Seorang ibu terduduk lemas tak berdaya ketika membuka kotak bagaimana kepingan piala anaknya berserakan oleh ulahnya. Air matanya menetes ketika melihat bagaimana kejamnya ia dulu, ia telah melukai hati anaknya.
Didalam buku tersebut terdapat tulisan yang begitu menyayat hatinya sebagai seorang Mamah.
Air matanya turun, ia mengigit bibir dalamnya menahan isakan yang akan keluar. Ia menatap tulisan dan membacanya kembali.
Mereka lupa bahwa Clara punya lelah.
Mereka lupa bahwa Clara punya rapuh.
Dan mereka lupa bahwa Clara pun bisa patah.Mah, piala itu Clara persembahkan untuk Mamah.
Pah, piala itu Clara persembahkan untuk Papah.Hatiku hancur, ketika kalian menghancurkan seluruh piala ku.
Piala yang kuraih dengan jerih payahku. Piala yang aku kejar dan usahakan agar kalian mau meliriku, namun tak sedikitpun piala itu mengubah rasa kalian menjadi cinta.Hati anakmu ini hancur, saat kalian pergi meninggalkan semua kenangan yang terasa hambar.
Hati anakmu ini patah, saat kalian makin dengan nada yang sangat menyayat perih.Mah, Clara ingin memeluk Mamah, bagaimana rasanya dipelukan mamah?
Pah, Clara ingin memeluk Papah, bagaimana rasanya pelukan papah?Tuhan, hanya satu pintaku, berikan aku pelukan Mamah dan Papah disaat terakhir kau menjemputku.
Air matanya jatuh membaca ulang kembali apa yang anaknya tulis. Mengingat segala memori pahit yang terekam jelas. Air matanya keluar, Mamah macam apa dirinya ini. Bahkan anaknya tak dapat pelukan terakhir apa yang anaknya inginkan.
Bahkan, disaat ia dipenjara, Clara hadir dalam mimpi Dion, ia menyampaikan agar ia dan yang lainya dibebaskan. Dion datang bersama yang lainya, membebaskan dirinya serta suami dan anaknya.
"Surga untukmu anaku," lirihnya menatap tulisan itu lalu memeluknya erat.
Air matanya tanpa henti mengucur deras. Ia merasakan perihnya hidup yang anaknya derita.
Ia baru mengetahui fakta bahwa anak lelaki yang ia besarkan dengan sepenuh hati, adalah dalang dari semua ini.
Evan bahkan berkata ia slalu memaksa Clara makan makanan basi.
Anaknya yang harusnya tumbuh dengan makanan layak, harus menelan semua makanan itu.
Hatinya terasa hancur, dadanya sesak, air matanya mengucur deras.
Piala kepenulisan, piala menggambar, dan piala lainya. Putrinya begitu tangguh dan hebat.
Papah Clara memandang Istrinya, kini Tuhan timpakan keadilan dari apa yang ia perlakukan kepada putrinya.
Ia tidak bisa berbicara dan tak bisa berjalan, Tuhan berbaik hati menurunkan ia kesadaran, namun ia terlambat memeluk anaknya yang mengingatkan pelukan darinya.
Air matanya turun, ia gagal menjadi seorang Papah yang baik. Ia menatap kearah dimana istrinya menangis dalam diam sambil memeluk tulisan dan pecahan piala itu.
Ia masih mengingat jelas bagaimana tangan ini menampar putrinya, bagaimana kaki ini menendang putrinya, bagaimana bibir ini berkata hal pedas kepada putrinya.
Putrinya tak pernah bersalah, putrinya luar biasa.
"Surga untukmu, Anaku" batinya berucap dengan air mata yang menetes setiap detik.
Ia hanya bisa menangis dalam diam, ia tak bisa memeluk tubuh istrinya, ia tak berdaya dan tak kuasa.
Anaknya yang slalu meminta maaf, anaknya yang slalu tersenyum, anaknya yang tak pernah dendam kepadanya bahkan atas semua yang ia perlakukan.
Anaknya yang begitu hebat, anaknya yang begitu tangguh.
Anaknya hanya meminta sebuah pelukan, tapi ia tak sempat mengabulkan. Ia tak sempat merengkuh tubuh mungil putrinya.
Bolehkah ia meminta waktu diulang? setidaknya saat dimana ia bisa mengulang waktu untuk merengkuh tubuh mungil itu.
Begitu banyak tangis tercipta darinya, begitu banyak sakit terurai olehnya, begitu banyak derita yang ia tancapkan untuknya.
Ia memejamkan mata menahan rasa sesak dan sakit mengenang itu semua.
Sedang istrinya sedang merenungi segalanya.
Mamah Clara, mengingat dulu ia mencelupkan tangan Clara dalam air yang panas.
Ia ingat tangan ini pernah menampar, menjambak anaknya.
Tangan ini telah melakukan hal yang membuat hatinya teriris.
Anaknya tak pernah marah, anaknya tak pernah dendam, anaknya slalu minta maaf, anaknya slalu tersenyum.
"Putriku tersayang, tenang disana ya, Nak." jedanya sesaat saat merasa dadanya mulai sesak.
"Surga untukmu putriku, surga untukmu anaku, surga untukmu wanita yang paling kuat," lanjutnya dengan nada getir.
"Mamah Clara berhasil menang, mamah peluk Clara kek kakak kalo menang dong!"
"Mah, Clara bisa juara 1, mah Clara mau peluk mamah, Clara bahagia, Mah"
"Mamah kenapa Clara berbeda?"
"Mah, Clara cuma mau pelukan mamah, apakah Clara tak boleh mah?"
"Mah, sakit"
"Mah, hentikan, sakit Mah"
Semua perkataan yang pernah Clara lontarkan berputar dalam memorinya. Bagaimana anaknya berlari membawa piala lalu meminta sebuah pelukan seperti apa yang ia berikan kepada Evan. Tapi, ia justru menghancurkan piala itu, ia justru menampar pipi gadis itu, ia justru tak memeluk putrinya.
Sekarang, ia hidup dalam penyesalan, penyesalan tak bisa memenuhi permintaan putrinya, memeluk putrinya.
"Putriku yang tersayang, tenang disana, surga untukmu Nak" batinya berucap sambil mengingat wajah Clara.
•••••
Heyyoo!
Aku mau memberitahu bahwa cerita ini Couple, iya, cerita ini Couple.
Queen of sadness — King of sadness
Tapi, aku akan menyelesaikan cerita keduaku, lalu aku akan mulai menulis cerita King of sadness.
Penasaran sama ceritanya? pantau terus yaa:>
Oh ya, ada beberapa pembaca yang ternyata berasal dari tiktok, siapapun itu, boleh DM aku di WP atau Ig, kasih tau nama akun tiktoknya atau bagi videonya dung wkwk.
Terimakasih aku ucapkan karena telah membaca kisah ini, tunggu kisah King of sadness yaa!
Babay^^
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN Of SADNESS (TERBIT)
Teen Fiction✎ Follow Author dahulu sebelum membaca. •• King Of Sadness • Konflik berat! Belum di revisi. ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Ratu kesedihan, ratu ketidakadilan, ratu penghakiman, ratu kesesakan, ratu kekecewaan. Yes, that's me, the Queen sadness. ━━━━━━━━...