~∅~
Siang menjelang sore. Lapangan masih cukup terik dan panas tapi lebih hangat dari tengah hari. Sinar kuning keemasan terlihat berkilau saat mengerling dalam air. Sangat cantik, seperti berlian.
Bangunan berdinding batu putih tua berlumut terlihat berdiri kokoh diatas batu besar didekat danau hitam yabg misterius. Bangunan yang setiap sudutnya tersirat mantra perlindungan. Semua siswa Hogwarts terlihat mulai keluar dari gedung sekolah. Satu persatu meninggalkan bangunan berdinding batu tua yang berlumut itu. Mereka tampak bahagia setelah menjalani hari sekolah yang tidak menyenangkan. Mungkin banyak tugas dan pr atau mungkin pelajaran yang sulit dimengerti dan butuh waktu sampai setiap keajaiban dalam pelajaran itu meresap.
Selalu butuh waktu untuk memahami hal-hal baru. Termasuk kejadian tak terduka beberapa detik yang lalu. Niat hati membuat gadis itu ketakutan, sialnya semesta membuat keduanya berakhir saling menyumbu. Siapa yang tahu dengan kejadian itu bisa terjadi, apalagi dengan kejadian berikutnya yang mungkin terjadi, yakan.
Dibawah bangunan beratap tinggi, Draco Malfoy berjalan memimpin didepan. Wajahnya memarah dan pikirannya kalut. Dirinya sangat patut disalahkan, tapi tidak bisa sepenuhnya. Gadis yang berjalan sambil menunduk dibelakangnya juga salah, mengapa hanya menyentak bukannya memberontak.
Gadis itu masih mematung untuk beberapa detik setelah kejadian tak terdug itu, Draco melepaskan bibirnya saat sadar sepenuhnya. Keduanya sama-sama terkejut bahkan sampai tak sadar sama-sama menahan nafas, otak Cassy sedikit terganggu saking tidak percayanya. Tetapi kemudian ia berekasi setelah Draco meninggalknnya. Bahkan tanpa menoleh, sungguh keterlaluan. Dasar bajingan kecil.
Draco sangat menyadari kesalahannya. Dia mengabaikan ungkapan setetes air berasa madu, sesuatu seujung kuku yang bisa berbahaya. Mencicipi sesuatu yang hanya seujung kuku kadang rasanya luar biasa lezat, termasuk kecupan lembut Cassy tadi. Demi Merlin, Draco ingin mengutuk dirinya sendiri. Dia menyalahkan dirinya untuk acident di lemari sapu.
Kacau, harusnya aku tidak lakukan.
Draco menoleh kebelakang untuk dan mandangi gadis yang berjalan sambil menunduk dibelakangnya. Ia mengetuk-ngetuk kepalanya dengan gulungan kertas yang ia bawa. Yang tanpa sadar membuat Draco melupakan kekesalannya sendiri. Hatinya menghangat, gadis itu imut sekali.
"What?!" Cassy menyentak.
"What what?!" ketusnya.
Dua manusia itu masih berjalan depan belakang dan tenggelam dalam kekalutannya masing-masing. Cassy sesekali menatap Draco yang berjalan angkuh didepannya. Tersirat kekesalan dalam matanya tapi ingatan panas yang semenit itu mengaburkan kepalanya.
Brengsek. Perkara ciuman seharusnya tidak jadi masalah besar. Harusnya jadi hal biasa sebab Cassy yakin semua gadis seusianya pasti pernah berciuman, setidaknya sekali. Dan yang jadi masalah disini adalah dia bercihman dengan Draco, Slytherin. Itu harusnya jadi trending topik kalau saja ada yang melihat, hanya saja Cassy jadi kesal. Draco melepas begitu saja ketika Cassy memutuskan untuk membalasnya. Ia bahkan sampai memerah kalau mengingat betapa memalukannya itu.
Cassy menggelengkan kepala kesana kemari berusaha menghilangkan memori memalukkan itu. Ia mengigit bibirnya sendiri untuk menahan ingatannya muncul. Tapi bukannya hilang, Cassy malah merasa ia masih sangat mengingat bagaimana bibir draco membelainya, lembut dan sedikit menuntut. Belum lagi jari lentiknya yang memegangi wajah Cassy. Dia punya selera yang buruk. Wajah Cassy memerah tanpa gadis itu sadari.
Ciumannya tidak buruk.
Cassy mempeecepat langkah untuk menyusul Draco dan berjalan beriringan dengannya setelah akhirnya sampai di depan pintu seksi terlarang lewat jalan pintas. Penjaga di seksi ini memang galak sekali, Cassy bahkan tersentak hanya karena dengusan wanita itu. Draco mengulurkan kertas berwarna coklat muda kepada wanita gempal didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOICE | ft. Hogwarts Student
Romance"Aku ingin tahu seberapa gilanya seorang Malfoy menculik putri Woods. Aku yakin kau harus sangat gila untuk melakukannya, benarkan, Mr Malfoy?" Draco mendengus, berjalan dengan angkuh mengitari kursi tempat Callista Woods diikat. "Yah, sudah sangat...