6. Get Well Soon

1K 117 1
                                    

~∅~

Tidak. Ini tidak mungkin.

     Gadis itu bangkit dari duduknya dan berjalan memutari ruangan. Memperhatikan dengan teliti bahkan pada ornamen terkecil dalam dinding-dindingnyanya. Nafas Cassy tercekat saat sadar bahwa ia benar-benar berada ditempat yang ia sama sekali tidak kenal. Tidak baunya, tidak tata ruanganya bahkan dindingnya.

     "Apa ini benar-benar---" gadis itu menggantung kalimatnya sambil menatap pria didepannya. Meminta jawaban dari pertanyaan retorisnya.

     "Dungeon" sahutnya. Lalu lelaki itu hilang ditelan kegelapan.

     Cassy bergetar dalam duduknya. Entah kenapa, ia merasa tidak nyaman berada disini. Terlalu intim dan bau Draco ada dimana-mana, sangat menggetarkan hatinya. Juga membuat perasaan asing menjalar dan melemahkan ototnya. Cassy mengambil tongkatnya dan berjalan kearah pintu untuk keluar.

Alohomora

     Pintu terbuka seketika. Menampilkan pemandangan dinding gelap dan lembab didepannya. Gadis itu menoleh kebelakang dan berlari dari sana. Ia tidak tahu apa yang mengerikan, tapi percayalah terkadang ada hal yang tidak kita tahu yang membuat kita takut.

     Dalam pelariannya, Gadis itu menerobos lorong gelap panjang yang seolah tak memiliki ujung. Gelap sepanjang mata memandang. Dan mengerikan. Cassy merinding saat membayangkan kemungkinan-kemungkinan mengerika yang mungkin terjadi. Entah apa yang mungkin sedang mengintainya dibalik sudut didalam kegelapan itu.

Aku takan mati disini, kan?

     Kakinya mulai bergetar karena ketakuatan menguasai dirinya. Gadis itu bergumam macam-macam dalam hati. Dan semakin diucapkan semakin membuatnya takut. Kegelapan terlalu mengerikan dan lembab selalu menandakan sesuatu yang tidak baik. Cassy ketakutan akan hal yang sama sekali ia tak sanggup bayangkan. Bagaimana kalau tiba-tiba ada vampir atau dementor atau mungkin manusia serigala.

     Keringat mulai mengalir dan kepanikan menjadi semakin mnegental dalam pikirannya. Perlahan, entah karena nafsnya yang memendek, pandangannya mengabur hingga mulai menggelap dan tubuhnya yang lemas kehilangan kekuatan. Sampai suara benturan terdengar sangat jelas dan, nggiiing. Cassy tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya.

- - -
 

   Salju tiba-tiba turun menghujani Hogwarts. Perlahan, udara bernajak mendingin, membuat siapapun mengeratkan selimut dan jaketnya masing-masing, berusaha menepisnya.

     Butir demi butir benda halus berwarna putih itu mulai menumpuk pada atap dan lantai. Perlahan meleleh dan membeku pada ujung atap yang kemudian membentuk kerucut-kerucut serupa stalaktit tanpa warna atau bening. Membeku oleh angin dingin yang berhembus makin dingin.

     Jendela-jenda di seluruh kastil mulai berembun oleh badai salju  dingin yang bertiup tak henti-hentinya itu. Hari sudah mulai gelap ketika waktu sudah menunjukan pukul tujuh lewat seperempat. Dan mungkin semua orang sudah kembali dalam asramanya masing-masing.

     Harry menutup tirai jendela dekat bangkar Cassy. Membiarkannya jatuh menutupi dataran kaca dan perlahan semua tirai mulai turun. Mata hijau zamrudnya beralih pada gadis yang terbujur dalam balutan selimut itu. Tampak tidak tenang dan pucat. Bahkan tangannya terasa sangat dingin dan kaku. Gadis itu seperti benar-benar sakit.

     "Cassy, what happen with you?" bisiknya dalam suara rendah yang hanya mampu didengar telinganya sendiri. Terdengar sangat sedih.

     Latihan quidditch tadi langsung dibatalkan saat Hermoine berteriak di lapangan dan memberi tahu bahwa Cassy pingsan dan sedang dibawa oleh Jeo Flint ke Hospital wings. Berita mendadak itu membuat Oliver langsung menabrak Quaffle yang terlempar dan menerbangkan sapunya menjauh dari lapangan.

CHOICE | ft. Hogwarts StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang