Rasa yang hilang kendali

32 4 1
                                    

Zee tertawa kecil ketika melihat anak kecil yang pernah menabrak mobilnya kini sedang memperbaiki rantai sepeda yang lolos. Kerutan di dahinya membuat kesan jika anak tersebut bersikap serius.

Zee rasa, tak ada salahnya ia mendekati anak tersebut. Dengan langkah ringan Zee perlahan mendekati anak tersebut. "Hai, boleh Tante bantu?"

Anak kecil tersebut mengalihkan perhatian nya dan menatap ke asal suara tersebut. Sosok tersebut membuat anak itu tertegun.

Wanita cantik yang sering ia lihat dibalik bingkai kamar ayah nya kini berdiri di depannya "bunda....!" Seru anak tersebut yang pastinya membuat Zee bingung sendiri.

"Maaf?" Zee melihat di sekitarnya berharap menemukan wanita yang di panggil bunda. Tapi nyatanya komplek yang ia tinggali jauh dari lingkungan keramaian.

Zee menatap kembali anak tersebut yang masih antusias menatapnya "Bunda...!" Sekali lagi kata tersebut membuat nya tertegun.

Zee kembali tersenyum manis "junior kecil. Jangan panggil Tante bunda. Tante bukan bunda Adek..." Ujar Zee yang tengah memberikan pemahaman terhadap anak di depannya.

" Bunda bukan bunda nya Allend? Tapi Allend liat bunda Poto baleng sama Daddy Allend." Terang anak kecil yang menimbulkan keryitan aneh di dahi Zee.  Merasa wanita yang di depannya tidak mempercayai perkataan nya membuat Allend segera berlari di kamar ayahnya untuk mengambil bingkai foto tersebut.

Zee yang melihat anak tersebut lari dari kamar nya pun segera berbalik masuk ke rumah nya. Namun di tengah ia akan masuk ke dalam rumah. Teriakan kecil mengagetkan Zee hingga membuatnya berhenti.

"Bunda...!" Anak kecil tersebut segera berlari menyusul Zee.

"Liat!" Tunjuk anak tersebut dengan memberikan bingkainya.

Zee pun segera melihat nya dan menatap gambar yang diberikan anak tersebut.

Deg

Fakta yang membuat Zee terkejut adalah...

Dirinya menikah dengan Alang?

Lantas apa yang membuat vio tak mengingat apa pun? Bahkan termasuk cerita dibalik foto ini.

"Allend jangan bilang ke siapa siapa yah kalo bunda sudah melihat foto ini?"  Ujar Zee lembut.

"Bunda gak mau pulang bareng sama Allend yah?" Tanya balita itu dengan sedih.

"Tidak. Bunda pengen ko pulang bareng sama Allend. Tapi bunda mau mastikan sesuatu dulu di negri dongeng. Allend mau kan nunggu bunda di rumah tanpa ngasih tau ke siapa pun...?"

"Iya bunda! Allend janji sama bunda... Jangan lupa bawakan candy di negeri dongeng yah bund...!"

"Siap captain bunda...." Mereka terkekeh bersama dan tak lama Allend pulang.

****

Tak ada yang paling di inginkan oleh Zee selain bahagia. Ia tak ingin bermimpi menjadi salah satu bintang yang paling bersinar. Mimpinya tak terlalu tinggi dan mengharuskan pengorbanan yang luar biasa. Zee hanya ingin bahagia, tertawa bersama dengan ayah dan Alan.

Mimpi kecil yang telah di pikirkan Zee harus butuh pengorbanan besar. Hidupnya seakan berada di jurang yang senantiasa jatuh jika semesta berkehendak.

Ia kira Zee akan bahagia bersama Alang di masa putih abu-abu nya. Namun pemikiran itu terlalu polos buat Zee setelah ia tau siapa yang paling berharga buat Alang. Nyatanya dia tidak menjadi urutan orang yang berarti buat Alang. Bukan kah Zee terlalu egois?

'maaf. Saya gak bisa mengantar mu' itulah notes yang di buat pemuda itu sebelum dirinya benar-benar pergi dan menghilang dari pandangan Zee.

Sekarang Zee benar-benar sendiri.

"Alang nya Zee pergi. Zee sendiri lagi" gumam Zee dengan ratapan sendu nya.

Goresan pada luka bukan lah sesuatu hal yang membuat ia bertahan melainkan  kebahagiaan yang berakhir pada ilusi lah membuat ia berharap pada fatamorgana.

"Bukankah ini sulit? Rasa ini seakan hilang kendali. Sepertinya ada kesakitan tersendiri..." Gumam Zee.

____

ZEE VIOLIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang