jantung

75 42 47
                                    

Yoonji bersiap didepan cermin dan segera melangkah keluar rumah. Alih-alih menggunakan kendaran, ia memilih berjalan kaki karena dirasa sehat untuk jantungnya meski jarak tak bersahabat.

Sudah lumayan jauh dari rumahnya dan Yoonji tetap semangat melangkah. Produktif produktif produktif! Batinnya.

"Yoonji!"

Nama gue? Ada yang manggil gue?

"Eh, kak Jimin." semangat produktif Yoonji membuatnya tak sadar melewati Jimin yang berdiri didepan toko.

"Kemana aja?" tanya Jimin. Bak waktu yang berputar mundur, Yoonji teringat sesuatu. "Aduh kak Jimin, maaf banget waktu itu Yoonji tiba-tiba pulang."

"Santai. Btw sekarang mau kemana?" tanya Jimin lagi. "Ke rumah sakit, kak." jawab Yoonji.

"Hah? Siapa yang sakit? Kamu?" tanyanya lagi. Belum sempat Yoonji menjawab, Jimin segera menyosor duluan. "Tunggu, tunggu disini." segera Jimin berlari setelah bicara.

Brum brum.

"Naik cepet." Jimin yang datang membawa motor terkeren edisi barunya. Yoonji yang terheran dipaksa naik oleh Jimin.

Dengan kecepatan diatas rata-rata membuat Yoonji harus berpegangan pada stang jok, padahal Jimin berharap Yoonji memeluknya.

Tibalah mereka dirumah sakit ternama. "Tunggu disini, aku bawain kursi roda." kata Jimin meninggalkan Yoonji dan motornya.

"Tapi kak---" percuma, Jimin sudah pergi entah kemana. 5 menit berlalu Jimin datang dengan kursi roda yang entah dia maling dari mana.

"Naik." suruhnya. "Tapi---" elak Yoonji.

"Naik Yoonji..." pinta Jimin. "Tapi sekarang gue ga sakit, kak! Gue cuma mau periksa aja!" jelas Yoonji.

Krik. Krik.

Kak Jimin apaan sih berlebihan banget.

.

"Min Yoonji." seorang perawat memanggil nama yang akan di periksa dokter. Dengan segera Yoonji menghampiri dan duduk.

"Ini suaminya?" tanya dokter tiba-tiba menunjuk Jimin. "Bu-bukan dong, dok! Saya belum nikah!" jawab Yoonji langsung.

"Masih calon, dok. Hehe." Jimin nyengir kuda.

"Oh, jadi kalian pacaran." simpul dokter pendek, dibalas senyuman Jimin. "Ini mau diperiksa atau diwawancara?" Yoonji kesal.

"Oh iya iya, maaf. Jadi ada keluhan apa?" tanya dokter mulai serius. "A-anu, itu dok. Jantung saya suka degup-degup gitu." jawab Yoonji polos.

"AHAHAHA." Jimin dan dokter tertawa pecah diruangan itu. "Iya, atuh! Kalo ga degup nanti mati." jelas dokter.

"Bu-bukan gitu, tapi degup kenceng dok! Tapi disaat tertentu, ga rutin juga sih. Gitu deh, susah jelasinnya." jelas Yoonji.

Krik. Krik.

Tanpa ambil pusing sang dokter menulis sesuatu diatas kertas. "Yaudah, ini resep vitamin dari saya, ambil vitaminnya di ruang obat, ya."

Yoonji yang tak puas dengan pemeriksaan menyernyit heran. "Tapi dok, ini jantung saya loh! Kalo saya jantungan gimana?" ucap Yoonji.

"Emang kamu mau jantungan?" tanya dokter. "Ya... ya engga mau lah!" jawab Yoonji sembari diberdirikan dari duduknya oleh Jimin.

"Kak Jim, gue belum beres sama dokternya." tepis Yoonji. "Udah-udah, aku sama dokter yakin kamu sehat. Makasih resepnya, dok!" ucap Jimin dan segera keluar dari ruangan itu menggusur Yoonji.

"Aku tebus vitaminnya, ya?" tanpa jawaban dari Yoonji, Jimin segera menuju ruang obat dan menebus vitaminnya. Yoonji yang kesal dengan setia cemberut.

Selesai dengan vitamin, Yoonji dan Jimin segera menghampiri parkiran menuju motor yang mereka pakai tadi. "Udah dong jangan cemberut mulu." rayu Jimin menyerahkan helm pada Yoonji, namun tak diterimanya.

"Gue belum puas tau, tadi! Masa cuma dikasih vitamin?! Jelas-jelas jantung gue suka deg-degan disaat tertentu!" jelas Yoonji. "Deg-degan kaya gimana?" tanya Jimin pelan sambil memakaikan helm pada Yoonji.

DEG.

"TUH! Tuh kan! Ini gue deg-degan loh, kak!" jelas Yoonji. "BUAHAHA." tawa Jimin pecah. "Hmm, kamu ini polos banget! Kakak makin suka."

Ha? Ape? Gue ga budeq kan?

"Naon sih, kak! Udah ah gue mau minum vitaminnya, mana sini!" Yoonji segera menyambar vitaminnya.

Ampun, deh. Lucu banget dia.

.

~ to be continue ~
!! vote and comment !!

Sales Promotion Boy [SPB] - Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang