15 - Pulang Bareng

108 15 8
                                    

-voment ya-

****

Upacara hari Senin telah di mulai beberapa menit yang lalu. Para warga sekolah telah berjejer rapih memenuhi setiap sudut lapangan. Mengikuti dan menaati instruksi seperti biasa, dengan tenang dan tertib. Rezky berbaris di barisan kelasnya, berdiri di baris kedua dari belakang.

Setelah setengah jam berdiri di terik matahari. Tiba-tiba, kaki Rezky terasa agak berat untuk menopang tubuhnya. Tubuhnya terasa lemas, napasnya menjadi panas, bayangan yang dilihatnya seakan ngeblur dan semakin berubah menjadi kelabu.

Dan, kini ia sudah berakhir di sebuah tempat yang sudah berapa kali ia kunjungi selama berada di sekolah ini. Ya tentu saja UKS. Dirinya masih tak kuat untuk membuka matanya.

****

Zain, seperti hari-hari biasa selalu telat datang ke sekolah apa lagi hari Senin seperti ini. Dia jarang sekali bahkan hampir tidak pernah mengikuti upacara. Namun, sekolah dan para guru masih saja mempertahankan murid aneh seperti dirinya. Dan tentunya kalian tahu, tindakan seperti ini tidak untuk dicontoh.

Ia tadi sempat dapat omel dari sekuriti gerbang tapi ia tulikan pendengarannya. Ia bergegas melewati jalan pintas menuju ke kelasnya, yakni melewati ruang rapat OSIS dan UKS.

Melangkahkan kaki jenjangnya dengan santai seakan tak memiliki beban, mengenyampingkan rangsel hitam miliknya di bahu sebelah kiri.
Setelah dirinya hendak melangkahkan kakinya melewati depan UKS, atensinya menangkap bahwa pintu ruangan itu terbuka.

Ia melanjutkan langkahnya dan menolehkan kepalanya ke seisi ruangan itu. Zain tak melihat apa-apa selain kasur, lemari dan obat-obatan. Ia berniat menutup pintu UKS, takut ada kucing atau hewan lain masuk dan boker di dalam.

"Nghhh.."

Eh ada orang?

Batinnya was-was..Netranya ia ajak beredar di seluruh ruangan itu. Ia melongos masuk dan mengecek ruangan sebelah yang ada di tempat itu. Dan benar saja ia mendapati sosok gadis tengah berbaring, tubuhnya terlihat menggigil.

Dari lekuk tubuhnya Zain sudah tahu siapa gadis itu. Ia mencoba mendekatkan dirinya. Ia menyaksikan gadis itu sedang menahan rasa sakit di tubuhnya. Ia selalu mengeluarkan keluhan-keluhannya tanpa sadar.

Rezky berkali-kali memegang dada sebelah kirinya, mencengkeramnya kadang juga memukulinya pelan. Ia juga mengeluarkan butiran-butiran bening dari pelupuk matanya yang tertutup.

Entah dorongan apa, Zain langsung merengkuh tubuh mungil Rezky kedalam dekapannya. Menyalurkan kehangatan dalam dirinya berupaya agar gadis itu merasa lebih baik.

Rezky hanya lemas menerima tanpa sadar. Ia meremat baju seragam milik Zain menyalurkan rasa sakitnya. Zain sangat tidak paham dengan kondisi gadis di dekapannya ini. Ia merasakan Rezky sudah tidak lagi menggeliat.

Kini, ia alihkan pandangannya ke arah wajah Rezky. Mengabseni setiap inci dan setiap sudutnya. Saking telitinya, ia mendapati ada tahi lalat kecil di tengah hidung mancungnya.

Fokusnya ia bawa ke bibir pink Rezky yang terkatup rapat. Memegangnya dan mengusap bibir yang kering nan pucat itu menggunakan ibu jarinya. Melihat Rezky kesakitan membuat dada Zain terasa sesak.

REZZA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang