36 - Frustasi

32 6 0
                                    

Rezky berjalan melewati lorong perpustakaan. Setelah mengambil buku tugasnya di ruang guru. Lorong ini begitu sepi, tak seperti hari biasanya. Satu hal yang menarik atensinya. Pintu rooftop disana sedikit terbuka. Pandangannya menoleh ke kanan-kiri. Lalu kakinya mulai melangkah mendekati pintu itu.

Ia mendengar ada beberapa orang di sana. Matanya ia ajak mengintip di celah pintu yang sedikit terbuka. Ada beberapa siswa lelaki dengan seragam berantakan. Kepulan asap menguar di rooftop. Mereka merokok. Rezky melihat punggung seorang yang menarik perhatiannya. Punggung itu, sangat familiar. Tak perlu detik, ia langsung tahu itu adalah Zain.

"Zain ngerokok?" Rezky memundurkan tubuhnya. Menjauhi tempat itu. Sebelum salah satu dari mereka menyadari keberadaannya.

Brugh!

Sial, tubuhnya menyenggol beberapa alat kebersihan hingga terjatuh. Rezky menggigit bibir bawahnya sambil memejamkan matanya. Berdoa supaya Tuhan melindunginya. Ia mulai menormalkan posisi tubuhnya.

"Rezky kan?"

Kalimat itu membuat Rezky membeku di tempatnya. Kepalanya mendongak menatap orang yang amat tinggi itu. Rezky menimang-nimang, ia tahu siapa orang ini. Aldo namanya. Teman seperkumpulan Zain.

"I iya, gue tadi cuma lewat sini kok. Nggak sengaja nabrak anu....itu...sapu," tuturnya terbata-bata.

"Siapa Do?" tanya seseorang di belakang Aldo.

"Rezky noh"

Entah kenapa, Rezky merasa waktu berhenti saat itu juga. Wajah itu, sudah lama tak ia lihat. Berdiri di hadapannya dalam keadaan berbeda. Mata rubah itu tak seindah dulu. Terlihat sembab dan sedikit kantung di bawah matanya. Ada apa dengan dia? Rezky bertanya-tanya. Waktu menyadarkannya. Rezky memilih untuk pergi.

Namun, gagal. Seseorang menarik tangannya kasar dan membawanya melangkah entah kemana.

"Lepasin nggak!"

Zain memberhentikan langkahnya. Tepat di taman belakang sekolah. Wajah tanpa ekspresi itu. Menatap Rezky dalam diam.

"Lo ngerokok kan?" Rezky bersikap lebih tenang. Laki-laki itu masih tak menjawab.

"Kenapa lo jadi kaya gini? Jawab!" Rezky mulai meninggikan suaranya.

"Gue frustasi gara-gara lo marah sama gue. Gue frustasi karena takut kehilangan, gue frustasi karna lo bakal jadi milik orang. Denger Rezky! GUA FRUSTASI!!"

Zain mengguncang bahu Rezky. Gadis itu tak percaya dengan apa yang pemuda itu katakan barusan.

"Denger Zain! Lo sendiri yang ngehindari gue dan lo sebut gue yang marah sama lo? Asal lo tau gue nggak pernah marah karna kejadian waktu itu"

"Gue cuma kecewa karna lo ngehindar dari gue. Tapi, gue tetep percaya kalo lo itu juga punya hak dalam urusan waktu lo sendiri"

"Lo nggak pernah kaya gini sebelumnya. Gue nggak suka lo jadi brandalan nggak jelas hanya gara-gara masalah cinta yang sepele"

"Gue ngerasa bersalah. Karna, gue adalah orang yang jadi sebab-akibat lo kaya gini"

"Gue kecewa."

Rezky melepas tangan Zain dari bahunya. Lalu pergi meninggalkan laki-laki itu. Tersirat rasa kecewa di wajah dan hatinya. Perlahan butiran bening mengalir dari pelupuk matanya. Kenapa urusan percintaan serumit ini? Rezky menyesal telah mengenalnya.

Zain menatap sendu kepergian Rezky.

"Kekecewaanmu semakin membuatku frustasi."

-REZZA-

REZZA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang