Pelangi dan senja

71 6 0
                                    

Belum tentu pelangi itu ada saat hujan berhenti.
Sedangkan senja. Sudah pasti ada sebelum gelap muncul.
~Zee Violin~

Zee menatap sepasang kekasih yang bertengkar. Bukan dirinya yang ingin mengintip atau menguping. Salahkan mereka yang bertengkar di tempat umum dan menjadi tontonan.

"Kau gila ya bay... Kenapa kau ngak kejar dia..!"

"Stop bay...!! Aku memang sayang sama mu. Tapi rasa ku tak seberapa dari sayang nya dia ke kamu...!" Zee menatap pemuda yang tidak bergeming ditepatnya.

"Sya. Dengar aku... Yang aku cintai itu kamu... Bukan yang lain. Jadi jangan usir aku jika kamu masih membutuhkan aku" Zee tersenyum miris seolah kata itu yang bukan ia inginkan.

Zee ingat. Dulu ada orang yang membandingkan pelangi dengan senja. Belum tentu ada pelangi saat badai berhenti. Sedangkan senja sudah pasti ada sebelum gelap muncul. Zee ibaratkan pelangi...

Tapi mereka lupa jika pelangi akan muncul di hari tertentu. Seperti Zee yang akan menempatkan hatinya pada orang yang terpilih.

Tapi semua nya ilusi yang tak pernah berhenti....

_____

"Apa yang kau lakukan disini....? Astaga..!  Alang apa salahnya mengatakan dari pada menulis, kan bikin ribet"  Zee tak habis pikir dengan tingkah tetangga barunya. Zee yang masih memegang beberapa kertas tentu saja sudah ada tulisan.

"Oh yah, gue mau nebeng perginya" Zee tersenyum berbeda dengan Alang yang memilih menatap datar ke Zee.

Tetap saja Alang tidak membalas dan mengabaikan Zee yang sekarang sudah masuk ke mobilnya.

_____

"Lo bisu yah....?" Tanya Zee dengan hati-hati. Zee memeriksa raut wajah Alang yang tak ada perubahan membuat Zee rileks.

"Tenang aja. Gue gak akan menjauh dari Lo kalo Lo bisu sekalipun. Gue itu tipe setia kawan. Kalo gak ada orang yang mau berkawan dengan Lo, cari gue. Hehehe" Zee tertawa tanpa alasan untuk mencairkan suasana nya  yang awkward.

Mobil Alang terparkir dengan baik disekolah. Tanpa melihat Zee, Alang segera keluar dari mobilnya begitu pun Zee.
"Alang...! Tungguin Zee. " Meski Alang tidak berhenti, tapi langkah Alang diperlambat kan untuk mensejajarkan  Zee.

Zee pun tau, walaupun Alang jutek+datar Alang sebenarnya baik.
Kelas Alang melewati kelas nya Zee. Sehingga mereka berjalan sampai kelas Zee.
"Makasih lang. Udah ngantar Zee. Good luck Alang nya Zee.." Zee tersenyum cerah dan segera masuk ke kelas. Sedangkan Alang menanggapi diam dan melanjutkan langkahnya.

Zee tidak tau, tapi menggoda Alang itu hal yang lucu apalagi jika Alang tidak bergeming sama sekali. Tanpa Zee sadarin dirinya tersenyum sendiri.

Meski Zee terlihat tak tahu malu. Apa salahnya jika itu membuat dirinya bahagia.

_____

"Eh? liat. Bukan nya itu Zee cewek pelacur"

"Sstt gak usah ngomong gitu ra.."

"Tapi ja. Gue benaran loh kalo Zee itu anaknya pelacur...! Mami gue yang bilang, kalo ibu pelacur itu pernah godain papi gue...!"  Zee tersenyum miris menatap sih gosip dan berlalu.

Niatnya Zee ingin mencari kelas Alang tapi karena banyak nya gosip buat Zee lebih memilih kembali ke tempat biasa nya yang lebih sepi.

Zee bukan gadis cupu yang diam  jika ada yang buat perhitungan. Zee akan melawannya. Dengan profil yang buruk sampai sekarang Zee tidak pernah di-bully secara kekerasan. Yang Zee terima adalah olokan atau penghindaran. Selagi itu tidak membuat fisik Zee buruk. Zee akan diam.

Selama ini Zee hanya menghabiskan diri ke tempat yang sepi. Dikelas bukan dirinya yang dihindari teman sekelas. Tapi Zee lah yang buat batasan nya.

"Eh..? Pussy, maaf Zee lama kesininya..." Pussy adalah teman Zee yang pertama. Pussy itu kucing yang Zee temukan sekarat waktu itu. Setelah dirawat, kini kucing dengan warna putih campur hitam sudah semakin gemuk.

Zee mengelus kepala kucing sambil melamun. Tanpa Zee sadarin kucing yang di elusnya mencoba melarikan diri.

"Eh? Puss, kau mau kemana...?" Zee mengikut ke arah perginya pussy. Betapa terkejutnya Zee, dirinya melihat sosok yang tadinya ingin dicari.

"Alang nya Zee. Kenapa kemari...?" Zee segera berdiri dan mengambil kucing. Alang segera memberikan apa yang ditangan nya.

Awalnya Alang kira Zee akan memilih tempat sepi buat menangis. Tapi yang ia lihat Zee tidak menangis sama sekali. Zee yang ia lihat adalah Zee yang tersenyum manis.

"Alang nya Zee kemari cuman bawa tissue? Hahaha. Alang Zee kira Zee nangis... Maaf Alang nya Zee, Zee gak bisa jadi teman Alang takutnya Alang akan keganggu sama profilnya Zee" senyum Zee kini berubah jadi miris.

Alang segera mengeluarkan kertas nya dan menulis beberapa kata.

Jangan sedih. Berteman

Walaupun singkat, Zee sudah tau maksud dari kata itu. Senyum Zee semakin cerah. "Alang mau jadi teman Zee. Zee punya teman sekarang... Pussy! Zee punya teman..."

"Miaow" pussy seolah menanggapi ucapan Zee.

Disitulah Zee mengira. Alang adalah milik nya, milik Zee satu-satunya. Hanya beberapa kata dari Alang. Zee merasa bahagia.

_____

ZEE VIOLIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang