10. Kiss and Cries

1.2K 116 3
                                    

Aku kaget banget baru sehari udah lebih dari 10 yang baca. Wkwk

Jadi aku menyisihkan sedikit waktu untuk menulis.

So yeah
Happy reading sayang😚

~∅~

Maafkan aku Casse. Aku tidak bermaksud mengatakannya demikian.

Harusnya itu mudah sekali di ucapkan, tapi dalam kasus ini. Sama sekali tidak mudah.

Draco Malfoy dan egonya benar-benar menyusahkan. Harusnya maaf adalah kata yang sangat ringan, hanya dua suku kata dengan tiga huruf yang berbeda. Ringan tapi istimewa.

Dan disinilah ia sekarang. Menatap dari kejauhan yang tak terlihat. Dibalik awan tipis yang dingin dan lembab, diatas sapu terbang yang melayang dengan stabil.

"Bukankah ini tidak adil?" gumamnya. "Kalian bisa bermain sepanjang waktu tanpa takut dengan pandangan orang lain"

"Kau bahkan tersenyum sangat manis untuk orang lain. Sangat tidak adil Casse"

Pria itu terlihat sendu dibalik awan tipis yang mengelilinginya. Ia sebenarnya ingin sekali percaya bahwa dirinya tidak harus terlihat menyebalkan.

Draco sangat menyadari itu. Dan perlahan, kepercayaan derajat berdasarkan darah mulai luntur dari dirinya. Ia sudah cukup lelah dengan semua tuntutan yang memaksanya menjadi pria kejam yang menyebalkan.

Sekali lagi, mata Draco mengikuti kemana gadis itu berlarian bersama teman kakaknya.

Sejak Oliver cuti sekolah dengan alasan kesehatan, Cassy selalu bersama Cedric hampir setiap waktu. Bahkan orang-orang mulai berfikir kalau keduanya mungkin berkencan. Tapi itu hanyalah rumor simpang siur yang Draco tidak ingin percaya. Setidaknya sampai ada bukti yang benar-benar nyata.

"Melamun, Mate??"

Draco melihat kesamping dan ada Jeo Flint disampingnya. Berdiri diatas angin tanpa sapu. Ya, kemampuan spesial dari kelurga Flint.

Lelaki itu mendengus, berniat untuk pergi sebelum suara Flint mengenturipsinya.

"Kau tahu, aku selalu benci berurusan dengan keluargamu. Berhenti jadi pecundang dan majulah" katanya.

"Memandang dari balik awan dan bergumam tentang kejamnya hidup dan ego, ck" Jeo tertawa dalam kalimat terakhirnya. "Pengecut"

Alisnya menyatu, rahangnya menguat dan menegang. Tapi ia menahannya dan menghela nafas pelan, menekan amarahnya sampai dasar.

Seringainya terlihat menyebalkan seperti biasanya. "Kau bisa saja katakkan tidak dan tidak perlu melakukan tugas burung hantu"

Jeo mengangguk, "Yeah bisa saja. Tapi karena ini adalah Callista Woods. Atau the girl who Malfoy's love. Aku tidak ingin menyesal dengan menolaknya" ujarnya.

"I never love Her!"

"Oh yes of course. Jangan lupakan kejadian siang tadi ya. Ingat, aku tahu betul bagaimana arti tatapan itu."

Draco terbungkam. Ya, Jeo Flint benar. Mata memang tidak bisa bohong. Draco menunduk dan kembali menatap gadis itu, gadis yang sekarang sudah berpindah tangan pada Potter sialan.

"Pecundang rendahan, claim sebelum terlambat, Draco. Kau tidak tahu apa yang ayahmu dan tuan Brown katakan hari itu" Jeo Flint menghilang begitu saja.

Benar juga. Sangat ganjil memang. Hari itu ada Tuan Brown, Malfoy senior, bahkan pamannya yang sangat jarang terlihat itu menyambutnya disana.

CHOICE | ft. Hogwarts StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang