Zee violin

176 10 1
                                    

Meninggalkan atau.... Zee tersenyum tanpa menyentuh matanya. Seolah dirinya sedang menerawang masa dibalik hujan. Apakah semua selesai...? Terkadang Zee selalu dipertanyakan oleh pikirannya. Bisakah Zee hidup tanpa mengenang masa lalu itu. Zee tersenyum miris seakan itu mustahil.

Zee bukanlah peran utama dalam novel yang sering dibaca sahabat nya. Menjadi peran utama yang pemaaf dan melepaskan kesalahan yang lain. Tidak...! Zee bukan malaikat atau sang Dewi berhati malaikat. Zee hanya manusia biasa yang mengikuti naluri hatinya.

Tak terasa, hujan yang deras kini berubah menjadi gerimis dan perlahan berhenti menyisakan tanah yang basah. Sudah berapa lama dirinya melamun...? Zee tersenyum atas kebodohan nya. Seharusnya Zee tidak terlarut oleh masa lalu. Ibaratkan awan yang tetap fokus pada tugasnya tanpa memikirkan nasib hujan yang beradaptasi dengan bumi. Seharusnya Zee seperti awan yang tetap fokus pada tugas nya dan jangan memikirkan yang lain.

Zee segera keluar dari kafe setelah meninggalkan beberapa uang kertas dimeja. Zee hanya membawa payung yang mampu melindunginya dari tetesan hujan.

____

Zee violin selalu yakin. Akan ada pelangi saat badai berhenti. Itu seringkali di ucapkan bundanya agar Zee berhenti menangis. Namun, keyakinan itu kerap kali menghadirkan keraguan, apakah pelangi itu ada...?

Zee tersenyum menatap gumpalan awan yang semakin gelap. Bagaimana caranya dia pulang...?

Seakan Tuhan menjawab doanya. Zee menangkap pemuda yang sebulan ini menjadi tetangga nya sedang berlari ke arah mobil.

"ALANG....!!" teriak Zee dengan senyum cerah nya. "Nebeng Yo....!" Pemuda itu segera menghentikan kegiatan membuka pintu dan berbalik ke orang yang memanggilnya. Pemuda yang selalu memakai kaca mata minus itu segera memicingkan matanya untuk memastikan siapa yang pemanggil.

Seakan mendapatkan respon, Zee segera berlari kearah Alang sampai jarak terkikis. "Gue nebeng loh... Arrgghh maaf Lang, gue Zee tetangga loh.." seakan merutuki kebodohannya, Zee segera mengenalkan dirinya.

Alang memang pernah melihat gadis didepan ini di sekitar perkarangan rumah nya. Dengan sekali anggukan Alang mempersilahkan gadis yang baru saja memperkenalkan dirinya  untuk masuk ke mobil.

Perjalanan mereka diselimuti oleh kecanggungan. Bukan.. mungkin hanya Zee saja yang merasa canggung sedangkan Alang tetap memasang ekspresi biasanya.

"Btw, loh pindahan dari mana...?" Tanya Zee yang berusaha mencairkan suasana nya. Alang segera mengeluarkan note yang sudah ada tulisan nya dan menyerahkan ke Zee.

Yogyakarta...?

Tentu saja disambut tatapan bingung Zee. Tapi setelah membaca, Zee memahami. Orang yang di ajak bicara adalah orang aneh. Ia tidak suka diajak bicara.

Perjalanan memakan 1 jam lebih 30 menit. Dan hujan telah turun sekitar 30 menit yang lalu.
"Sekali lagi makasih tumpangan nya. Itu rumah gue tepat diseberang loh..." Tanpa aba-aba Zee segera membuka pintunya dan berlari ke rumah.

Alang menatap Zee tanpa ekspresi seakan memastikan jika Zee masuk rumah.

_____

"Astaga Zee.. kenapa kau sampai basah begini...?" Zee tersenyum cerah "aduh ayah... Kalo saja ayah lupa.  Lihat langit.... Hari ini hujan yah, jadi gak ada aneh kalo Zee basah sekarang" Zee seakan tertawa melihat ayahnya tersenyum bodoh.

"Cepat masuk, ganti bajunya. Nanti ayah buatkan coklat panas..."

"Siyappp. Aye aye captain" Zee seakan membuat penghormatan kepada ayahnya.

_______

Itulah awal dari pertemuan yang Zee ingat. Zee Violin dengan Alang Yudha Aries.

Zee ingat, saat itu dirinya mengatakan jika Alang adalah orang yang aneh. Tentu saja Zee tidak akan jatuh cinta sama Alang. Itu hanya pikiran Zee di awal. Pada akhirnya hanya waktu yang bisa menjawabnya.

ZEE VIOLIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang