"MAS DAMAAARRR!"
Nana menghambur ke arah Damar dengan tangis yang meledak-ledak, seakan ia melihat kakaknya tergeletak tak bernyawa. Padahal cowok itu sedang terbelalak kaget, bingung oleh kemunculan Nana yang tiba-tiba dan tak jelas asal muasalnya.
Nana masih menangis meraung-raung ketika menarik Damar bangkit dan mendudukkannya. "Maaass! Jangan matiii! Jangan tinggalin Nanaa!"
Damar menjawab dengan suara yang terdengar seperti rengekan orang gagu. Ya jelas. Kan mulutnya masih tersumpal. Karena Nana tidak kunjung melepas sumpalannya, Damar cuma bisa berharap, Nana memahami arti rengekannya. "M--mas nggak apa-apa! Nggak luka dan nggak sakit!"
Dengan ketajaman pikiran dan kekuatan intuisi wanita, Nana mengartikan rengekan Damar. "APA?! Ada yang luka?! Ada yang sakit?!"
"Ng-nggak! M--mas nggak apa-apa! Ta--tapi Adek jangan di ... di sini. Bahaya! Cepat lari!" jerit batin Damar.
"Jangan takut, Mas! Nana di sini! Nana di sini!"
Damar merengek lebih seru, menggoyang-goyangkan kepala ke sana kemari dengan heboh.
"Iya Mas, iya. Nana nggak bakal ninggalin Mas Damar."
Nana segera memeluk Damar seperti memeluk boneka beruang, berusaha menenangkan. Bukannya tenang, Damar malah tambah panik. Wajahnya langsung memerah persis udang goreng sambal karena Nana mendekap kepalanya kelewat erat.
Damar merasa tercekik dan susah bernapas.
"Mas?! Mas kenapa, Mas?! MAS!"
Damar mendadak pingsan, gara-gara kehabisan napas dan pusing diguncang-guncang Nana.
"Loh! Loh! Mas! Kok malah mati?!" Nana menepuk-nepuk pipi Damar. "Mas Damaaarr! TIDAAAKK!"
Sementara Nana menjerit-jerit penuh drama, para preman melongo-longo menontonnya.
"Bos! Terus gimana nih?!" tanya preman Herkules.
"Jangan panggil 'bos', Tolol! Nanti dia dengar!" bentak Surya.
Nana spontan menoleh Surya. Surya spontan membekap mulut.
"BOS?!" sembur Nana. "Jadi preman-preman ini anak buahmu?!"
"Oh, bukan Mbak," ralat Si Herkules buru-buru. "Kami bukan anak buah siapa-siapa. Cuma kebetulan disewa bos Surya untuk menculik pacar Mbak."
Tamat deh, riwayat Surya.
"Jadi KAMU!" Nana berdiri serta-merta, Damar roboh ke tanah begitu saja. "KAMU biang keladinya?!"
Baru kali ini Surya melihat Nana dalam mode murka. Wajah imut Si Pisang Lucuk tak lagi terlihat seperti boneka.
Kecuali kalau bonekanya itu Annabelle.
Nana melangkah cepat dan beringas mendekati Surya. Seolah tahu apa yang akan cewek itu lakukan, Surya refleks memundurkan selangkangan sebelum memundurkan langkah. Para preman menatapnya terheran-heran.
"Semua yang menyiksa dan membunuh mas Damar HARUS MATI!" gerung Nana menakutkan.
"Tu--tunggu Banana. Dengar dulu penjelasa ...."
Surya terhuyung kencang ke depan karena Nana menjambak kerah jasnya tiba-tiba. Sambil menggeram keras, cewek itu mengayunkan kepala.
JDUG!
Surya terjungkal hebat kena sundulan maut Nana.
Ralat .... Bukan sundulan. Alih-alih disundul, Surya merasa baru diseruduk banteng. Saking dahsyatnya serudukan itu, para preman sampai terlonjak kaget dan berjengit ngeri ketika kepala Nana menghantam jidat Surya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Dear Brunchmate
Novela JuvenilHanya cerita ringan nan ceria penuh keuwuan. Cocok untuk mengusir galau dan meningkatkan imunitas. * * * Raka pikir nggak ada cewek dunia nyata yang menarik seperti cewek dua dimensi, sampai Nana muncul dan jadi teman makan siangnya. Nana seimut cew...