EPILOG

422 27 1
                                    

Di sudut ruangan Alya sedang duduk sambil memandang kesibukan lalu lintas kota Jakarta yang terlihat sangat ramai mengingat sudah jam pulang kantor. Semua orang sibuk membunyikan klakson kendaraannya. Langit yang tadi masih terang perlahan berubah menjadi gelap.

Ruangan itu mulai berangsur sepi. Seharian Alya sibuk menyapa beberapa tamu undangan yang hadir dalam pembukaan pameran fotonya yang bertemakan "World From My Eyes". Karyanya berisi foto-foto yang ia ambil selama travelling ke negara-negara yang ia kunjungi. Ia ingin menunjukkan bahwa setiap tempat memiliki warnanya masing-masing.

"Alya.." panggil seseorang yang membuat lamunannya terpecahkan.

"Kenapa Lula?" tanya Alya. Lula, yang sekarang menjadi rekan kerjanya sekaligus sahabat baiknya.

"Ini dipasang disana?" tanya Lula menunjuk sebuah tempat.

Alya baru saja mendapat penghargaan sebagai inspiring women karena dedikasinya terhadap pendidikan di Indonesia. Karena ia telah berkeliling ke beberapa negara di dunia, membuatnya sadar bagaimana keadaan di negaranya sendiri. Selain itu, ia juga sangat menyukai anak-anak. Alya mengerahkan seluruh tenaganya untuk membuat perubahan. Lebih dari dua tahun akhirnya kerja kerasnya terbayarkan.

"Iya disitu aja sampe duplikatnya udah jadi. Makasih, ya, udah bantu-bantu hari ini."

Lula mengangguk dan menghampiri Alya. "Aku bangga banget liat kamu. Satu-satu impian kamu mulai terwujud." Alya memeluk sahabatnya erat.

"Alya!" Kali ini sahabatnya yang lain memanggil namanya. Naeun, yang datang dari Korea khusus untuk melihat pembukaan pameran foto Alya di Jakarta.

"Ya?" tanya Alya melihat ke arah Naeun yang datang tergesa-gesa.

"Ada tamu," jawab Naeun.

"Tapi kan udah tutup," kata Lula sambil melihat jam tangannya, mengingat jam berkunjung hanya sampai jam 4 sore.

"Udah nggak apa-apa, La. Kasian kalo datang dari jauh. Dimana tamunya?" Alya segera bangkit dari sofa.

Ia segera berjalan menuju pintu masuk. Blazer berwarna hitam dengan long dress berwarna lilac membuat Alya terlihat anggun. Ditambah dengan sepatu converse warna hitam favoritnya menambahkan kesan formal yang manis namun tetap terlihat santai.

"Hello?" sapa Alya begitu melihat seorang pria yang sedang menatap sebuah foto dengan sangat serius.

Pria itu memutar badannya perlahan untuk menghadapnya. Dengan setelan suit berwarna hitam dan dalaman turtleneck berwarna abu-abu, membalut tubuhnya dengan sangat sempurna.

"Alya.." panggilnya lembut sembari memberikan senyum terbaiknya.

Alya mengenali suara itu. Ketika kedua mata mereka bertemu, hatinya bergetar. "Yoongi?" Alya berbisik pelan. Matanya berkaca. Ia tak percaya pria ini datang.

"Selamat, ya," Yoongi memberikan sebuah buket bunga mawar putih, yang melambangkan rasa cinta sejati dan juga keanggunan.

*******

Keduanya kini berada di sebuah restoran yang sudah dipesan oleh Yoongi. Meja yang dipesan Yoongi berada di samping jendela kaca yang menampilkan pemandangan malam kota Jakarta dari atas.

Yang membuat Alya tak habis pikir adalah minuman penutup yang dipesan Yoongi bukanlah minuman mahal yang biasa dipesan di sana. Yang dipesannya adalah kopi hitam.

"Jadi, kita minum kopi di restoran mahal?" tanya Alya.

Yoongi mengangguk. "Dulu aku menahan rasa pahit kopi ini untuk menghilangkan kantukku. Tapi sekarang, aku merasakan kopi ini manis karena bersamamu."

Alya tersenyum dan pipinya memerah. Wajahnya terasa panas.

Yoongi tersenyum melihat wajah Alya yang merona. "Aku rindu," lanjut Yoongi yang tak melepaskan tatapannya dari perempuan yang ia rindukan.

Hampir empat tahun berlalu. Perasaan keduanya semakin tumbuh. Meski tak pernah bertemu dan saling bertukar kabar lagi karena kesibukan masing-masing, keduanya saling percaya bahwa cinta mereka tak akan pudar. Mereka tidak pacaran setelah saling menyatakan perasaan saat di bandara waktu itu.

"Kau merindukanku?" tanya Yoongi menatap Alya.

Alya tersenyum, "Aku yakin, kau sudah tahu jawaban dari pertanyaan itu." Yoongi tersenyum lebar mendengar jawaban Alya.

"Terima kasih," kata Alya tiba-tiba.

"Untuk apa?" tanya Yoongi.

"Sudah datang sejauh ini hanya untuk mengucapkan selamat untukku," jawab Alya.

Yoongi tersenyum dan menatap wajah Alya semakin dalam. Sebenarnya bukan hanya itu tujuannya datang, ada beribu alasan yang bisa membuatnya bahkan rela menempuh jarak sejauh apapun untuk bertemu dengan perempuan yang ada di hadapannya.

"Kau masih menyimpannya?" tanya Yoongi.

"Hmm? Menyimpan apa?" Alya belum paham apa yang dimaksud Yoongi.

"Gelang dariku." Alya segera mengangguk, tentu saja ia masih menyimpannya. Yoongi tersenyum.

Yoongi tiba-tiba menjadi tidak tenang. Ia melihat ke bawah meja seperti sedang mencari sesuatu.

"Ada apa? Apa ada yang jatuh?" tanya Alya.

"Bukan apa-apa." Yoongi tertawa canggung sembari menggaruk kepalanya. "Sebentar."

Yoongi bangun dari kursinya, mendekati Alya. Kemudian berlutut sembari menyentuh sepatu Alya. "Bahkan saat acara penting seperti ini, sepatu ini tidak bisa lepas darimu. Kau memang benar-benar Converse Girl," tawanya. Yoongi mengambil sehelai tisu di meja. "Ada sedikit noda disini," lanjutnya.

Alya bingung melihat tingkah Yoongi yang tiba-tiba menjadi canggung dan aneh. Masih berlutut di hadapan Alya, kini Yoongi menatap wajah Alya yang menunduk menatapnya. "Kau tahu, setelah kau pergi dan memutuskan semua hubungan diantara kita, aku terus memantaskan diriku untukmu dan mencari tahu keberadaan dirimu." Yoongi diam sebentar. "Dan kini setelah aku menemukanmu, aku tak ingin melepasmu lagi. Aku ingin melewati semuanya bersamamu. Aku siap menghadang semua badai yang datang. Aku ingin menjadi pelindungmu. Aku ingin menjadi pendampingmu. Aku ingin berjalan di sampingmu."

Alya menutup mulutnya karena terkejut dengan ucapan Yoongi. Matanya mulai berkaca-kaca.

Yoongi tersenyum dan mengangguk. Ia mengeluarkan sebuah kotak kaca berbentuk kristal dari saku jasnya kemudian membukanya. Ia memperlihatkan sebuah cincin yang berkilau di dalamnya, "Menikahlah denganku."

Alya tak bisa berkata apapun. Ia terdiam mematung. Hanya sebuah lengkungan senyuman yang muncul di wajahnya.

Jika ini bukan mimpi, takdir keduanya semakin dekat. Akhirnya pria yang ia cintai benar-benar bisa bersamanya. Selangkah lagi, doa-doa Alya untuk bisa bersatu dengan Yoongi terkabulkan.

Alya menghapus air matanya yang menetes. Ia berdiri dan membangunkan lengan Yoongi, "Berdirilah."

Jantung Yoongi berdebar sangat cepat. Ia benar-benar ingin bersama dengan Alya. Ia sungguh mencintai gadis ini.

Alya menatap mata Yoongi yang mengisyaratkan bahwa ia sedang menunggu jawabannya. Alya tersenyum lembut, "Aku mau menghalau badai yang datang dan menikmati indahnya dunia ini bersamamu. Aku mau menikah denganmu."

Yoongi tersenyum lebar mendengar jawaban Alya. Ia langsung memeluk perempuan itu dan mencium keningnya. Tak ada kata lain yang bisa menggambarkan perasaan keduanya selain bahagia.

TAMAT

Terima kasih yang sudah baca sampai di part ini. Maaf jika ada kekurangan karna ini karya pertama author 🙈
Author menerima saran dan kritik untuk karya ke depannya yang lebih baik, jadi silahkan komentar yaa!
Sampai jumpa di karya berikutnya!! 🤗

CONVERSE GIRL | Complete ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang