Hai semua, kembali denganku lagi.
Aku akan memulai merivisi part-part yang mungkin menurutku perlu dibenahi, jadi mungkin akan sedikit lama up, karena membedah satu-satu hehe^
•
"Aku menulisnya dengan hati, maukah kau berbaik hati? Dengan membacanya sepenuhnya hati"
•••
"Tak ada yang bisa ku tuntut dari penghakiman semesta, selain berpasrah kepada Sang Kuasa."— Queen Clara Praditya.
•
Happy reading!
Dermaga luka, sigadis yang sedang bercerita.
•••••Pagi datang menyambut kehangatan, memasuki celah-celah jendela, lalu menyinari seorang gadis yang mulai menggeliat pelan, sebelum akhirnya membuka mata. Setelah merasa kesadaranya mulai terkumpul, ia lalu merenggangkan otot-ototnya.
"Semoga, tidak hari buruk," harapnya pelan sambil mulai berdiri, lalu melangkah bangkit menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Hari ini, hari Sabtu. Ia berharap hari ini akan lebih baik. Clara lupa sesuatu, bahwa semua pakaianya ada di rumah Dion, tapi saat ia sedang kebingungan, netranya mengarah ke seluruh ruangan dan terhenti di lemari, terlihat semua pakaiannya sudah tertata rapi. Heran, secepat apa mereka memindahkan pakaianya? fikirnya sebentar, sebelum akhirnya tidak mau memusingkan lalu memutuskan untuk bersiap.
Setelah selesai bersiap, Clara lalu mulai melangkah keluar untuk berpamitan, hari ini ia akan jalan kaki saja, jarak rumah dan juga sekolahnya tidak terlalu jauh. Sesampainya dia di ruang makan, ia hanya melihat Mamah Bagas. Akhirnya, Clara mulai mendekat dan bertanya keberadaan Bagas.
"Pagi Tante," sapa clara ramah pada Tante Mentari.
"Pagi juga Clara, sudah siap aja nih, yuk! Sarapan dulu," ajak Tante Mentari yang dibalas gelengan kepala oleh Clara.
"Loh, kenapa?" tanya Tante Mentari.
"Clara mau makan di kantin aja," bohong Clara. Bagaimana bisa ia kekantin, nanti pasti akan berakhir mengenaskan. Ini hanya agar ia bisa segera pergi saja.
"Beneran?" tanya Tante Mentari memastikan yang dijawab anggukan Clara berusaha menyakinkan.
"Abang bagas kemana Te?" tanya Clara kepada Tante Mentari.
"Lagi siap-siap mau kerja" jawab Tante Mentari yang membuat Clara lantas membuat kesempatan untuk pergi.
"Clara pamit ya Te," pamit Clara yang dibalas anggukan. Lalu, Clara mulai mencium tangan Tante Mentari.
"Assalamualaikum,"
Salamnya lalu melangkah, sebelum akhirnya ada tangan yang menarik tasnya dari belakang, yang membuatnya membalik badan dan ternyata ada Bagas yang menarik tasnya.
"Sama Abang, gak ada penolakan," putus Bagas singkat dan datar yang membuat Clara tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah mengiyakan.
"Bagas pamit mah, Assalamualaikum" pamit Bagas, lalu mencium tangan mamahnya dan pergi menggandeng tangan Clara yang membuat mamahnya geleng-geleng kepala.
"Gadis spesial, dijaga layaknya berlian, yang kuat ya sayang" ucapnya pelan sambil melihat punggung tegap dan rapuh itu menghilang.
Ia, anaknya slalu menceritakan kisah Clara yang malang, membuatnya ikut prihatin, bagaimanapun, gadis kecil itu juga memiliki pengaruh terhadap anaknya. Entah mengapa luka gadis itu membuat ia ikut teriris selalu setiap kali merenungi kisahnya.
•••
"Udah sampek, Abang jemput nanti, jangan pulang dulu, tunggu di kelas, makan jangan lupa, dan inget, Abang slalu pantau kamu" nasehat Bagas yang membuat Clara hanya bisa menganggukkan kepala.
"Iya bang," jawab Clara pelan.
"Assalamualaikum"
Pamit Clara, lalu mulai keluar melangkah menuju sekolahnya. Baru beberapa langkah memasuki sekolah, sudah banyak cibiran yang membuat panas hati serta telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN Of SADNESS (TERBIT)
Teen Fiction✎ Follow Author dahulu sebelum membaca. •• King Of Sadness • Konflik berat! Belum di revisi. ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Ratu kesedihan, ratu ketidakadilan, ratu penghakiman, ratu kesesakan, ratu kekecewaan. Yes, that's me, the Queen sadness. ━━━━━━━━...