39 - Kembalilah Padaku

42 7 0
                                    

“Hujan menjadi saksi bisu pertemuan kita”

- R E Z Z A -

*****

"Reyn garam dapur tiba-tiba abis. Coba kamu beli di kios depan, pake payung," perintah Rena.

"Oke Mah"

"Sini Kak. Kiki aja yang beli"

Rezky mengambil uang yang Rena ingin berikan pada Reyn.

"Hujan lho"

"Yailah....Kiki bukan anak kecil, cuma ujan doang," sungutnya. Reyn tertawa kecil.

"Yaudah gih, tiati ntar kepleset," ujar Reyn.

Rezky mulai membuka payungnya. Memulai langkahnya melewati halaman yang basah itu. Beberapa genangan air ia loncati. Supaya tidak muncrat ke tubuhnya. Derasnya hujan, membuat lingkungan terlihat ngeblur. Rezky menengadahkan tangannya. Air ini begitu dingin.

"Makasi ya Bu..."

Rezky sudah kembali dengan kantong berisi garam di tangannya.
Pandangannya mengedar kemana-mana. Menikmati perjalanan singkatnya. Ia menghela nafas berat. Berharap agar hujan menghilangkan rasa sedih di hatinya.

Sruashhh!

Sebuah sport melaju kencang melewatinya. Karena, keterkejutannya Rezky terjatuh. Payungnya terlepas begitu saja dari tangannya. Sebagian dress yang ia gunakan terkena air pecekan. Lututnya berdarah. Bokongnya terasa nyeri bertabrakan dengan trotoar kasar itu. Ia mengutuk siapapun yang berani melakukan ini padanya.

Tunggu, hal ini mengingatkannya pada kejadian waktu itu. Hari yang menurutnya sial, di situlah ia bertemu dengan Zain. Seperti inilah alurnya, seperti ini lah kejadiannya. Tak jauh berbeda.

Sebuah motor sport melaju kencang ke arahnya dan dirinya terjatuh. Bokongnya nyeri dan lututnya berdarah. Air pecekan menodai rok sekolahnya yang baru itu.

Seperti itu lah ingatannya. Masih dalam keadaan duduk dan tubuhnya sudah basah terguyur hujan. Rezky mendongak. Motor itu berhenti. Rezky tak mengharapkan orang itu akan menolongnya. Ia ingin memaki orang yang telah membuatnya seperti ini. Derasnya hujan membuat penglihatannya memburam. Pemuda itu samar-samar tengah membuka helmnya. Rezky berdiri, bersusah payah menghampiri cowok itu. 

"Brengsek ya lo!"

Rezky mendorong tubuh itu dengan satu tangannya. Satu tangannya mengelap air hujan yang menimpa wajahnya. Hujan ini membuatnya pengap dan matanya hanya bisa terbuka setengah. Menghalangi agar air tak masuk kedalam kornea-nya.

Grep!

Rezky langsung membatu. Orang menyebalkan itu, tiba-tiba memeluknya lebih dari kata erat. Hingga ia hampir kesulitan bernafas. Tangannya mencoba melepas, namun pinggangnya di tahan. Rezky dibuat bingung.

"Maafin gue"

Deg!

Suara ini? Suara yang ingin ia dengar. Suara yang sempat membuatnya kecewa beberapa ribu detik lalu. Tubuhnya langsung melemas. Batinnya menolak untuk lepas dari pelukan hangat ini. Bohong adalah dosa. Maka Rezky akan jujur. Ia sangat rindu. Bagaimana orang itu memperlakukannya dengan kasih dan sayang.

Rezky tak sanggup.

Tangannya terangkat mengelus punggung lelaki itu.

"Za....gue harus pulang...," lirihnya.

Zain menaruh kepalanya di tengkuk Rezky. Mengeratkan pelukannya. Takut gadis itu pergi lagi.

"Gue minta maaf....kalaupun lo nggak maafin gue. Gue minta lo jangan pergi dari gue"

Rezky merasa bingung dengan kalimat Zain.

"Gue nggak ngizinin lo nerima cinta Farel. Lo itu punya gue!"

"Gue nggak nerima apapun dari Farel. Sekalipun itu perasaannya." Rezky mengatakannya dengan lirih.

"Jadi lo nggak bakal ninggalin gue?" Rezky menggeleng di dada bidang Zain.

"Makasih ya...."

"Bukan berarti gue mau maafin perbuatan lo, berhenti ngerokok baru gue maafin," tutur Rezky.

"Iya gue janji," ucap Zain. Ia melepas pelukannya. Menatap wajah cantik yang basah itu. Tangannya ia tadahkan untuk melindungi wajah Rezky.

"Lo tau nggak seberapa besar gue sayang dan cinta sama Kiki?"

"Hm?"

"Sebanyak hujan mengguyur tubuhmu dan tubuhku, sederas itulah cintaku"

Entah harus menangis atau bahagia Rezky tak tahu. Ia benar-benar terharu. Senyum nya tak berhenti mengembang. Dadanya bergemuruh luar biasa. Darah di sekujur tubuhnya berdesir hebat. Mungkin, jika mereka kembali berpelukan. Detak jantung mereka akan terdengar sama berisiknya.

"Lo nggak dingin?" tanya Zain.

"Dingin, tapi badan lo anget jadi gue nyaman. Peluk gue dong"

Rezky merentangkan tangannya. Zain tersenyum. Lalu ikut membuka kedua tangannya. Mereka kembali berpelukan di derasnya hujan yang mengguyur jalanan sepi itu.

"Seragam kamu basah. Besok gimana?"

"Masih ada cadangan kok," jawab Zain.

"Maaf ya"

"Maaf lagi? Untuk apa?"

"Karena, udah buat kamu jatoh, payung kamu rusak, baju kamu basah," sesalnya.

"Silahkan maki gue sesuka hati lo"

Rezky tertegun sesaat. Lalu memukul punggung pemuda itu dengan tangannya.

"Dasar BRENGSEK!"

"Terus?" sela pemuda itu.

"Sialnya, gue sayang"

"Gue lebih sayang sama lo"

"Makasih udah hadir di kehidupan gue. Makasih karena mau nerima orang yang udah buat lo sebal dari awal. Makasih karena lo rela hujan-hujanan demi nerima perkataan maaf dari gue," tuturnya lembut.

"Bukan sebuah alasan aku mengatakan ya padamu. Karena, aku mencintaimu"

-REZZA-



Percayalah jika aku menangisimu dalam derasnya hujan

Mencintaimu adalah takdirku. Tapi, apakah aku takdirmu?

Walaupun begitu, akan ku paksakan diriku untuk bisa menjadi takdirmu










“Sampai selesai”









end?

REZZA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang