pencokor

66 43 56
                                    

Bagai kucing dan anjing, itulah Yoonji dan Armi sekarang. Dengan langkah misuh setelah bertengkar dengan Armi karena masalah bang Joon, Yoonji pergi menghampiri emak yang sedang berjualan didepan teras.

"Emak, kenapa sih emak biarin Si Armi tinggal disini! Disini udah kaya simulasi neraka, mak!" kata Yoonji kepada emaknya yang sibuk menggoreng gorengan.

Dengan masih berfokus pada gorengan. "Naon deui sih?" (apa lagi sih?) "Emak kan tau! Kalo Yoonji udah ga alergi buku karna bang Joon! Armi sebagai adik harus ngalah dong, kasih bang Joon ke aku!" (bang Joon harus jadi milik Yoonji)

Mak Jung berbalik menatap Yoonji heran dan meninggalkan gorengan didepannya. "Tunggu, bukannya kakak yang harus ngalah, ya?"

Perkataan emak Jung berhasil menyadarkan 50% logika Yoonji selama ini. "Ta-tapi kan dia adik, harus... harus nurutin kakaknya kan?" ucap Yoonji sedikit berpikir.

"Iya. Tapi, nurutin apa dulu? Ke-sesatan kaya gitu mana mungkin mau di turutin. Lebih tepatnya, kamu ngambil milik orang!" ucap emak Jung yang kembali berfokus pada gorengannya.

Deg.

Jadi... jadi gue pelakor dong? Bu-bukan, tapi pecokor, ya? Perebut cowo orang?

Krrrbbbb. Suara tak asing itu kembali terdengar, suara perut emak Jung setelah maraton 5kg cabai yang harganya sering php.

"Ji, jagain markas! Emak, ada panggilan alam!" ucap emak Jung segera kabur ke dalam rumah. Sebagai anak yang solehah, Yoonji menuruti setiap permintaan emaknya akhir-akhir ini. Kehilangan sangat mengubah segalanya.

Taraktak. Tak tak. Suara benturan katel dengan spatula dan segera diiringi nada, "Gorengan-gorengan..." ucap Yoonji. Berjualan diteras rumah seperti ini jangan diragukan, Yoonji mampu membeli laptop seken yang masih bagus.

"Jual gorengan, teh?" entah suara dari mana, namun Yoonji yakin ia pernah mendengarnya.

Bukan, gue jual ginjal!

"Iya atuh, a!" jawab Yoonji rada kesal.

Benar saja, setelah seseorang yang bertanya itu nampak dari samping gerobak, Yoonji menganga.

"Saya mau beli dong, 5 bala-bala, 5 gehu sama 5 tempenya!" seorang laki-laki. "Oh iya, sama lepeutnya 5." lanjutnya yang menatap isi dari gerobak pink itu. (kaya lontong)

Setelah itu, sang laki-laki itu duduk dibangku yang memang di sediakan untuk pembeli. Ia mengeluarkan ponselnya dan mulai menempelkannya pada salah satu telinganya.

"Bro! Gue lagi dijalan, tapi beli gorengan dulu."

". . ."

"Iya iya, gue udah beli 20 biji, kita party dah!"

". . ."

"Oke oke."

Segera laki-laki itu menyimpan kembali ponselnya. "Eh? Ada apa teh?" sadar dari tadi Yoonji memperhatikannya.

"Eh, e-engga." kata Yoonji gugup dan segera berbalik mengahadap gerobak. "E-eh, maaf, tadi pesen apa aja ya?" tanya Yoonji melihat kembali laki-laki itu.

"Santai aja, teh. Tadi, bala-bala 5, gehu 5, tempe 5 sama lepeut 5." jelas laki-laki itu diakhiri senyuman.

Hah? Apa? Apa yang 5? Duh, mati gue! Ga fokus gini, gara-gara si aa terlalu ganteng!

"Ha-apa ya, a? Duh maaf, sa-saya ga fokus." ucap Yoonji menggaruk sesuatu yang tak gatal. Laki-laki itu berdiri dari duduknya, berjalan menuju Yoonji dan menuntun tangan Yoonji yang memegang capitan untuk mengambil beberapa gorengan.

Deg. Deg. Deg.

Kenapa gue bisa jantungan di saat kaya gini?

"Jadi berapa, teh?" tanya laki-laki itu setelah selesai menuntun tangan Yoonji. "Eh, ada yang beli, Ji?" tiba-tiba emak datang dari rumah.

"Iya, tante. Saya beli ..." laki-laki itu mengulangi ucapannya pada mak Jung. "Jadi 40k aja, nak ganteng!" segera laki-laki itu memberi uang pas kepada mak Jung. "Makasih ya, nak!" ucap mak Jung yang hanya di balas anggukan dan senyuman laki-laki itu. Segera laki-laki itu pergi, tak lupa ia juga tersenyum ramah pada Yoonji.

.

~ to be continue ~
!! vote and comment !!

Sales Promotion Boy [SPB] - Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang