Queen 15

1.4K 227 46
                                    

"Tetaplah hidup, meski keadaanmu kian redup." — Chintya

"Sudah siapkah kamu membaca kisahku?
Kisah gadis usang yang dipenuhi luka kecewa yang menyeru."

Happy reading!

Ini part 15, boleh aku meminta sesuatu? komen ya pendapat kalian tentang cerita ini atau komen cerita ini setelah kalian selesai membaca. Satu komen dari kalian sangat berarti untukku.

•••••

Pagi mulai datang. Seorang gadis cantik tengah mencoba mengumpulkan kesadaran. Setelah yakin bahwa sudah sepenuhnya sadar, ia mulai mendudukan badan. Hari ini, hari Kamis.

"Semoga ada kebahagiaan selepas tangis kepedihan," lirihnya sambil menatap kearah jendela.

Lalu mulai melangkah gontai menuju kamar untuk membersihkan diri lalu mengganti pakaian. Selepas ia sudah siap, ia memutuskan untuk tidak sarapan, ia ingin langsung berangkat saja.

"Eh, Non gak mau sarapan dulu?" tanya Bibi kepada Clara yang dibalas gelengan kecil oleh Clara.

"Clara pamit ya," ucapnya lalu mencium tangan Bibi dan mulai pergi berangkat.

Sesampainya di halte, ia lalu duduk untuk menunggu angkutan umum. Hingga, terlihat ada angkutan umum, ia langsung berdiri dan mulai menghentikan. Setelah itu, ia mulai masuk dan angkutan umum pun berjalan.

Sesampainya ia didepan sekolahnya, ia lalu mulai membayar dan turun dari sana. Lalu mulai berjalan pelan menuju kelasnya. Ini masih terlalu pagi tapi entah kenapa,  firasat Clara sedang tidak enak saat ini, itu sebabnya ia ingin datang pagi.

Sesampainya dikelas, ia lalu mulai duduk dan melihat langit sambil melamun, iya itu kebiasaan buruk Clara. Hingga seluruh murid mulai terlihat dan bel masuk sudah berbunyi.

•••

Jam sudah menunjukan pukul 14.00 WIB itu artinya sudah diperbolehkan untuk pulang, membuat Clara bernafas lega. Ia lalu mulai melangkah bangkit dan pergi tergesa-gesa. Perasaanya sampai saat ini masih sama, tidak enak, firasatnya mengatakan akan ada hal buruk.

Sampai tiba-tiba sebuah tangan mencekalnya yang membuatnya kaget dan langsung menoleh. Terlihat ada kakak kelasnya yang ia tidak tau siapa namanya tiba-tiba saja menariknya pergi meninggalkan sekolahan. Ia tidak menolak, ia hanya pasrah.

Hingga, mereka sampai disebuah rumah yang ia tidak tau rumah siapa. Mereka tiba-tiba saja menghempaskan tubuhnya ke tembok yang membuatnya hanya bisa berdiam dan berserah diri.

"Clara," ucap seseorang kakak kelasnya.

"Lu tau salah lu apa?" tanyanya dengan menarik dagu Clara yang membuat Clara mendongak dan menggeleng.

"Cih, sok polos!" cercahnya sambil melepaskan tanganya dari dagu Clara lalu mulai tersenyum sinis.

"Salah lu adalah ...," ucapnya dengan kalimat yang menggantung, membuat Clara menebak-nebak apa kesalahanya dengan kakak kelasnya ini.

"Lu udah rebut pacar kakak gua Clara!" seru kakak kelasnya ini sambil mulai mencengkram lenganya dengan kuat yang membuatnya menahan rasa sakit.

"Gua Chintya, gua pengen kasih elu pelajaran yang berharga Clara," jelasnya sambil mulai menatap sinis Clara.

Tiba-tiba saja kakak kelasnya yang ia ketahui namanya adalah Chintya menjabaknya yang membuat dia berteriak histeris. Rasanya sakit, tolong siapapun, batinya berharap.

"Ini gak seberapa sama apa yang lu lakuin Clara, lu pelakor lu tau!" teriak Chintya emosi lalu mulai mencakar pipi Clara yang membuat Clara menangis histeris.

QUEEN Of SADNESS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang