Keberadaan Yang Tak Dianggap

22 4 1
                                    

Bila semuanya kembali sedia kala
Akankah ada perubahan tanpa menghadirkan mu pada dunia ku?

Rasa lelah tak kunjung lepas dari Zee. Hidup yang di hantui oleh bayangan masa lalu nyatanya membuat Zee semakin tertekan. Rahasia yang baru saja ia tau berhasil menambah daftar lelah untuk Zee. Ia kembali merenungi, kedatangan nya saat ini apakah hanya sebatas rahasia.

Rintikan hujan kembali mengguyur kota ini. Seakan tiada lelah langit menitipkan hujan pada bumi. Seperti halnya secangkir kopi menemani Zee dalam menunggu hentinya hujan.

"Maaf. Aku terlambat" tatapan Zee teralihkan oleh sosok pemuda yang baru saja menggeser kursi didepannya. Yah. Zee meminta waktu bertemu dengan Alang. Pemuda dengan kemeja rapinya. Seperti dulu, lelaki itu selalu berpenampilan dengan baik.

"Tidak apa. Kopi tanpa gula?" Tawar Zee yang langsung di anggukkan oleh Alang. Lelaki itu mengkerutkan alisnya, ia bingung mengapa wanita yang tak pernah terlihat batang hidungnya kini mengingat kesukaannya. Apakah Alang boleh berharap?

"Kau tau Alang. . ." Lelaki itu terdiam, ia tak menjawab hanya memberikan jeda pada kalimat selanjutnya dari Zee ". . . Hujan akan menjadi indah bagi sebagian orang yang menikmati nya. Namun sebaliknya, seseorang yang tidak menyukai seni dalam menikmatinya akan berpikir bahwa hujan adalah sesuatu yang mengganggu" kedua ujung Zee tertarik ketika menangkap remaja yang sengaja hujan-hujanan. Bahkan remaja itu tak peduli jika dirinya diperhatikan oleh orang lain.

Berbeda dengan pengendara berdecak kesal dengan saling memaki dan membunyikan klakson yang saling bersautan.

Alang menyadari arah pandangan Zee. Tidak banyak berubah, Zee tetaplah Zee. Ia akan selalu menemukan inspirasi dari kata-kata.

"Hujan keberadaan nya tak dianggap. Padahal ia hanya ingin diperhatikan walaupun sejenak. Seperti masa lalu kita kan, Alang?"

Sejenak Zee terdiam tapi tatapannya gak pernah putus pada rintik hujan yang saling bersahutan. Bahkan ia merasakan candu terhadap gemuruh nya. Ia menyukai hujan, sangat. Namun adakalanya ia merasa asing akan hujan. Dimana ia membenci rasa dingin.

Namun Zee kembali teringat ada hal penting yang harus ia lakukan sebelum dirinya pergi. Tatapan nya kini beralih pada manik Alang yang membuatnya candu. Bolehkah Zee mengatakan jika Alang seperti hujan, yang membuat candu. Tapi ia membenci jika pada akhirnya dirinya tak kan terlihat, keberadaan yang tak dianggap.

"Maaf membuat mu kerepotan dengan permintaan ku. Namun sebelumnya aku akan meninggalkan rumah dan kembali pergi secepatnya. Jadi sebelum aku pergi. Aku ingin mengetahui apakah kita pernah memiliki hubungan? Jika iya, maukah kamu menceritakannya untuk ku? Aku merasa tak nyaman jika aku tak mengetahui asal-usul ku"

Deg

Apa yang terjadi dengan Zee dan sejuta rahasianya? Batin Alang dengan pandangan yang tak lepas dari wajah Zee. Lalu, sekarang? Apa yang harus ia jawab.

"Jika kamu ingin pergi, aku tidak akan menghentikan mu Zee. Kita hanya punya hubungan disaat-saat putih abu-abu"

Sedikit terkejut meski ia sudah menutupi nya. Zee tersenyum miris sembari pandangan yang tak lepas memandang hujan dibalik kaca yang membikai. Apa yang kau harapkan Zee? Apakah kebenaran akan datang dengan mudahnya? Tentu saja Zee menggeleng kan kepalanya dengan tegas.

Namun sekarang apa yang harus ia tanyakan? Dikala pertanyaan diawali dengan penolakan.

______

"Ayah. Aku sendirian. . ."

"Apakah kau berbohong? Bukannya kamu akan menjadi prajurit pelindung ku?"

"Aku merindukan mu ayah. . ."

"Kau tau ayah. Aku sendirian. . . Aku kesepian. . ."

Mungkin inilah yang dilakukan Zee, berbicara di pemakaman nya hanya dirinya seorang diri. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh seorang Zee selain ini.

Zee pergi meninggalkan kepiluan bersama pedihnya merasa ditinggal pergi

_______

"Dad. Mengapa bunda tidak berkunjung kemari?"

Alang terdiam, tatapannya jatuh pada wajah polos anaknya. Anak yang tak tau apapun tentang kisah perjalanan mereka. Namun apa yang harus ia jawab bila keberadaan nya tidak pernah di anggap?

"Dad...?"

"Bunda mu, dia tidak akan  berkunjung Allend"

"GAK! DADDY BOHONG.....!!!"

"Tenang Al-"

"ALLEND TIDAK MAU DENGAR! DADDY BOHONG....!!!"

"DIAM AL...!"

"ALANG!" mama Alang segera memeluk Allen yang sudah berkaca-kaca. "Sayang, kamu ke kamar dulu yah..." Allen pun mengangguk dan segera berlari ke kamarnya.

"Apa yang kau lakukan?! Dia masih kecil ga tau apapun...." Wanita paruh baya tersebut menghela nafasnya, tatapannya kini jatuh pada wanita yang terlihat mengambil belanjaan di mobilnya. "Allen tidak tau apapun, jangan membuatnya bersedih. Dia juga korban dari keegoisan kalian. Jangan menambah semuanya menjadi rumit. Jika dia Zee, ia harus tau kalau dirinya memiliki keponakan. Jika dirinya Zeevanya, ia harus tau jika dirinya punya anak. Siapapun dia, kau harus memberitahu nya" wanita itu kembali menghembuskan nafasnya.

"Hadapi semuanya, jangan merasa semuanya akan sia-sia, jika dirimu belum mencobanya"

______

ZEE VIOLIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang