"Hebat menguatkan orang lain, tapi rapuh menguatkan diri sendiri."
Queen Clara Praditya
•
"Sudah siapkah kamu membaca kisahku? Kisah gadis usang yang dipenuhi luka kecewa yang menyeru."
•
Happy reading!
Dermaga luka, sigadis yang bercerita.•••••
Seorang anak kecil terlihat tengah dipaksa oleh kakaknya untuk membelikan sesuatu. Padahal, diluar sana hujan turun sangat deras, tapi si kakak tetap memaksa hingga terjadi sebuah perdebatan.
"Nanti aja kak, pasti aku beliin. Aku takut hujan, ada petir," jelas si gadis kecil itu sambil memohon berharap kakaknya dapat luluh. Tapi, nihil.
"Kagak elah, kalo kesamber juga paling lu cuma mati aja," balas kakak gadis itu dengan santai. Lalu dibalas gelengan kencang gadis itu.
Hingga, waktu terasa berhenti. Si kakak mulai mendorong gadis kecil itu hingga merasakan guyuran deras hujan, si gadis mulai berteriak ketakutan saat petir mulai bergerumah menyeruak di seisi langit. Tapi lihat, kakaknya justru tertawa akan hal itu. Baginya, membuat adiknya tersiksa adalah suatu hal kebahagiaan, ia benci tawa gadis itu.
"Mending lu mati aja gimana, Dek?" tanya lelaki itu dengan santai seperti tak ada beban. Yang membuat gadis itu ketakutan bukan main.
"Mamah ... Papah ... tolong queen, queen masih mau hidup!" teriaknya dengan kencang. Berharap bahwa teriakannya bisa menghentikan aksi nekad sang kakak.
Lalu, sang kakak mulai berjalan mendekat dan menendang dia hingga berkali-kali yang membuat seluruh badanya terasa sakit.
"Gua benci elu! karena elu, gua gak pernah dapet kasih sayang, gua benci lu hidup, mending lu mati aja!" serunya dilampiasi amarah yang begitu kalut. Membuat Clara yang masih kecil hanya bisa berdoa.
Sebelum kakaknya melanjutkan aksi nekatnya, kedua orangtuanya lebih dulu berlari lalu memeluknya dengan erat.
"Evan, kamu sudah gila!" bentak ayahnya, Praditya.
Anak laki-laki yang ia harap bisa melindungi anak gadisnya justru malah membuat gadis kecilnya terluka. Anak laki-laki yang ia harap bisa menggantikan dia melindungi gadis kecilnya nanti saat dia tiada, justru membuatnya kecewa. Bagaimana bisa ia melindungi adiknya jika dia saja benci adiknya. Entah apa yang ada didalam otak anaknya satu ini. Hanya Evanlah yang tau.
"Kalian semua cuma sayang dia!" tunjuk Evan kepada Clara dengan kemarahan yang terlihat jelas di matanya.
"Kalian semua gak sayang Evan!" teriak Evan kepada mereka semua lalu berlari meninggalkan mereka sambil melempar batu ke arah clara.
Naas. Gadis kecil yang tak tau apa-apa harus terkena imbasnya. Batu itu tepat mengenai kening gadis itu. Belum sempat ingin membawa Clara masuk, Evan datang kembali membawa pisau yang membuat seluruh yang ada disitu menjerit histeris termasuk clara yang mulai bergetar ketakutan.
"Evan!"seru mereka bersama.
•••
"Tolong ... tolong," ujar Clara dengan nafas yang tersendat-sendat. Masa lalu itu, terulang kembali. Badanya bergetar ketakutan membayangkan adegan itu kembali. Kenapa harus mimpi ini? Pikirnya.
"Kakak, apakah dengan membunuhku akan membuatmu bahagia?"monolognya sambil menerawang ke arah jendela. Dimana langit malam ini terlalu cerah untuknya yang sedang bermuara mendung.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN Of SADNESS (TERBIT)
Teen Fiction✎ Follow Author dahulu sebelum membaca. •• King Of Sadness • Konflik berat! Belum di revisi. ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Ratu kesedihan, ratu ketidakadilan, ratu penghakiman, ratu kesesakan, ratu kekecewaan. Yes, that's me, the Queen sadness. ━━━━━━━━...