melawan arus

40 6 1
                                    

Arus membawaku mengikuti kehendaknya
idealitas yang akan menjadi taruhannya
Usaha tak pernah putus melawannya
Namun, Pikiran dan hatiku berkecamuk dalam memutuskannya
Inikah realita kehidupan kita..?

Zee Violin

Jemari lentik Zee menyusuri beberapa debu yang menempel di bingkai foto yang tersusun diantara Kabin  rumah lamanya. Benda mati yang selalu memperlihatkan senyum seorang gadis muda ternyata hanyalah kenangan masa lalu. Sekarang tidak ada yang tersisa lagi.

Mata Zee menyusuri setiap ruangan yang sudah tertutup kain putih. Ruangan yang sudah bertahun-tahun tidak di kunjungi. Memori akan kenangan didalam nya masih membekas di ingatan  wanita yang berusia 24 tahun ini.

Lantas, selanjutnya ia harus apa? Zee tidak tau langkah apa yang akan ia ambil. Semua hanya tinggal debu. Perasaan pun berkecamuk melawan egonya.

Lamunan Zee terputus oleh suara benda jatuh dari halaman nya dan tangisan balita.  Karena penasaran Zee pun segera keluar dari rumah nya. Ia bisa melihat kap mobil belakang nya benyok dengan sepeda yang terjatuh menimpah balita.

Sekali melihat Zee bisa menyimpulkan jika balita tersebut tidak sengaja menabrak mobilnya. Zee segera membantu balita yang berusia sekita 4 atau 5 tahun ini.

"Kamu ga papa, dik?" Balita yang berjenis kelamin laki-laki tersebut hanya bisa mengerjakan matanya.

"Engh. Sa...sakit.." keluh balita tersebut. Tanpa Zee sadari ia ikut tersenyum akan tingkah balita didepannya ini.

"Astaga! Allend!" Nada bass yang terkesan khawatir membuat Zee membeku.

"Daddy...!"

Deg

Balita tersebut berlari kecil menghampiri ayah nya yang berdiri tepat dibelakang Zee. Zee yang masih terlarut akan lamunan nya, tidak menyadari jika lelaki tersebut dan balitanya tengah menghampiri Zee.

"Maaf mbak.. maafkan putra sa-" ucapan lelaki tersebut berhenti ketika Zee berdiri langsung dan berhadapan dengan masa lalunya.

Senyum tipis dengan mata sendu "halo, apa kabar Alang" Zee bisa melihat senyum canggung dari lelaki didepannya.

"Kamu, pulang..?" Tanya lelaki tersebut setelah melihat mobil yang terpatri di halamannya.

"Oh. Hanya nostalgia..."

Lelaki yang tidak lain Alang Yudha Aries tidak bergeming sama sekali. Ia masih betah untuk menatap wajah yang sudah bertahun-tahun pergi. Alang tidak menapik ketika ada rasa rindu yang perlahan menyusup dalam relung dadanya.

"Daddy...." Rengek balita dengan sisa air mata di pelupuk nya. Alang hanya tersenyum ke balita tersebut dan menyorot penyesalan atas kap mobil milik Zee.

"Tidak apa..." Seakan tau apa yang mau dikatakan, Zee lebih dulu mendahului nya.

Zee masih tak bergeming hingga Alang pun menghilang dari pandangan nya. Lantas ia harus apa...?

*****

Zee tersenyum senang untuk Minggu ini. Karena ia bisa berjalan-jalan dengan ayah nya. Sudah lama Zee tidak merasakan kebahagiaan keluarga.

"Ayo yah..." Rengek Zee saat melihat langkah ayah nya yang lama.

"Sabar sayang... Ayah udah cukup tua untuk berjalan ke mall" Zee hanya memutar mata nya dengan malas.

"Apa yang kau katakan yah.. apa kau akan mengejek ku karena berjalan dengan orang tua sepertimu? Tidak yah! Dimata anakmu ini. Engkau tetap muda dan tampan yah..."

"Hoho. Apa yang kau inginkan dari seorang pria tua ini? Kenapa mulut mu jadi manis hm?"

Zee hanya terkekeh melihat sikap ayahnya. Mereka pun melanjutkan langkahnya dengan beberapa candaan.

Mereka pun segera belanja pakaian berdiskon 30%.  "Ayo yah... Kemari. Mungkin ada yang cocok buat mu yah.." Zee dengan asik memilih beberapa baju dan mencocokkan ke ayahnya. Tanpa sengaja Zee melihat seseorang yang mirip dengan Alang.

'alang?' batin Zee. Zee segera izin ke ayah nya untuk ke toilet padahal Zee hanya ingin membuktikan penglihatan. 'apakah itu Alang atau bulan'

Saat jarak Zee tidak jauh dari pemuda itu. Ternyata penglihatan nya tidaklah salah. Disana Zee bisa melihat Alang yang merangkul seorang gadis cantik.

"Astaga Alang.. ayok kita makan. Aku lapar..." Suara gadis itu sangat manja.

"Baiklah. Kita ke sana."

Deg

Fakta yang baru Zee sadari jika Alang bisa berbicara. Ada sesak di dada yang membuat air matanya lolos.

'kenapa Alang tidak pernah bersuara saat bersama ku?'

ZEE VIOLIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang