Aku berdiri tak bergeming di tengah ruangan yang tak aku kenali, dengan lampu yangberkelip redup redam. Dikelilingi orang-orang asing berwajah familiar yang sedang menari. Saat musik memasuki klimaks tiba-tiba saja semuanya terhenti. Orang-orang itu berbalik menatapku, dengan wajah yang keheranan, dan amarah yang terpancar dari mata mereka seakan mereka menuduhku bahwa akulah yang mengusik pesta itu. Satu persatu dari mereka meninggalkan ruangan. Ayahku, kaka-kakaku, ibuku, lalu Ragil yang menyunggingkan sebelah bibirnya sebelum ia menutup pintu meninggalkanku sendirian di ruang yang gelap.
Telepon genggamku berdering. Membangunkanku dari mimpi buruk yang terus berulang itu.
"Halo?" Aku menjawab telpon itu dengan malas, dan mata yang masih terpejam. Aku membuka mata melihat nama yang tertera di lyar ponselku itu, dan melihat jam. "Ma? Kebiasaan deh disini matahari aja belum terbit, kenapa sih?"
"Engga, mama khawatir aja udah berapa lama ga dapet kabar dari kamu! Kemana aja kamu?"
Aku bangkit dari tempat tidur, meraba-raba dinding dan menyalakan lampu. Ku sikap gorden jendela kamarku dan membiarkan jendelanya terbuka, mengizinkan angin dingin masuk. Benar saja matahari belum terbit meskipun sudah pukul tujuh.
"Aku ga kenapa-kenapa ko ma, sibuk aja sama kuliah." Tak seorangpun di Indonesia ku beri tahu tentang kejadian itu. Aku tak mau membuat mereka khawatir.
"Makan gimana? Kamu udah punya temen?"
"Ma aku kan bukan anak SD lagi, ga usah khawatir..."
"Kamu ga jawab pertanyaan mama, kamu punya temen ga? kalo pacar?"
"Punya ma, punya udah ah aku mau tidur lagi nih! Nanti aga siang atau sorean telponnya oke?"
"Awas ya kamu pergi jauh-jauh jangan malah diem sendiri, bergaul lah cari banyak temen! Ya udah nanti mama telpon lagi ya. Jaga kesehatan!"
"I-" telepon itu sudah dimatikan. Keinginanku untuk kembli tidur sirna seketika. Aku melaju ke dapur untuk membuat secangkir kopi dan menggoreng omelet sekadarnya. Memakan sarapan itu tanpa nafsu. Aku pandangi telepon genggam ditanganku, dan tersenyum.
"Ini terima lah," Luca menyerahkan kotak telepon genggam itu tempo hari menggantikan hapeku yang dirampok. "Sudah ada nomerku di dalamnya jadi kamu ga perlu bertingkah bodoh dan nyari-nyari aku di grindr lagi. I am one call away okay?"
Untung saja dia tak mengatakan 'i am your emergency contact' karena kalau ia mengatakannya aku akan benar-benar gila. Meskipun Luca bersikeras menolak, aku membayar telepon genggam itu hari itu juga. Aku sudh terlalu banyak berhutang budi padanya jadi tentu saja aku harus sedikit tau malu.
"Dan jangan pernah mengganti foto kontakku tanpa seizinku okay? Aku bakal cek secara rutin. Aku ganteng banget di foto itu soalnya!" Aku syok mendengar itu dan merasa geli. Ketika aku lihat apa yang dia maksud, aku tak bisa menahan tawa. Luca berpose dengan bibir mengkerut ke bawah, alis kiri naik dan mata yang memelas. "Pitiful but beautiful right? Supaya kalo aku nelpon kamu angkat, siapa yang bakal tega ga ngangkat telpon dari orang yang memohon seperti itu? Aku mendapat inspirasi dari Puss in Boots" Aku memandangi Luca dengan takjub dan terharu. Dia bahkan tau kalau aku tipe orang yang tak suka berbicara di telpon. Baginya, aku seperti buku terbuka yang mudah sekali dibaca.
Aku menyuapkan potongan terakhir omelet yang hambar itu ke mulutku, dan menaruh piring di bak cuci. Kuputuskan untuk mandi dan pergi ke kampus lebih awal.
Aku suka sekali Milan di pagi hari, saat matahari mulai merayap ke langit dan semuanya sunyi. Ibu-ibu akan ke luar ke balkoni dan mulai menjemur pakaian, dan aroma roti yang terpanggang terbawa angin ke jalan. Jalanan begitu sepi sehingga aku merasa seperti hanya aku lah yang hidup di kota itu. Kebalikannya, aku akan merasa sangat kesepian ketika aku dikelilingi banyak orang, seakan mereka hanya menonjolkan fakta bahwa aku sendiri di dunia ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kintsukuroi
Roman d'amourEmpat tahun lalu, Gema Bimana ditinggalkan oleh cinta pertamanya. Suatu hari dia mendapatkan sebuah pesan dari orang itu. Tanpa sapaan, tanpa menanyakan kabar, tanpa basa-basi, orang itu datang kembali seperti hujan yang tak sama sekali diramalkan...