18. I'm the Queen

630 65 9
                                    

Terima kasih banyak semuanya.
Aku senang sekali kalau kalian
menikmati ceritaku.
Aku juga senang kalian sudah merespon
Pokoknya terima kasih banyak
Aku akan berusaha untuk menamatkan cerita ini dengan baik
Dan aku berharap, alur seperti apapun yang aku pilih, kalian tidak kecewa
Karena aku menulis untuk menantang diriku sendiri, kalau ada yang suka berbarti itu bonus buat aku

Aku juga senang kalian sudah meresponPokoknya terima kasih banyakAku akan berusaha untuk menamatkan cerita ini dengan baikDan aku berharap, alur seperti apapun yang aku pilih, kalian tidak kecewaKarena aku menulis untuk menantang diriku sendiri, k...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~∅~

"Mengandunglah untukku, Cassy"

Memudar sudah senyum Cassy.

Plak!!

Satu tamparan keras. Amat sangat keras, mungkin meninggalkan bekas. Yang pasti, Cassy berhasil melukai Draco. Tapi itu bukan hal yang harus di khawatirkan sekarang.

Wajah Cassy kini merah padam, marah sekali sepertinya. Mungkin telinganya juga berasap kalau saja Draco bisa melihat, sayangnya tidak.

Draco terkejut. Ia tidak percaya apa yang baru saja menimpa dirinya. Dia tidak marah, tapi dia malu sekali. Apa yang dia lakukan? Kepalanya menunduk.

"Bunuh saja aku, Draco" ucapnya. Gadis itu langsung pergi. Membebaskan dirinya dari kastil.

"Kau menamparku, Cassy?" terdengar terkejut sekali tapi juga merasa bersalah disaat yang bersamaan.

"Kalau tongkatku ada, mungkin aku juga akan memenggalmu." Cassy langsung pergi setelahnya.

Mengusap wajah dengan frustasi. Draco terduduk, menyesali ucapannya yang tak terkendali. Bodoh. Dia pikir Cassy akan menerimanya kembali semudah itu setelah semua yang terjadi.

Tentu saja tidak. Draco tahu betul apa saja yang sudah dia lakukan. Alasan gadis itu menangis, kurus dan kantung mata yang menyedihkan itu.

Andai saja dia mau jujur dan membaginya dengan Cassy. Andai saja dia tidak menyia-nyiakan waktu untuk 'kenangan terakhir' bersama Cassy seperti yang direncanakannya. Andai, waktu bisa diputar kembali.

Andai ia punya sedikit keberanian untuk menolak keputusan Ayahnya. Andai saja....

Semua andai-andai itu hanyalah andaian yang ia tak sanggup wujudkan. Pada akhirnya, dia menyesal.

"Kurasa kami tidak pernah benar-benar berkencan, kan?" monolognya. "Cassy tidak pernah benar-benar menjadi kekasihku."

Menyedihkan sekali, kan? Slytherin yang biasanya kejam dan menyebalkan, kini duduk menunduk menerima semua penyesalan.

CHOICE | ft. Hogwarts StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang