130821
—Silahkan sambil mendengarkan lagu, mau from home, coming home, beautiful time, atau dear dream. Suka-suka kalian ( ◜‿◝ )
15 November, 2019.
Daerah istimewa, Yogyakarta.Setelah sehari dimana Jisung menemukan rumah lama, ia menjadi semakin rindu. Ingin memasuki kedalam rumah itu juga, tapi juga Jisung tak tau. Ia hanya bisa memandangi dari luar tempat tinggal penuh kenangan itu yang enam tahun sudah ditinggalkan.
"Kak.. Boleh nanti kembali ke rumah kita lagi?"
Tepat pukul sebelas malam, Jaemin pulang dari rumah sakit. Keadaan sedang hujan deras, maunya tadi berteduh dulu didalam gedung rumah sakit. Tapi agar tak terlalu larut, Jaemin pun pulang dibawah hujan deras mengendarai motor.
Dengan rambut yang setengah basah itu memasuki rumah, Jaemin langsung membersihkan badannya dan makan malam karena ia belum sempat makan juga.
Begini memang... Jaemin suka terlambat makan hingga membuat perutnya mual terkadang, teringat tak ada lagi yang mengomeli dia saat terlambat makan.
"Aduh, mual." Gumamnya sambil mencuci piring selepas ia makan, lebih baik ia membuat teh hangat.
Oh iya, Jaemin hanya dirumah berdua dengan Jisung. Rangga dan Wendy sedang dirumah saudaranya untuk berberapa hari, ya tentu saja dua anak lanang ini tidak bisa ikut.
"Dek, kamu bilang tadi nemu rumah bapak sama ibu?"
Jisung mengangguk sambil merubah posisi tidurnya menghadap Jaemin "Tadi aku sama Chenle habis makan Bakmi Jawa.. Habis itu kita juga cari cemilan di pasar tradisional itu, 'kan. Dulu rumah bapak sama ibu kan juga dekat pasar itu." Jelas Jisung.
"Coba se.. Tak telpon tente Wendy, barang kali masih nyimpen kunci rumah bapak," Jaemin membuka ponselnya dan mencari kontak Wendy.
"Iya, Jaem. Tante masih nyimpen kunci rumah bapak sama ibu kamu."
"Ada di lemari Tante,"
"Oke, Te."
Merasa lega karena Wendy maish menyimpan kunci rumah bapak dan ibu.
"Kak.. boleh kita balik lagi ke rumah bapak sama ibu nggak? Aku gak suka ngelihat rumah itu sepi.. Nggak kaya dulu banyak temen Kak Jaemin yang mampir habis pulang sekolah, buat nasi goreng, nonton film."
Jaemin tersenyum tipis "Iya, besok kita kesana."
***
16 November, 2019.
Daerah istimewa, Yogyakarta.Jaemin memberhentikan motornya didepan rumah yang nampak sepi di siang hari itu, banyak sekali tanaman-tanaman liar yang menutupi permukaan.
Jaemin dan Jisung melepas helmnya, mereka mencoba membuka pagar rumah yang sudah lama sekali dikunci itu dan gembok yang terlihat berkarat.
Jisung mengintip dari jendela yang sudah kotor dan berdebu, tertampak jelas menuju ruang tamu.
Jaemin membuka pintu rumah bewarna cokelat itu dengan lebar, suasana sedikit pengap menyapa mereka berdua. Ubin-ubin rumah yang permukaannya sedikit tak terlihat lagi karena tertutup pasir itu.
Mereka melihat dapur rumah, masih sama dan tak ada yang berubah. Hanya saja dulu yang selalu melihat barang-barang di dapur.
Jaemin melangkah ke kamar lamanya, beberapa poster yang dulu menghiasi kamarnya sekarang sudah sedikit tercabut dan semuanya berdebu. Kasur yang ditinggalkan pun sepertinya sudah tak layak digunakan, hanya bisa di duduki.
Walaupun sedikit pengap, rasanya enggan untuk keluar lagi. Jaemin memandangi kamarnya beberapa saat dengan diam, biarkan dia berbicara sebanyak apa ia rindu dengan rumah ini.
Ia menemukan secarik kertas yang tergeletak di lantai,
Rumah... Tidak ada tempat ternyaman untuk beristirahat dan membuat kenangan, selain rumah kita.
—2014.
Tulisan tangan Jaemin yang rapi, ia menulis itu sebelum pindah ke rumah Wendy. Ya, sehari setelah Jena pergi.
Mari kita beralih ke Jisung, anak lanang itu masih berkeliling dirumahnya dari melihat dapur, ruang tamu. Kini, dia beralih pada pintu kamarnya.
Lagi-lagi udara pengap menyapanya saat membuka pintu, tapi sedikit terbantu karena ada sinar matahari yang memasuki dari celah jendela yang—sudah berlubang.
Disana masih ada kasur yang saban hari Jisung tidur disana, meja belajar pun masih ada. Hanya kedua itu yang berada dikamar Jisung.
Jisung mencoba duduk pada kursi meja belajar dari kayu itu, untungnya masih bisa diduduki. Ia terdiam menatap meja dimana ia belajar, menulis diary. Masih banyak sticky notes warna-warni yang tertempel di meja belajar itu, tentang jadwal sekolah, kalimat yang membuatnya semangat.
'ayo jisung! Kamu udah besar! Gak boleh nangis lagi! Kamu nggak sendiri, kamu masih punya kak Nana sama kak Jena.'
Beralih pada kasur, dimana Jena selalu duduk di pinggir ranjangnya untuk menemani Jisung agar tidur.
"Udah ayo tidur, kakak temenin sampai kamu tidur."
Mengelus surainya dengan lembut, yang membuatnya langsung terjun ke alam mimpi.
Kini, mereka kembali ke rumah. Asal mereka membuat cinta dan pengalaman manis, memori terputar di benak.
Di mana lagi kita bisa jalan-jalan dengan pakaian ala kadarnya, tanpa riasan, makan, nonton televisi atau mendengarkan musik dengan gaya 'amburadul' tanpa malu dikritik orang lain. Dengan syarat harus selesai mandi jika ingin bermain ke luar rumah, itu semua tak akan pernah terlupakan.
Kapanpun tiga bersaudara itu mempercayai satu sama lain, hingga seperti puzzle piece. Bagaikan puzzle yang hilang satu dan tidak akan pernah kembali, siapa lagi kalau bukan seorang Jena Adhiana.
Mari kita mulai kembali, dari rumah kita. Mari membuat kenangan indah yang tak pernah terlupakan.
Ini akhir dari cerita Jisung Adhitama, anak lanang yang terlihat lugu yang sedang mengejar mimpinya hingga ke negeri orang dan rela meninggalkan orang kesayangannya demi mimpi. Dengan maksud ingin membahagiakan Jena.
End.
Kaget ga?! Kaget ga?! udah end nie mwehehehe
Kira-kira gimana perasaan kalian? Komen dung, pas kalian baca ini dari awal sampai end ini gimana?
Semoga kisah yang aku buat ini banyak pelajaran yang di ambil ya, dan inget! Kalau kamu merasa capek, nggak papa dan jangan merasa insecure! Semua orang juga pernah capek, apalagi jenuh.
Istirahat aja dulu, baru nanti kita lanjut lagi, okey? ❛‿❛
Sampai jumpa di karya baru saya nanti! Tunggu epilog datang ya!
3 May, 2021.
hendraarryy, 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm just far away from home ✔
Fanfiction❛Dia yang sedang mengejar mimpi hingga harus jauh dari rumah.❜ 박지성 // ©-𝙝𝙚𝙣𝙙𝙧𝙖𝙖𝙧𝙧𝙮𝙮 2𝙊21.