30 - Pilih Salah Satu

29 7 0
                                    

Jumpa lagi!

Next, let's read.

****
Rezky dan Zain jalan bersama ke arah kantin. Melangkah berdampingan. Zain mengedarkan pandangannya mencari bangku kantin yang masih kosong. Saking banyaknya manusia berseragam di situ. Bangku yang tersisa pun tak ada sama sekali.

Mereka beralih memasuki kantin ruang atas. Mengharuskan mereka menaiki beberapa anakan tangga.
Rezky melambaikan tangannya setelah Rafa menyapanya. Ia menarik tangan Zain untuk duduk di bangku kosong sebelah meja Rafa dan Varo. Pas sekali, ada dua bangku di sana. 

"Darimana kalian?" tanya Rafa.

"Dari asrama," jawab Rezky.

"Za, lo tadi keren banget persentasi nya," tutur Varo memberi jempol.

"Iya lah, kenapa nggak?" Zain berlagak PD. Rezky hanya menggeleng  melihatnya.

"Besok pelajaran olahraga dong!" Varo terlihat bersemangat. "Renang lagi," sambungnya. Ketiganya mengangguk. Mulai menyeruput minuman yang baru saja di pesan.

Rezky beranjak dari tempat duduknya. Mengikuti Rafa yang memesan roti panggang. Menyisakan Varo dan Zain mengobrol.

"Lo ketemu sama Aneth lagi gimana rasanya Za?" Zain langsung menoleh.

"Lo ngga ada niatan ninggalin Kiki kan?" sambung Varo lagi. Zain menggeleng.

"Nggak lah," balas Zain.

"Hey gue duduk sini boleh." Zain dan Varo refleks menoleh ke sumber suara. Jreng, Aneth berdiri di hadapan mereka. Varo langsung meringis.

"Maaf neng. Tempatnya udah gaada"

"Tuh sebelah Zain ada kok." Aneth beralih ke bangku sebelah Zain.

"Itu punya Rezky. Terus ini punya Rafa, Lo cari tempat lain gih." Varo terkesan mengusir.

"Kenapa sih? Gue cuma duduk doang,"

"Isshh tapi itu bangku punya orang," sarkas Varo.

"Orangnya mana coba?"

"Ngeyel banget, tuh liat mereka dateng." Varo menunjuk dengan dagunya.

Rezky melihat Aneth duduk di kursinya. Gadis itu tersenyum ramah padanya. Rasanya tak sopan jika ia mengusir Aneth dari situ. Tapi, tak rela juga posisinya di ambil orang lain. Rezky hilang mood saat itu juga. Jika tahu seperti ini, ia tak akan pergi ke kantin tadi.

Rafa agak sinis menatap Aneth. Kenapa harus duduk disitu? Itu tempat punya orang. Mana nggak izin lagi. Mungkin Rafa kalau jadi Rezky bakal ngusir Aneth. Supaya duduk di tempat lain. Rafa menaruh roti panggangnya di meja. Lalu mempersilahkan Rezky duduk di bangku miliknya.

"Ki, lo duduk sini aja."

Rafa menarik tangan Rezky. Ia beralih ke kursi sebelah Zain. Mendekati Aneth yang terlihat mengobrol dengan Zain.

"Aneth ini kursi gue. Lo bisa nggak cari tempat lain?"

"Tapi, gue pengen gabung sama kalian," tuturnya. Rafa memutar bola matanya.

"Ini tempat gue pertama," sela Rafa.

"Stop! Aneth lo pindah sama gue. Nggak usah banyak bacot bisa?" Zain menatap Rafa.

"Ngapain lo ikutan pindah?" Rafa bertanya.

Zain tak menjawab. Ia langsung berdiri. Ia tarik lengan Aneth. Langkahnya menuju ke arah Rezky.

"Kita pindah ke bangku sebelah."

Rezky menggeleng. Ia melahap rotinya. Malas mendengar perkataan orang-orang di dekatnya.

"Lo aja sama Aneth, gue mau disini aja," ucap Rezky.

"Yaudah kalo mau pergi, pergi aja gausah ajak Kiki gue." Varo melipat kedua tangannya.

Zain masih memperhatikan Rezky. Siapa tahu Rezky berubah pikiran. Untuk ikut duduk dengannya dan Aneth. Tapi, Rezky terlihat tak peduli. Zain menghembuskan nafasnya.

"Oke, gue disebelah"

Zain membawa Aneth duduk berhadapan. Rezky mengamati dari bangkunya. Aneth selalu membuat perhatian Zain beralih padanya. Rasanya Aneth seperti orang ketiga di hubungannya setelah Rahel dulu. Tak mungkin rasanya, jika Rezky membenci orang sebaik Aneth.

Rezky meletakkan telapak tangannya dimeja dan beranjak berdiri.

"Gue duluan"

-Rezza-

Zain melihat Rezky sudah menghilang dari ruang kantin. Ia kembali menoleh ke bangku yang sudah kosong itu. Terlihat Rezky tadi, tak seceria awalnya. Mungkin karena kehadiran Aneth? Zain menepis lamunannya.

"Lo sama Rezky saling kenal ya?" tanya Aneth. Zain hanya mengangguk.

"Rezky tuh baik banget anaknya. Cantik, pintar, pas dah paket komplit," ujar Aneth.

"Iyaaa...sesempurna itu dia. Mangkanya banyak cowok yang suka dia," balas Zain. Aneth mengangkat satu alisnya.

"Siapa cowoknya?"

"Gue," gumamnya.

"Hah? Gue ga denger." Aneth menaruh telapak tangannya di telinga.

"Lo juga komplit kok. Baik, pinter, cantik" alihnya.

Aneth ber-oh dan tersenyum.

"Tipe cewek lo kaya gitu ya nggak?" Aneth tersenyum. Zain bingung. Entah setuju atau tidak dengan perkataan Aneth. Karakteristik Aneth dan Rezky tak jauh berbeda.

-REZZA-

REZZA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang