"Sudah siapkah kamu membaca kisahku? Kisah gadis usang yang dipenuhi luka kecewa yang menyeru."
•
"Senyumku tak berarti aku bahagia dan membenarkan suatu hal. bisa jadi senyumku ada, karena menutupi suatu hal" — Queen Clara Praditya.
•
Happy reading!
Thanks for 1,4K
•••••Pagi mulai datang memberikan cahaya harapan. Membuat seorang gadis menggeliat lalu membuka mata dengan keadaan mulai sadar. Lalu, mulai bergegas untuk pergi mandi.
Setelah selesai mandi, ia mulai bersiap, hari ini ia akan jalan kaki ke sekolah saja, ia rindu melangkah pagi. Setelah selesai bersiap-siap. Ia mulai melangkah keluar, disana sudah ada Dion yang entah kenapa pagi ini belum memakai baju sekolah.
"Gak sekolah?" tanya Clara saat sudah dekat dengan Dion, membuat Dion terkaget karena tiba-tiba saja Clara berkata.
"Enggak" balas dion, setelah itu mulai mempersilahkan clara duduk.
"Kenapa?" tanya Clara sambil mulai duduk di kursi yang telah dipersilahkan untuknya.
"Ada acara di luar kota, jadi nanti lu bakal dianter sama pangeran okay? Seharian lu akan sama pangeran pokoknya" jelas dion yang membuat Clara menghela nafas lalu menganggukan kepala.
Setelah itu, hening. Mereka sama-sama makan dengan tenang tanpa ada yang berbicara. Setelah selesai makan, Clara lalu pamit untuk pergi, namun Dion menghalanginya.
"Tunggu, pangeran sebentar lagi dateng" ujar Dion sambil menyuruh Clara untuk duduk lagi.
Terpaksa, Clara harus duduk. Meski sebenarnya ia ingin menikmati angin pagi hari, tapi sepertinya hari ini ia memang harus menghabiskan waktu bersama Pangeran.
Suara bell rumah berbunyi, membuat Clara dan Dion lantas berdiri dan mulai melangkah untuk memastikan apakah itu Pangeran atau tidak. Ternyata benar, itu pangeran yang sedang melambai.
"Pamit ya, Assalamualaikum" pamit Clara lalu mulai melangkah pergi meninggalkan Dion yang sedang mengacungkan jempol memberi isyarat yang hanya mereka berdua yang tau.
Lalu Clara mulai masuk ke dalam mobil. Hening, antara Pangeran dengan Clara sama-sama saling diam. Hingga suara pangeran memecah keheningan tersebut.
"Clar, nanti pulang, kita ke suatu tempat ya" ujar Pangeran sambil tetap fokus kedepan.
"Iya" balas Clara lalu mulai melihat ke arah jendela.
Dari semua yang paling ia takuti adalah pangeran. Karena pangeran slalu bisa menebak apapun yang ia pendam, itu sebabnya ia tak bisa berkata panjang atau semua akan jadi runyam.
Hingga mereka berdua sudah tiba di sekolah Clara. Lalu Clara mulai menarik nafas sebelum akhirnya bersuara.
"Terimakasih, kak" ujar Clara kepada Pangeran yang dibalas anggukan kepala.
Lalu Clara mulai turun dari mobil dan berjalan cepat hingga sudah tak tersisa dipenglihatan matanya.
"Kamu masih sama, terlalu takut bertatapan ataupun berkata kepadaku Clar," ujar Pangeran sambil tersenyum melihat tingkah Clara tadi yang menahan segalanya saat bersamanya.
"Tapi nanti, aku ingin tau satu hal Clar, aku harap kamu mau menjawabnya" lanjutnya lagi sambil mulai menjalankan mobilnya meninggalkan sekolah Clara.
•••
Saat Clara berjalan dengan cepat, semua tatapan dan lontaran kembali berdatangan yang membuatnya menunduk.
"Katanya, kemaren dia di bully sama kakak kelas kita lho!" seru sebuah siswi sambil melihat Clara dengan tatapan iba.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN Of SADNESS (TERBIT)
Teen Fiction✎ Follow Author dahulu sebelum membaca. •• King Of Sadness • Konflik berat! Belum di revisi. ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Ratu kesedihan, ratu ketidakadilan, ratu penghakiman, ratu kesesakan, ratu kekecewaan. Yes, that's me, the Queen sadness. ━━━━━━━━...