31 - Tebar Pesona

30 7 3
                                    

"Tadi susah banget gaya Butterfly Stroke"

Rezky setuju sekali sama ucapan Rafa. Mungkin Rezky akan tidak dapat nilai. Renangnya sama sekali tak berhasil tadi. Ya, mungkin Rezky lemah di pelajaran PJOK saat praktek seperti ini. Tapi, nilai akademis membantunya dari semua itu. Rezky bersyukur.

"Coba kalian pindah ke kolam sebelah. Yang ini mau di pake kelas XII B," tutur Vania.

Rezky dan Rafa mengangguk lalu beralih pindah ke kolam sebelah. Sayangnya, kolam itu sudah di penuhi siswi-siswi. Rezky mengedarkan pandangannya. Setelah melihat ada Aneth di ujung kolam. Rezky menarik Rafa menghampiri.

"Gue duduk sini boleh?" tutur Rezky. Aneth mendangak.

"Boleh-boleh, banget." Aneth menepuk-nepuk lantai kolam itu. Rafa tak berkutik sama sekali.

"Rafa lo juga duduk sini," ucap Aneth. Rafa tersenyum singkat. Lalu duduk.

Rezky memperhatikan Zain yang keluar dari air kolam. Rambut dan tubuhnya basah. Tubuh atletisnya tercetak begitu jelas. Rezky tak berdusta kalau ia tersipu. Apa gadis lain juga menikmati pemandangan indah itu? Rezky merasa harus serakah sekarang. Tak ingin berbagi sosok Zain pada siapapun.

Sial, bukannya lekas pakai handuk untuk mengeringkan tubuhnya. Zain malah menebar pesona di sana. Rambutnya di seka dengan jari-jemarinya. Air itu menetes melewati pelipis Zain. Siapa yang tidak terpesona? Rezky saja sampai di buat melongo di tempat.

Rezky tiba-tiba berdiri ketika Zain keluar dari area kolam. Ia beralih ke tempat lokernya berada. Mencari sesuatu di sana. Setelah menemukan apa yang di cari. Rezky menghampiri Zain yang sibuk meneguk air mineral. Di lempar lah handuk di tangannya. Menimpa wajah Zain yang berhadapan dengan botol itu. Hingga air yang ia teguk hampir muncrat.

"Baju lo basah, ngotorin lantai tau gak?" Zain langsung menoleh setelah mengamati handuk di tangannya.

"Gue niat mau handukan, tiba-tiba pacar gue nongol"

Zain menyunggingkan senyumnya ke arah Rezky. Gadis itu sedari tadi memalingkan wajahnya. Kelihatannya ia malu untuk menatap keseksian seorang Zain di dekatnya ini.

"Heh, gue di sini"

Rezky hanya menoleh dengan kepala yang agak menunduk.

"Males. Tadi siapa yang tebar pesona sama cewek-cewek disana ha?"

"Seriusan Jaja nggak tebar pesona sama sekali. Suerrr...." Zain membentuk angka dua dengan jarinya.

"Bohonggg!"

"Nggak boong. Tadi cuma tebar pesona sama kamu, tapi yang terpesona seluruh jagad raya hahah"

Rezky mencebikkan bibirnya kesal. Zain terkekeh kecil. Lalu menempelkan botol mineral dingin itu di pipi Rezky. Rezky tersentak kaget, merasakan sesuatu dingin menyetrum pipinya. Alhasil, ketika ia mendangak. Dahinya terpentuk dagu Zain.

"Awww...!"

"Sakit?" tanya Zain. Rezky mengangguk sambil mengelus-elus dahinya yang terasa ngilu.

"Yang seharusnya sakit itu gue. Liat nih dagu gue penyok kena jidat lo," cicit Zain. Menunjuk dagunya.

"Idih, mana ada. Jidat gue puyeng juga  gara-gara dagu lo"

"Kalo gitu yang jidatnya sakit harus bantuin gue ngeringin rambut. Gimana?"

"Ngeringin rambut?" Zain mengangguk.

"Hishh...kok Kiki sih?"

"Gamau? Yaudah gue panggil Aneth aja."

Mata Rezky membulat sempurna. Zain langsung cekikikan. Melihat reaksi pacarnya. Ia membuka tangan Rezky memberikan handuk itu. Zain beralih duduk, merendahkan tubuhnya. Lalu menarik tangan Rezky ke kepalanya.

"Cepetan, keburu kering sendiri rambut gue"

"Yailah...iya iya. Manja banget," ujar Rezky. Mulai menggerakkan tangannya menggosok rambut legam itu.

"Ini tuh guna seorang pacar. Mangkanya jangan jadi pacar gue, jadi istri aja. Mau?"

Rezky menarik anakan rambut milik Zain.

"Awww...KDP!" pekik Zain.

"Hah?"

"Kekerasan Dalam Pacaran"

"Biarin. Gue nggak peduli," timpal Rezky.

"Tega kamu, gue cium tau rasa"



-REZZA-

REZZA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang