16. Truth

615 73 6
                                    

~∅~
Truth is hurt.

Berusaha abai dengan apa yang baru saja menimpannya. Ini gila, Cassy harusnya mencari tahu dulu bukannya asal percaya. Tapi bagaimana, begitulah yang hatinya percayai tiba-tiba.

Seperginya dari ruangan itu, Cassy tidak sengaja bertemu Viola didekat tangga. Dan seperti yang kalian tebak, dia melengos. Dia tidak marah dengan gadis itu, belum. Cassy melewatinya saja.

"Casse" sayup suara Viola terdengar saat di telinga Cassy saat tubuhnya sudah melangkah jauh. Dia takan menyahut apalagi menoleh.

Tapi, langkah Cassy berhenti dibalik lorong yang gelap dan tersembunyi. Disana, dia terduduk. Tidak ada air mata, tapi dada Cassy jelas sesak sekali.

Rasanya sama sekali tidak nyaman. Kalau saja air matanya masih ada, mungkin akan jauh lebih baik. Setidaknya, begitu tangisnya tuntas, rasanya akan cukup melegakan.

Tangan Cassy menenggelamkan wajahnya. Dia terdiam, berfikir dan berusaha menebak bagaimana semuanya terjadi.

Tentang kebahagiaan semu itu. Cassy jelas ingat apa yang ia ucapkan di kelas raman waktu itu. Daun teh di cangkirnya dan arti dari semuanya. Cassy bisa saja tidak usah percaya, tapi semuanya seolah sedang mengarah kesana.

Sedikit bukti berikutnya mungkin akan bisa membuatnya cukup yakin.

"Cassy"

Kepala Cassy langsung terangkat. "Oliver"

Pria itu meletakkan semua gulungan perkamen yang dibawanya dan memeluk Cassy. Gadis itu terlihat sedikit berantakan.

"Kak, kau bau. Minggir deh"

***

Harry bangun cukup pagi hari ini. Dia berencana untuk jalan-jalan dan memberi makan Hedwing, oh iya, dia juga berencana mengirim surat pada Sirius. Ia ingat terakhir kali memberi surat pada pria itu adalah dua bulan lalu.

Senyum Harry tidak surut-surut sejak tadi. Entah apa yang membuatnya bahagia tapi jelas sekali kalau Harry seperti tidak memikirkan hal buruk seperti biasanya.

Didekat tangga, Harry berpapasan dengan seseorang yang sama sekali ia tidak kenal. Dia seorang pria. Bertubuh kurus dan berkulit sangat pucat. Bukan orang inggris juga sepertinya.

"Selamat pagi, Harry" sapanya ramah.  "Kutebak kau sedang mengidentifikasiku."

Alis Harry terangkat. Yeah memang benar, tapi bagaimana bisa. "Bagaimana kau tahu?"

"Lupakan mata sipitku, Harry." Pria tak dikenal itu tersenyum, "Gale Linden, dari Alaska," katanya, "A creature that created to drink blood"

"Okey, bisa jauh-jauh dariku" kata Harry.

Gale tersenyum, "tentu saja, aku kemari memang tidak mencarimu."

Mahluk pucat itu pergi melalui Harry. Berlari dengan cepat, bergelantungan di tangga dan melambung melawan grafitasi, entah kemana tujuannya.

Harry menggelengkan kepala dan segers keluar dari kastil. Udara segar yang belum terpolusi itu menyugar wajahnya dengan lembut, memberikan sensasi sejuk yang menyenangkan.

Langkah Harry menapak dengan semangat menginjak rumput segar yang basah. "Halo, Hagrid"

"Good morning, Harry"

"Apa yang kau bawa, Hagrid?"

"Cairan penangkal Vampir, kudengar mereka benci merica" jawab Hagrid sambil memamerkan botol semprotan pada Harry.

CHOICE | ft. Hogwarts StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang