"sudah siap membaca kisahku? Gadis usang yang dipenuhi luka kecewa yang menyeru."— Queen Clara Praditya.
•
"Satu-satunya hal yang tak pernah berpura-pura ialah cermin, ia slalu setia dan tulus kepada siapa yang mereka temui"
•
Happy reading!
Thanks for 1k :))
•••••Malam tiba, namun kali ini berbeda. Mereka semua berkumpul dirumah Dion dengan harapan membuat Clara bahagia. Luka gadis itu sudah terlalu hancur berkeping, rasanya menyesakkan jika terus membiarkan gadis ini tak berdaya, itu sebabnya mereka sengaja mengadakan nonton bareng di rumah Dion. Mereka berharap Clara bisa bahagia, itu harapan mereka malam ini.
"Dion" panggil prince tiba-tiba.
"Apa?" balas dion kepada prince.
"Kenapa gua ngerasa bahwa harapan kita akan musnah malam ini?" tanya prince mengungkapkan perasaan tak enaknya.
"Bismillah aja" ujar dion yang dibalas anggukan oleh prince. Meski dion pun merasakan hal itu, akan ada sesuatu sesak malam ini.
•••
Seorang gadis remaja sedang menatap bayanganya di pantulan cermin. Mata sembab, bibir kering, kantung mata menghitam dan mata yang terasa sendu saat ia melihat matanya sendiri.
"Cermin, kenapa kau tak menertawakan diriku seperti mereka?" tanyanya sambil menatap cermin itu dengan senyum hampa.
"Cermin, kenapa kamu begitu tulus dan setia? Kamu slalu tak berpura-pura cermin, ketika aku sedih, kamu sedih, ketika aku bahagia kamupun bahagia," jelasnya sambil mulai meraba cermin itu dengan penuh lembut.
"Tapi sayang, aku terlalu membuatmu ikut bersedih ya? Yang slalu ku tampakan hanyalah air mata kesedihan" lanjutnya lalu mulai menitihkan air mata.
Entah sudah berapa banyak derai air matanya hari ini, tapi tetap saja rasa sesak itu tak kunjung pergi. Melelahkan dihakimi atas apa yang terjadi. setiap hari ia hanya berharap satu hal, mamah dan papahnya tau akan kebenaran.
Setelah puas merenungi, ia lalu mulai menghapus air mata dan melangkah bangkit untuk menemui orang-orang yang sudah menjaganya dan tak pernah menghakiminya.
•••
Mereka semua langsung terdiam saat melihat Clara. Oh apalagi ini, batin mereka miris melihat tatapan itu kini kosong sepenuhnya.
"Duduk sini" pinta elang yang paling dewasa diantara yang lain.
Setelah Clara duduk, mereka lalu mulai menonton sebuah film, tapi lagi dan lagi, semua film itu justru membuat Clara mengingat segalanya. Ia benci harus kembali mengingat, hingga air mata mulai mengalir membuatnya tak sadar. Tapi tidak dengan Gerald, ia melihat air mata itu turun kembali, sehingga membuatnya menghentikan film yang mereka tonton.
"Kenapa di matiin sih?" kesal Dion karena ia tak menyadari bahwa Clara kini menangis dengan tatapan yang kosong.
Mencoba mengikuti arah pandang Gerald, membuat mereka langsung paham dan tersadar, ada yang tidak beres lagi.
"Clar, are you okay?" tanya elang saat melihat bahu Clara bergetar hebat tapi tatapannya kosong.
"Kapan Clara akan disayang mamah papah kak?" tanya Clara sambil menatap ke depan.
"Kapan mamah dan papah akan memeluk Clara tanpa menampar Clara saat Clara sedang berkeluh kesah?" tanyanya lagi sambil mulai memegang rambutnya sendiri lalu tertawa.
"Rambut ini, pernah dipegang oleh mamah, namun tidak dengan kelembutan melainkan dengan sebuah sesak kesakitan" ucapnya sambil melihat rambutnya Sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN Of SADNESS (TERBIT)
Teen Fiction✎ Follow Author dahulu sebelum membaca. •• King Of Sadness • Konflik berat! Belum di revisi. ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Ratu kesedihan, ratu ketidakadilan, ratu penghakiman, ratu kesesakan, ratu kekecewaan. Yes, that's me, the Queen sadness. ━━━━━━━━...