7 - Refresh Day

136 28 3
                                    

Reyn berangkat ke kampus lebih awal karena jadwal paginya yang agak ketat. Rezky dirumah membantu Bi Asih menyiram beberapa pot tanaman di halaman rumah besarnya.
Selama kegiatan menyiram ia selalu mendangakkan kepalanya berulang kali. Sebab, atensinya di alihkan oleh tetangga sebelahnya.

Tak sadar Rezky memakukan pandangannya agak lama. Hingga, tak sengaja orang yang ia tatap juga menatap ke arahnya. Kini terjadilah siklus saling tatap menatap.

Zain kaget melihat wajah gadis yang tadi sempat menatapnya.

"Aduh."

Dengan buru-buru Rezky menundukkan kepalanya.

Ting tong..

Terdengar suara tombol ditekan dari arah gerbang rumah. Membuyarkan semua rasa deg-degannya.

"Iya sebentar," ucap Bi Asih yang langsung menghentikan kegiatan menyiram tanaman dan buru-buru menuju ke arah gerbang. Rezky juga beralih dan menahan lembut lengan Bi Asih selaku pembantu di rumahnya itu.

"Biar Kiki aja yang buka. Bibi lanjut aja siram tanamannya," pinta Rezky

"Ngga usah neng."

Bibi merasa tak enak.

"Nggak Bi, gapapa."

Rezky menuju ke arah gerbang dan membukanya. Terlihat ada mobil putih terparkir disana. Ternyata bukan tamu, melainkan seorang pesuruh antar undangan.

"Ini rumah Pak Andhika?" tanya lelaki dengan topi hitamnya.

"Iya saya dengan anaknya, ada apa ya?"

"Ini undangan dari keluarga Pak Chandra dalam rangka ulang tahun anaknya, besok malam jam delapan." Jelasnya.

"Oh iya terima kasih"

"Siap sama-sama."

****

Rezky mengetik pesan pada sahabatnya.

Rezky : Raf main yuk

Rafa : Kemana?

Rezky : Ke rumah

Rafa : Dimana?

Rezky : Bangun dulu baru tanya

Rafa : Hehe iya bentar, gue mandi

Obrolan itu berlangsung selama beberapa menit dan Rafa akhirnya menuju ke rumah sahabatnya itu,

"Yang rumah sebelah kanan atau kiri?" tanya Rafa di seberang telepon

"Raf, sini!" Rezky berdiri di depan gerbang rumahnya. Melambaikan tangannya ke arah Rafa.

"Jadi rumah lo bersebelahan dengan rumah Zain?" tanyanya dan diangguki pelan oleh Rezky. Mereka berdua bergegas masuk.

"Neng, siapa ini?" tutur Bi Asih ramah

"Ini Bi, Rafa teman Kiki"

"Oh, tunggu ya bibi siapkan cemilan"

"Makasi ya, Bi."

"Emang ortu lo kemana?"

"Biasalah."

Rezky dan Rafa duduk di balkon kamar. Mengobrol sembari menunggu menu cemilan yang di siapkan bibi.

"Raf?" Rezky memanggil. Rafa hanya beredehem sembari mengangkat kedua alisnya.

"Lo tahu Zain?"

"Iya teman gue sedari SMP. Kenapa?"

"Ngga si cuma nanya." Rezky menggeleng.

"Mending ngga usah deket-deket sama tuh bocah. Jutek banget orangnya. Sekalinya dia nggak suka sama orang bakal berabe." Ucapan Rafa hampir mengalahkan rap nya Lisa Blackpink. Sedangkan, Rezky hanya asal mengiyakan. Padahal ia tidak mendengar jelas apa yang baru saja Rafa katakan.

Tok..tok..

Bunyi suara dari arah pintu, ternyata Bi Asih. Membawakan banyak jenis makanan untuk mereka berdua.

"Ini para neng cantik. Langsung di makan ya keburu dingin." Bibi tersenyum ramah. Lalu pergi meninggalkan mereka berdua dan melanjutkan untuk bersih-bersih. Rezky dan Rafa melanjutkan play together-nya hingga sore.

****

Makan malam keluarga Diningraid.

Setelah selesai makan malam. Semua berpencar ke segala arah di ruangan rumah itu. Rena menemukan sebuah kertas berhias tergeletak di samping vas bunga.

"Pah. Undangan dari Chandra dan Farah besok jam 8," tutur Rena kepada Andhika, yang sibuk menyesapi kopinya.

"Kiki sama Reyn masih ingat Farel?" tanya Andhika menghentikan kegiatannya. Beralih menatap kedua putra-putri tercintanya.

"Nggak, Pah."

"Ingatlah," jawab keduanya serentak namun dengan jawaban yang berbeda.

"Farel tuh si bocah cengeng teman SD kamu haha," tambah Reyn sambil cekikikan.

"Hah? Kiki kok lupa." Ia memutar ingatannya.

"Mungkin karena dia pindah pas kelas tiga SD kesini. Nanti juga ingat kalau ketemu."

Reyn membuka kulkas mengambil apel untuk dikupas dan disantap.

"Tapi, Kiki nggak mau ikut." Rezky menggelengkan kepalanya pelan tanda menolak.

"Farel teman lama kamu loh. Besok Kakak ada jadwal sampai sore, pasti capek ngga bisa datang. Kamu datang ya sayang," bujuk Rena lembut mengelus pelan surai cokelat anak gadis kesayangannya. Rezky mengangguk pasrah.

Rezky bangkit dari tempat duduknya menuju kamarnya dengan langkah gontai. Reyn mengikuti diam-diam dari belakang. "Jangan ngambek napa si," bujuk Reyn. Membuka telapak tangan Rezky dan meletakkan coklat ke tangan mungil itu.

Rezky hanya tersenyum singkat. Ia mendorong punggung Reyn menuju keluar kamar dan menutup pelan pintunya.

"Ngambek mulu heran." Reyn menggeleng kecil melihat tingkah adiknya. Ia berjalan menuju ruangan miliknya yang tepat berada disebelah kamar Rezky.

-REZZA-


REZZA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang