Extra Chapter

34.5K 1.4K 203
                                    

EXTRA CHAPTER : GOES TO PUNCAK

***

Sejak awal liburan sekolah Echa tinggal bersama Gio karena orang tuanya sedang ada perjalanan bisnis ke luar kota cukup lama. Kevin pun telah kembali ke Amerika. Makanya Mika menitipkan disana.

Awalnya Echa menolak lantaran takut merepotkan. Tapi Kinan ikut andil membujuknya, takut terjadi apa-apa jika dia di rumah sendiri. Padahal Echa lumayan terbiasa meskipun kadang kalau malem suka iseng sih.

Kinan sama sekali tidak keberatan, malah seneng rumahnya semakin ramai. Pastinya kalian tau dong siapa yang lebih seneng?

Ngomong-ngomong sebelom keluar kota Mika sering hangout bareng dengan Kinan. Itung-itung temu kangen setelah sekian lama. Bahkan mereka sangat antusias membicarakan kelangsungan hubungan anak-anaknya. Oke, lampu hijau dari kedua belah pihak.

"Bunda lagi masak apa?" Echa datang ke dapur. Sambil mengucek mata, baru bangun tidur.

"Masak sup ayam nih. Kamu gimana tidurnya semalem, nyenyak?" Kinan menoleh dan tersenyum lembut.

"Nyenyak dong. Ada yang perlu Echa bantu Bun?" Echa mengajukan pertanyaan.

"Udah pengen selesai kok ini. Kamu bangunin Gio aja gih Bunda juga bangunin Laura. Nanti kita sarapan sama-sama."

"Okeee!" gadis itu pamit sesuai perintah.

"PERMISI BOLEH MINTA KESERIUSAN NYA ENGGAK?!" Echa menggedor pintu kamar Gio.

Tidak ada jawaban.

"KAK GIO BANGUN UDAH SIANG!"

Masih belom ada jawaban.

Kesal, ia menerobos masuk. Ternyata laki-laki itu memejamkan mata damai dengan selimut menutupi sampai leher seolah panggilannya tadi hanya angin lalu.

"Bunda ajak sarapan bareng. Bangun ihhh," Echa menggoyangkan lengan Gio.

"Hmmmm," Gio balas bergumam dalam tidurnya. Bukannya bangun dia malah memutar badan membelakangi gadis itu.

"Ck, harus diapain lagi ya biar bangun," decaknya pada diri sendiri.

Akhirnya ia naik ke atas ranjang. Dan melompat-lompat seperti anak kecil. Tujuannya biar sang empu terganggu. "AYOK BANGUN! BANGUN!"

"Duluan aja sana." Gio menyahut serak mulai merasa terusik.

"Nggak mau. Kata Bunda harus bareng-bareng." cukup lama dia melompat. Tanpa sadar kakinya terbelit oleh selimut. Keseimbangannya pun hilang, tubuhnya oleng ke samping.

Bruk!

Mendengar suara benda terjatuh Gio otomatis membuka mata dan terduduk, terkejut. Memandang Echa yang sedang mengelus kening. Bibirnya melengkung ke bawah.

"Apaan yang jatuh barusan? Berasa ada gempa astagfirullah kaget,"

"I—ini," Echa menunjuk kening. "E—echa kejedot huaaaa!"

Ya, barusan dia jatuh. Udah gitu keningnya kepentok kepala ranjang. Double shit!

"Kenapa bisa? Mana coba lihat," Gio melihatnya. Dia meringis karena kening Echa sampai merah bahkan timbul sedikit benjolan.

"Pecicilan sih lo gak bisa diem. Benjol gini kan jadinya." lanjutnya mengomel campur dengan khawatir.

"Abisnya kakak di bangunin susah. Echa sampe keabisan cara akhirnya lompat-lompat deh,"

"Tumbenan gak nangis," laki-laki itu meledek.

"Kalo nangis pasti kak Gio tambah ngomel nyenyenye," Echa mencibir.

Erlangga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang