Sesuai janji aku update cepet. Gemesh banget sama ke-antusiasan kalian di part sebelumnya sukses bikin aku seneng 🌸🙆
Pertahankan yaa, selamat membaca. Vote & Commentnya ditunggu 💙
***
"Gimana rencana selanjutnya, oke gak?" tamu tak di undang itu tiba-tiba datang ke markas sepulang sekolah membuat Devin memijat pelipisnya pening. Sedari tadi tak berhenti mengoceh meminta pendapat pasal rencana selanjutnya yang akan di lakukan.
Laki-laki itu yang sama sekali tak menanggapi. Ia malah terdiam, "Nin, gue udah gak bisa lanjutin rencana kita lagi."
"Lo gila?! Tinggal beberapa tahap lagi gue yakin kita bisa misahin mereka berdua tapi dengan gampangnya lo bilang gak bisa lanjutin?" Zahra menggebrak meja tak terima. Menatap sinis lawan bicaranya.
"Dengan ngebahayain nyawa orang demi obsesi tolol lo itu?" sentaknya. Terbalik harusnya, yang tak waras sepertinya gadis itu bukan dirinya.
"Kenapa tiba-tiba lo berubah pikiran gini Dev? Awalnya lo paling semangat karena dengan itu bisa bikin Gio hancur sehancur-hancurnya," Devin terdiam kaku, harus banget bilang yang sebenernya nih?
"G-gue gak tau," ia membuang berat napasnya. Zahra menatap tak percaya mendengar jawaban yang di lontarkan Devin. Ada yang tidak beres.
"Apa alesannya?!" tanya Zahra terus mendesak. Dia seakan kehilangan harapan agar rencananya berjalan lancar. Tanpa Devin dan antek-anteknya akan sedikit sulit nantinya, "Oh—apa lo suka sama si manja makanya gak mau dia kenapa-napa, iya?" tebaknya tepat sasaran.
Devin menerawang, seketika tawa Echa yang sangat mempesona terlintas di benaknya. Hingga membuat laki-laki itu menahan senyum. "Kayaknya,"
Perasaan sesak seketika memenuhi dada Zahra saat laki-laki itu menjawab dengan blak-blakan. Bingung apa yang terjadi padanya. Entah, intinya gadis itu tidak rela bila Devin menyukai Echa. Meski Zahra tak pernah merespon perasaannya ia tidak ingin kehilangan laki-laki itu. Terdengar egois, tapi nyatanya emang begitu.
"Bukannya lo cinta banget sama gue? Dan secepet itu berpaling sama Echa? Kita masih pacaran kalo lo lupa," Dengan nada tak terima gadis itu berujar lantang.
"Perasaan seseorang bisa berubah seiring berjalannya waktu," Devin cape terus menerus hanya mencintai seorang diri. Cintanya bertepuk sebelah tangan tak terbalaskan meski status mereka sepasang kekasih.
"Tapi ka—" baru hendak protes tapi laki-laki itu lebih dulu menyelak dengan perkataan yang membuat Zahra bungkam seribu bahasa.
"Bukannya lo anggep gue cuma sekedar abang sebelum gue minta lo jadi cewek gue? Yaudah kita balik ke masa itu. Gue terlalu maksain lo buat jadi milik gue, padahal nyatanya hati lo udah dikuasain obsesi itu,"
Zahra memutar matanya agar tak bertatapan dengan mata Devin yang memancarkan luka. Devin mencintainya dengan tulus sedari dulu tapi ia tak pernah sadar akan itu.
Jika menyesalinya sekarang toh sudah terlambat. Perasaan itu mulai hilang, laki-laki itu sudah tidak lagi mencintainya dan justru menyukai Echa. Kenapa dua laki-laki berharga dalam hidupnya harus terpaku pada pesona gadis manja itu?! Zahra jadi semakin membencinya.
"Dev jangan begini, gue masih butuh bantuan lo." gadis itu memberi tatapan memohon agar Devin luluh.
"Gue bakal bantu kalo cara lo gak segila itu." mulutnya berkata sudah tak mencintai Zahra namun lain di hati. Sedikit perasaan itu masih ada, dan butuh waktu untuk melupakannya.
Walau bagaimana juga Zahra pernah mempunyai tempat tersendiri di hatinya. Pasti, Devin akan melakukan apapun agar dia bahagia meski dirinya harus menahan sakit. Tapi tidak untuk sekarang karena cara gadis itu salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Erlangga [COMPLETED]
Roman pour Adolescents[FOLLOW DULU SKUT SEBELUM BACA!] Ketika Erlangga si sulung nakal yang tidak pernah mau berurusan dengan perempuan harus dipertemukan dengan Keysha si bungsu yang lugu nan menggemaskan karena sebuah insiden. Pertemuan klise yang membuat Erlangga lang...