya ini berberapa kali Jaemin mendengarnya tentang omongan tetangga. Dan... Kata-katanya cukup membuat Jaemin sedikit sakit, bahkan Jaemin mendengar ibu-ibu itu membicarakan Jaemin, Jena dan Jisung berasal dari—

'keluarga tak mampu'

Namun Jaemin hanya diam tidak ingin berbicara dengan ibu ibu itu, biarkan saja dia asik membicarakan kakak adik itu. Ini satu satu rahasia yang disembunyikan Jaemin dari Jena soal gibahan tetangga.

Jika Jena mengetahuinya... Antara tidak peduli dan sedikit risih. Jaemin tau, Jena orangnya suka sedikit panik jika ada yang membicarakan seperti itu dan menjadi memikirkan bagaimana dan bagaimana. Maka dari itu, Jaemin tak akan membicarakan kepada Jena.

Sudah, mari kita tinggalkan topik yang tadi.

Sampainya mereka didepan rumah, ternyata ada dua teman Jaemin yang sedang menunggu diluar rumah dengan masih memakai seragam sekolah.

"Loh kalian disini? Maaf ya baru dateng kita." Jena langsung membuka pintu pagar dan mempersilahkan teman temannya masuk.

Laki-laki berkata sipit itu tersenyum hingga membentuk seperti bulan sabit "Enggak papa kok, kita barusan aja." ucapnya, namanya Jeno.

"NENG JENAAAA, AA' HAECHAN IS KAMIINGGG POR YUUU~"

Mereka semua kompak menoleh dari arah luar, satu temannya lagi yang memanggil nama Jena. Ia Haechan, sosok yang selalu menjadi moodboster di pertemanan mereka. Memang Haechan sangat jahil, apalagi ia suka memanggil Jena dengan sebutan 'neng Jena', tapi itu tak masalah bagi Jena. Itulah Haechan.

Laki-laki bertubuh mungil itu memukul pundak Haechan sedikit keras dengan wajah kesalnya "Diem, jangan keras-keras! Ini diluar rumah!" ucapnya, namanya Renjun.

Haechan mengeluarkan wajah julidnya ke Renjun sambil memegang pundaknya "Ish ko dipukul atuh, Neng Jenaa sakiit huhuu," ucap Haechan dengan nada mengadu dan gelandotan di lengan tangan Jena.

"Bisa diam tidak?! Pangeran bersama prajurit mau masuk rumah!" ucap Jeno lalu memasuki rumah bersama Jaemin.

Oh ya, Jeno Renjun dan Haechan adalah tetangga Jaemin dan Jena sekaligus teman sekolah. Haechan dan Jeno yang berada tak jauh dari rumah Jaemin, tapi rumah Renjun yang sedikit jauh jaraknya, yaitu berada di komplek sebelah.

"Yeu," gerutu Haechan.

"CHAN! Ih! Itu kasian si Jenanya mbok malah gelandotan di tangannya, gelandotan di pohon aja sono biar ada temennya si monyet!" ucap Renjun melepaskan tangan Haechan dari lengan Jena.

I'm just far away from home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang