23 - Makan Berdua

35 9 2
                                    

Happy Reading

**

"Mau kemana?" Zain menarik Rezky keluar Cafe. Menuju ke arah tempat motornya berada.

"Emang tempat cuma disini doang?" Zain mulai memakai helmnya. Ia sudah mulai menyalakan mesin.

"Ya tapi kita kemana lagi?" Rezky masih bertanya-tanya.

"Ayo naik. Kita ke resto"

"Ngapain kesana?" Rezky bertanya seolah tak ada habisnya. Memancing Darah Zain naik ke permukaan. Zain mendesah.

"Makan sayang...." Zain nyerah. Ia tidak akan bisa marah dengan pacar gemasnya ini.

"Tapi aku nggak bawa uang banyak tau," Rezky mengadu. Ia berpikir panjang, bahwa makan di sebuah restoran akan menagih banyak.

"Emang lo pikir gue nggak ada uang?" Zain menaikkan alisnya.

"Masih minta Mama aja, sombong amat." Rezky menjulurkan lidahnya.
Zain turun dari motornya. Tangannya terjulur, mengangkat tubuh Rezky ke atas motornya. Zain mendongak menatap wajah Rezky.

"Gue kerja. Kerja di perusahaan Papa, bantu ngurusin berkas-berkas penting. Tentunya dapat bayaran dong." Zain menjelaskan. Mengatakan semua pada Rezky.

"Kayanya lo nggak pernah ngapa-ngapain tuh?" Pertanyaan Rezky benar-benar membuat orang naik darah.

"Gue kerja secara daring dari rumah. Lo khawatir? Kalau gue pengangguran?" Zain berkecak pinggang menghadapi pacar bawel nya ini.

"Ya...nggak sih. Kan cuma nanya."

"Iya iya, udah diem." Zain agak ketus ngomongnya.

"Marah terus kerjaannya, cepat tua tahu rasa. Gua sih ogah pacaran sama Kakek-Kakek." Zain tertawa kecil. Bisa-bisanya Rezky berkata seperti ini. Zain menarik tangan Rezky agar memeluk tubuhnya.

"Gue bakal buat lo jadi nenek juga."

-Rezza-

Zain sudah memesan semua menu. Rezky agak bangga punya pacar masih sekolah sudah menghasilkan uang sendiri. Memanfaatkan kesempatan dari Papanya. Nggak nyangka aja, ternyata Zain si bandel memiliki sisi seperti ini. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan keluarga.

Rezky tak henti menatap Zain yang sibuk memainkan ponselnya, bermain game. Bibirnya terangkat membentuk lengkungan indah. Ia teringat sesuatu,

"Za, tadi lo pergi kemana?" Rezky menggoyangkan lengan Zain.

"Cuma ke tongkrongan aja." Zain menaruh ponselnya. Menghentikan aksi main gamenya. Rezky hanya ber-oh mendengar jawaban Zain.

Ia bertanya lagi, "Oya, katanya lo adu tanding dengan....Arnold? Kalo ga salah."

"Tahu darimana?" Zain menegakkan tubuhnya.

"Farel," tutur Rezky. Muka Zain rada kecewa. Farel lagi.

"Balapan? Kalo jatoh gimana?"

Zain tersenyum, ternyata Rezky mengkhawatirkannya. Zain mengusap pucuk kepala Rezky.

"Nggak kok, kemarin cuma taruhan aja. Balapannya dibatalin," jelas Zain.

"Beneran nggak, atau?" Rezky menatap cemas. Zain menggeleng.
Ia membuka layar hp nya. Memperlihatkan sesuatu pada Rezky, sebuah percakapan di wa. Rezky membaca dengan seksama, dia tak menyangka.

REZZA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang