17 - Penembakan

80 11 16
                                    

Istirahat pertama sudah berlangsung berapa menit yang lalu, Rezky hanya duduk di dalam kelas sedangkan Rafa dan Varo tengah ke kantin bersama. Sekalian Rezky titip roti. Di kelas hanya ada Rezky, Ani dan 2 siswa lainnya. Rezky menaruh kepalanya di lipatan tangannya, mengistirahatkan punggungnya yang sedari tegak.

Rezky mencoba menutup matanya, namun ada saja yang mengganggunya. Bahunya serasa digoncang membuat dirinya menatap siapa si pengusik itu.

Rezky di tarik langsung oleh Zain keluar ruangannya. Tak lupa tatapan dan segala macam ekspresi ditunjukan para manusia yang menonton di dalam kelasnya.

"Mau kemana?"

"Ikut aja." Zain membawa Rezky ke taman belakang sekolah. Rezky dan Zain duduk di bangku taman yang melingkari kolam ikan kecil dibawahnya.

"Nih, makan." Zain menyodorkan dua buah roti keju coklat dan sekotak susu. Rezky tidak bohong kalau ia benar-benar lapar saat ini. Mau tak mau ia langsung mengambilnya.

"Makasi. Nih, lo satu..."

"Nggak buat lo aja"

"Ya udah."

"Kalau kurang—

beli sendiri." Zain tersenyum ke arah Rezky yang mulai memasukkan roti ke dalam mulutnya.

"Ya ya sekali lagi makasih."

"Cuma itu?"

"Ya terus mau apa?"

"Emm...." Zain mengetuk-ngetukkan telunjuknya di dagu seolah tengah berpikir serius. Zain mendekatkan dirinya ke hadapan Rezky. Ia mulai mengikis jarak. Menyipitkan matanya menatap wajah Rezky. Lebih tepatnya ke arah bibir mungil Rezky yang belepotan coklat.

Zain mengelap bibir mungil itu menggunakan tisu yang ia ambil dari saku seragam milik Rezky.

Zain menarik  wajahnya. Pura-pura membuang muka. Padahal—

Deg deg deg..

Wajah dan telinganya kian memerah seperti kepiting rebus. Berbeda dengan Rezky yang masih terlihat tenang pada posisinya dan masih sibuk mengunyah makanannya.

Woylah! Zain udah baper+salting duluan. Cemen banget sih jadi cowok.

"Zain? Lo beneran nggak mau?" tanya Rezky sekali lagi.

"Nggak."

"Yaudah gue mau balik ke kelas. Makasi banyak untuk dua roti dan susunya." Rezky bangun dari tempat duduknya.

"Cuma makasih?" tutur Zain menekan kata 'Makasih'

Rezky membalikkan tubuhnya,

"Ya terus mau apa? ditungguin dari tadi, nggak di jawab."

"Penggantinya, lo harus jadian sama gue"

**

Rezky melangkahkan kakinya melewati lorong-lorong kelas. Telapak tangannya tak henti ia letakkan di dadanya juga pipinya. Berasa jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya.

REZZA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang