21 - Si Baper

61 9 6
                                    

"Habis ini, mau pulang?" tutur Zain, Rezky mengangguk. Ia merapikan buku-bukunya, memasukkan ke dalam rangselnya.

"Tapi sebelum itu, gue mau ke rumah Rafa antar sesuatu." Rezky berdiri dari tempat duduknya.

"Mau barengan?" Tumben nawarnya baik nggak maksa kaya biasa, monolog Rezky.

Rezky tersenyum menyetujui. Ia melangkah keluar Perpus duluan.

"Kiki..." Zain menarik rangsel Rezky hingga Rezky tertarik mundur ke belakang.

"Apa?"

"Lewat sini. Motor gue di sebelah." Zain berjalan duluan, mengambil motornya. Nggak pake bermenit-menitan. "Naik," suruhnya. Rezky naik sesuai perintah.

"Pegangan ntar jatoh, gue ga tanggung jawab." Zain menarik lengan Rezky melingkari pinggangnya. Rezky memutar bola matanya.

"Buaya," lirih Rezky.

"Hah?" Wajar budek. Telinganya kesumpet helm besarnya.

"Ngga."

Zain cengengesan di depan. Berulang kali ia menatap ke arah kaca spionnya, seakan tak ada hari esok untuk memandangi sosok pacarnya itu. Merasa diperhatikan. Rezky berucap,

"Iya tahu gue cantik." Kini giliran Rezky yang berkata pede.

"Dih kaya iya aja,"

"Buktinya lo suka kok," sembur Rezky, sambil mencubit pelan perut Zain. Zain tak mengadu kesakitan, justru menikmati cubitan kekasihnya.

Ia tertawa geli mendengarnya, titisan jiwa pede Zain agak menular ke dalam diri Rezky.

"Iya-iya kamu cantik pake banget, sangat, sekali, duakali dan ya aku suka." Entah sudah ke berapa kalinya Rezky dibuat baper oleh kalimat Zain.

Akhirnya, sampai juga ke tempat tujuan. Rumah Rafa, terlihat sunyi tapi nyantanya sangat ramai di dalam.

"Gausah ikut, lo disini aja"

"Kenapa?" Zain mengangkat satu alisnya, mulai sewot.

"Ntar, Rafa tahu kalo...."

"Pasti semua bakal tahu, gue yang kasih tahu mereka kalau kita pacaran." Zain melepas helmnya berlalu duluan memasuki area rumah Rafa.

"Heh, tungguin!" Rezky menyusul.

-Rezza-

"Kalian kok baru pulang? Sore banget," ujar Rafa, memandangi Zain dan Rezky bergantian.

"Iyaaa....ngajarin si bandel," sahut Rezky meneguk juz nya.

"Lah? sampe sore emang?" tanyanya lagi.

"Iya lah, kencan dulu tadi." Zain menambahkan yang tidak-tidak. Tetap terfokus dengan gamenya.

"Eh nggak ya!" protes Rezky, padahal tadi hanya di perpustakaan. Dan kencan? that's impossible.

"Apa? Kalian jadian?!" Rafa melotot penasaran, agak tak menyangka. Rezky mematung, canggung untuk menjawab pertanyaan dari Rafa. Hingga Zain lah yang bersuara.

"Iya, gue jadian sama Rezky" Zain mematikan ponselnya. Menatap Rezky yang diam tak berkutik.

"Woww, pajak jadian mana?!!!" heboh Rafa. Menengadahkan tangannya, meminta gratisan.

-Rezza-

"Dah sana mandi terus baca pesan gue," tutur Zain. Mengusap pucuk kepala Rezky.

REZZA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang