9 - Benih Kecemburuan

151 29 9
                                    


Perjalanan menuju jalan dekat sekolah dipenuhi oleh manusia-manusia berseragam yang bersiap memasuki gerbang gedung itu. Beberapa motor dan mobil serta bus-bus bergantian berhenti di depan gedung sekolah yang bertuliskan SMAN Rajawali 1. Pemandangan itu tak luput dari dua gadis yang tengah berbincang seru sembari berjalan menuju ke dalam sekolah itu.

"Nanti ada razia?" tutur Rezky kepada orang yang sama tinggi dengannya,

"Iya kah?" sahut Rafa seketika membelalakkan matanya kaget mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Rezky.

"Kok tahu?" lanjutnya memastikan

"Kemarin Farel yang-" Belum sempat Rezky menyelesaikan kalimatnya seketika raut wajah Rafa berubah, membuat Rezky menautkan kedua alisnya bingung.

"Farel?" potong Rafa. Matanya yang tadi menatap wajah Rezky. Kini, beralih menatap ke arah lain. Rezky mengangguk.

"Jelas dia tahu dia kan Ketos." Rafa berjalan meninggalkan Rezky.

"Raf, tungguin." Rezky berlari kecil mengejar Rafa yang telah jalan beberapa meter dari arahnya.

Farel? -Rafa

"Raf," panggil Rezky. Ia dibuat bingung oleh Rafa. Apa dia barusan salah bicara? Rezky merasa bersalah. Walau dia tak tahu dimana letak kesalahannya. Rezky pergi ke tempat duduknya. Melihat teman sebangkunya itu belum kunjung datang. Rezky menaruh dan menyusun buku-bukunya di bawah laci mejanya.

Tak lama ia mendengar sapaan dari suara yang tidak asing di telinganya. Suara dengan khas bariton miliknya.

"Morning," sapa Farel dan dibalas senyuman tipis oleh Rezky. Farel pun menarik bangkunya dan langsung mendudukkan dirinya tepat di sebelah kiri Rezky.

"Udah breakfast?" tutur Farel canggung menatap sekilas wajah gadis disebelahnya, membuat Rezky ikut menatapnya juga.

"Iya," jawabnya dan dibalas senyuman oleh Farel membuat Rezky sedikit kaku sebab baru pertama kali melihat sesosok Farel tersenyum ke arahnya.

Sejak percakapan singkat itu keduanya tak lagi membuka suara hingga guru masuk dan memulai pembelajarannya.

**

Zain memasuki area parkiran sekolah dan iris coklatnya menangkap sosok yang menggangu pikiran nya sejak kedatangannya beberapa hari terakhir ini.

Ia menatap ke arah dua orang yang sedang asik berbincang namun ia lebih terfokus pada satu gadis itu. Ia tersadar dari lamunannya beberapa detik yang lalu setelah sosok itu hilang dari pandangannya.

Ia pun bergegas pergi melewati lapangan bulu tangkis dimana ada gedung-gedung kelas berjejer rapi mengitari lapangan hijau itu, lagi lagi matanya menangkap gadis itu sedang berbincang seru dengan sosok yang ia benci sejak duduk di bangku SMP kelas tiga.

Wajahnya yang sedari datar kini memutar bola matanya malas seakan merasa muak dengan apa yang di lihatnya.

Tsk! Lagi lagi Farel!

Umpatnya dalam hati, ia pun bergegas menuju ke ruangan kelasnya dengan langkah yang sedikit kasar.

**

Rezky menghampiri Rafa ke tempat duduknya sambil membawa beberapa bungkus permen coklat panjang yang ia bawa dari rumah tadi dan ingin diberikan kepada Rafa yang kini berstatus sebagai sahabatnya itu.

Ia memegang tangan yang sedang sibuk merapikan beberapa buku ke dalam laci mejanya dan memberikan beberapa permen coklat itu.

Rezky beralih duduk di bangku sebelah Rafa sebab, para penghuninya sedang menikmati waktu santainya di surga sekolah alias kantin.

"Rafa gapapa?"

Rezky memulai obrolan sembari mencoba menatap wajah Rafa yang masih pura-pura menyibukkan diri dengan buku-bukunya.

"Gue? gue gini-gini aja emang kenapa?" ujarnya seolah tidak terjadi apa-apa membuat Rezky menyatukan kedua alisnya bingung, perasaan tadi ada yang tidak beres pikirnya.

"Serius gapapa?" tanya Rezky meyakinkan

"Mau ke kantin?" potong Rafa lagi dan Rezky hanya mengangguk setuju, daripada semakin rumit lebih baik anggap saja semua itu tadi tidak terjadi.

Mereka berjalan mengikuti arus menuju ruangan tempat dimana terdapat banyak para jenis makanan dan minuman dan mereka menikmati waktu istirahatnya.

**

Farel berbincang serius di sebuah ruangan tempat bersama para anggota-anggota siswa intra sekolah berkumpul, mereka berdiskusi bersama guna membahas kegiatan dan program selanjutnya yang akan di terapkan kedepannya di sekolah itu.

Mereka saling bertukar pendapat dan berargumen sebisa mungkin untuk bisa mendapatkan keputusan yang tepat dan benar.

Farel pun selesai dan telah mencatat semua yang baru saja dibahas tadi bersama para anggota-anggota OSIS. Setelahnya, ia bergegas kembali ke kelas karena waktu istirahat telah usai lima menit yang lalu.

"Rel ngga jadi razia, soalnya guru-guru BK rapat di gedung NHS," ujar Andini Waketos, sambil merapikan beberapa berkas dimejanya.

"Oh oke."

Farel bergegas kembali ke kelas guna mengikuti jam matematika yang seharusnya sudah dimulai beberapa menit yang lalu.

**

"Ketos sekolah kita yang paling rajin bro haha," ucap beberapa komplotan yang tengah duduk di pinggiran kursi dan meja di lorong sepi milik gudang sekolah. Mereka Aldo, Alfian dan Juan, tak lupa bosnya yakni Zain.

Kalimat itu tentunya ditujukan kepada Farel yang tengah sibuk melangkahkan kakinya.

"Ck! Farel" decak Zain, membuat Farel yang merasa namanya disebut menoleh ke arahnya.

"Apa!" ketus Farel, tak terima dirinya dipermainkan oleh mereka.

"Ngga usah basa-basi!"

Dugh!

Suara pukulan dari kepalan tangan milik Zain yang ia layangkan ke arah dinding di sebelahnya, seketika semua mata tertuju padanya.

"Lo suka kan sama anak baru itu?"

Zain yang sedari tadi bungkam pun langsung membuka suaranya, namun Farel tidak menggubris perkataan orang itu dan kembali menyambung langkahnya yang tertunda.

"Tuli!" ketusnya sebal.

Zain lo berubah!

**

REZZA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang