Jangan terlalu nyaman

38 4 0
                                    

Ketika ku terlalu nyaman dengan mu.
Ketakutan yang paling kejam bukanlah kehilangan, tapi
Rindu yang harus terbiasa disaat kau takkan pernah kembali.
~Zee violin~

Zee kini terduduk menatap makam ayahnya. Tidak ada sepatah kata pun yang ia keluarkan ketika memandang batu nisan yang bertuliskan atas nama ayahnya. Setelah 30 menit, ia hanya diam. Zee segera berdiri dan berjalan meninggalkan makam ayah nya.

Sudah 5 tahun...

Zee tersenyum sendu menatap langit-langit yang  akan hujan. Pada akhirnya...  Zee masih mengingat jelas rekaman 5 tahun dirinya menapaki kaki nya di pemakaman. Saat itu yang Zee pikirkan, bagaimana  dirinya harus melewati tanpa sosok ayahnya.

Ia kembali tersenyum saat pikiran dimana dirinya tidak ingin kembali ke kotanya kini dengan mudah ia langgar, hanya karena ucapan dari teman satu kamarnya yang menyakini jika ia harus berteman dengan masa lalu nya.

Yang Zee bingung kan. Setelah ini ia harus apa?  Sekali lagi, Zee membenci pertanyaan yang tak ada jawabannya.

Bukankah dirinya harus terbiasa dengan rindu ini?  Zee kembali melangkah menuju mobilnya.

*****

Zee dengan senyum riang nya berjalan menuju kelas Alang. Sambil membawa bolu pisang yang ditaruh langsung kedalam bekal makanan warna merah maroon.

Saat itu kelas Alang sangat ramai membuat Zee kesulitan mencari Alang sendiri. Ekor matanya menangkap sosok pemuda yang ia cari membuat Zee mendatangi Alang.

"Alang" panggil Zee dengan senyum secerah matahari. Saat itu Alang terlihat sibuk dengan beberapa teman sekelasnya membuat ia tak menghiraukan kehadiran dari Zee.

Zee yang merasa di abaikan berusaha bersikap biasa "Alang..." Panggil Zee, pada akhirnya Alang hanya menatap sekedar nya dan kembali fokus pada diskusi temannya. Salah satu teman Zee menatap apa yang dibawa Zee membuat teman itu segera merebut bekal itu.

"Astaga.. makasih yah Zee. Ini pasti buat Alang kan..?" Zee dengan terpaksa mengangguk walaupun ia sedikit tak rela jika bekal itu tak sampai ke tangan Alang.

Teman itu dengan usil mengatakan ke teman yang lain "woy...! Zee Bawak makanan nih..!" Akibat teriakan itu, semua yang dibuat Zee dengan niat untuk Alang kini telah sia-sia. Zee seakan menunggu respon Alang. Tapi yang ia lihat adalah ke sibukkan dari Alang dengan temannya.

Zee pun tersenyum bodoh. Apa yang kamu lakukan Zee..?

Zee segera beranjak dengan sejuta rasa kecewa. Bukankah itu hati, tak tau masalah tapi hanya rasa kecewa yang datang. Tak bisa menafsirkan rasa tapi kesal itu seakan kembali hadir di relung dada.

*****

"Pussy, Zee datang Bawak makanan nih..." Zee tersenyum cerah saat kucing itu menghampiri nya.

"Ko kamu imut banget sih.. gemes kan aku liatnya" gemas Zee dengan sigap Zee menggendong kucing tersebut.

"Kamu tau, ntah kenapa.. akhir akhir ini Alang semakin sibuk yah..?" Tanya Zee lebih tepatnya Zee seakan mengutarakan kekecewaan nya.

Zee pun kembali termenung hingga membuat kucing tersebut lolos dari tangannya. "Pussy. Kamu mau kemana..?" Kucing itu segera berhenti dari langkahnya ketika ada seseorang yang mengambil dan membawa kepelukan nya.

"Alang nya Zee.." panggil Zee dengan riang. "Aku kira kamu sibuk, jadi ngak bisa istirahat bareng..."

'maaf'

Zee segera membaca kertas yang Alang bawakan. Tentu saja Zee kembali ceria. "Ga papa ko. Tapi Zee meminta. Alang jangan terlalu nyaman sama mereka..." Ujar Zee tanpa mengurangi senyumnya.

"Karena  Zee takut Alang gak pernah kembali dengan Zee. Zee takut harus terbiasa tanpa Alang." Ujar Zee dengan tatapan nanarnya. "Alang janjikan?" Alang pun membalas dengan anggukannya.

___

Zee kira, janji itu telah mengikat Alang untuk nya. Tapi ia salah....

Kadang perubahan orang bisa terjadi. Tidak selamanya janji bisa mengikat kesetiaan. Terkadang dengan janji itu hanya ada kepahitan yang nyata.

Bukankah Zee terlalu naif?

ZEE VIOLIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang