abang

100 44 29
                                    

"Buku buat ujian mana ya, a? Eh, kak?" Yoonji langsung bertanya berniat cepat pulang dan rebahan.

Tak banyak melihat buku yang lain, sang aa pegawai---eh, kakak pegawai bernama Park Jimin itu segera menunjuk salah satu buku tertebal. "Ini, neng, buku buat ujian tahun sekarang."

"Oh... boleh di liat-liat dulu?"

Jimin memberikan buku yang sama namun tidak terbungkus plastik. "Boleh, neng, ini yang udah di buka."

Langsung segera Yoonji sambar dan pergi menuju bangku yang tersedia di pojok toko itu.

Yoonji diam-diam melihat keadaan sekitar, saat dirasa sepi, Yoonji segera mengeluarkan ponselnya dan membuka menu kamera.

Foto aja lah, mubazir duit gue dibeliin buku, mending buat beli cimol crispy.

Yoonji memfoto beberapa lembar buku itu dengan fokus nan khusu. Sampai ia tak menyadari ada seseorang yang datang berniat untuk membaca namun justru memperhatikan Yoonji.

"Teh!"

"EH TETEH TETEH!"

Segera Yoonji menyimpan ponselnya dan menyengir kuda.

"Hehe, a-ada apa ya, kang?" tanya Yoonji dengan jantung yang party. (degdegan)

"Anu, itu bukunya udah di beli?" tanyanya.

Ini akang-akang kayanya bukan pegawai di sini deh, soalnya bukan pake seragam pegawai kek cogan sableng tadi. (Jimin)

"Teh?" laki-laki itu membuyarkan tatapan Yoonji padanya.

"Eh, i-iya, belum di beli, kang." jujur ae lah gaz.

"Ga boleh di foto kalo belum di beli ya, teh."

"Kalo udah di beli, teteh bebas deh mau foto atau gimana juga." lanjutnya senyum sapa salam sopan santun.

Massyaallah, ni orang keliatannya lebih tua dari gue, tapi sopan banget, gue demen ni yang dewasa-dewasa gini. Dari pada cogan tapi sableng kek pegawai tadi.

"Teh?" laki-laki itu kembali membuyarkan batinan Yoonji.

"E-eh, i-iya siap, kang. Nanti saya hapus deh fotonya, he-he."

Laki-laki itu terlihat bingung. "Kenapa ga di beli aja bukunya, teh?"

Yoonji tersenyum kaku. Duh gusti maappin Yoonji, Yoonji mau bohong. "E-engga terlalu butuh, sih, saya, mah. He-he."

Padahal gue merasa mubazir aja duit gue di beliin buku yang ujung-ujungnya di bikin bungkus bala-bala sama emak.

"Masa sih, teh? Saya liat teteh anak SMA, udah mau akhir semester juga, masa ga perlu buku ujian?" laki-laki itu bingung lagi.

Kini Yoonji gugup segugup-gugupnya. "A-anu. . ."

Dosa Yoon... bohong mulu.

"Kenapa, teh?"

"U-uang, sa-saya---"

"Oh. . .saya bayarin, teh. Sini."

Eh?!

Laki-laki yang belum mengenalkan dirinya itu membawa Yoonji dan bukunya ke kasir.

"Harganya 150 ribu aja, mas."

Dengan mudahnya, laki-laki itu memberikan uang dan memberikan bukunya pada Yoonji yang menga-nga mulutnya karena tak percaya.

"Mak-maksud sa-saya---"

"Santai aja, teh."

Eh malah senyum si bambang, holkay ni orang.

Yoonji tersenyum. "E-eh, kalo gitu, ma-makasih ya, kang."

"Panggil abang aja."

Haduh abang gue kalah baik sama ni abang-abang.

"Eh, makasih ya, bang!" Yoonji tak segan berterima kasih lagi.

Abang abang yang membayar buku Yoonji mengeja nama pada segaram Yoonji. "Iya, teh Yoon---ji."

"I-iya, bang."

Si abang senyum-senyum, tapi aura dewasanya MASSYAALLAH demen gue.

"Oh, sekalian. Kenalin, saya Kim Namjoon, abang Namjoon."

Jangan senyum bang, meleleh dedek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan senyum bang, meleleh dedek.

"I-iya, bang. Saya Min Yoonji. Sekali lagi makasih ya, bang Namjoon."

"Iya, semangat ujiannya ya, Yoonji."

Si abang bernama Namjoon itu tersenyum dan mengacak-acak rambut Yoonji sebelum pergi menuju pojok toko tadi.

MASSYAALLAH BANGGG MENINGGOY DEDEK.

.

~ to be continue ~
!! vote and comment !!

Sales Promotion Boy [SPB] - Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang