19 : Sakit

125 19 44
                                    

260621















16 Maret, 2014.
Daerah istimewa, Yogyakarta.

Jaemin melihat ke arah luar jendela, hujan deras sudah turun sejak satu jam setengah lalu. Dari jam enam sore, hujan deras tak henti beserta petir bergemuruh membuat Jaemin khawatir.

Jena tidak berada dirumah, perempuan itu tadi sedang keluar sebentar untuk sesuatu. Tapi Jaemin tak tau dimana Jena pergi.

Sudah berkali-kali Jaemin mencoba untuk menghubungi Jena tapi juga tidak bisa.

Jaemin mendengar suara pintu pagar, ia bergegas keluar rumah dan melihatnya. Itu pasti Jena.

Benar dugaannya, itu Jena yang sudah basah kuyub walaupun tadinya ia membawa payung. Jaemin kaget melihat Jena yang sepertinya menerobos hujan deras ini.

"Sana ke kamar mandi. Tak pel dulu lantainya." pinta Jaemin.

Jena pun segera masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya.

Jaemin suka takut jika Jena melakukan sesuatu dengan berlebihan, ia juga jelas khawatir pada kembarannya itu jika sampai terjadi sesuatu. Ia juga tadinya sekilas melihat wajah Jena yang sedikit pucat karena kedinginan.

Setengah jam berlalu. Jena pun selesai dengan makan malamnya. Jaemin keluar dari kamarnya dan melihat kembarannya itu yang sedang duduk di sofa.

Jaemin duduk disebelahnya, menatapnya dari samping.

"Kamu tadi darimana? Jalanan macet?" tanya nya, bisa jadi jalanan ramai. Tapi... Aneh juga sampai dua jam lamanya.

Jena hanya diam tak menjawab Jaemin.

Jaemin duduk menghadapnya "Jena? Jawab aja, aku enggak marah kok," ucapnya lembut.

"Tadi aku beli sesuatu buat Jisung, kamu masih inget kan? Waktu dulu kita jalan-jalan. Kaya nya Jisung suka banget sama kemeja flannel itu.." jawab Jena.

Jaemin hanya diam, berarti... Apa Jena membeli sebuah kemeja flannel itu dengan uangnya sendiri. Itu keinginan Jisung dari lama, sejak dua tahun lalu. Pantas saja Jena selalu menghemat uangnya untuk ditabung, dan hasil tabungan itu untuk Jisung.

Jaemin berdiri dari duduknya tapi tak sengaja menyentuh lengan tangan Jena, ia merasa hangat.

"Jen? Kamu kok anget?" Jaemin pun memegang tangan Jena, sudah ia pastikan karena tadi Jena kedinginan hingga badannya terasa hangat, tapi lama-lama pasti itu akan menjadi demam.

Jena menggeleng "Enggak kok," ucapnya terdengar ragu.

Jaemin duduk lagi dan beralih memegang kening Jena "Tuh kan, badanmu anget loh, Na. Pusing nggak?"

"Sedikit...,"

"Sana tiduran, minum obat dulu, ya." ucap Jaemin melangkah menuju meja dimana kotak obat berada, tak lupa juga ia mengambil segelas air putih.

"Minum obatnya dulu, Jena."

Setelah Jena meminum obatnya, tak lupa untuk mengecek suhu badan Jena. Dan benar saja, sepertinya Jena demam dan ia sangat pusing.

"Jaem... Aku pengen nungguin Jisung,"

Jaemin menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya, ia kembali duduk lagi dipinggir ranjang Jena. "Kamu lupa, Jen? Jisung masih di Malay, Kamu demam loh. Besok ijin aja dulu sekolahnya kalo masih demam."

Jaemin mengelus kening Jena lembut "Dah tidur, tak tungguin disini." ucapnya masih mengelus kening Jena, karena pengaruh obat itu Jena langsung terlelap.

I'm just far away from home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang