33. Kebohongan

13.3K 989 882
                                    

"Tante-tante culik aku dong,"

Alvin menggigit bibir bawahnya menampilkan ekspresi menggoda kearah kamera. Membuat kedua sahabatnya bergedik jijik. Ia menarik tangan Gio dan Jovan, mengajak mereka agar mau membuat tiktok yang sedang trend itu bersamanya.

"Najis banget Vin!" Gio serta Jovan menyentak keras tangan Alvin yang menarik tangannya.

Laki-laki itu memberengut. "Ah nolep lo pada! Gak tau mana yang lagi viral."

"Memang saya gak tau, kan saya ikan." ujar Jovan mencibir.

Alvin melemparkan tatapan sinis. "Anak dajal," umpatnya.

Gio menggelengkan kepala menatap Alvin. "Astagfirullah Alvin, kamu berdosa banget."

Saat ini mereka tengah berada di warkop pinggir jalan. Jalanan sepi yang dikelilingi hutan lebat. Menunggu montir langganan ayah Gio datang guna memperbaiki motor Alvin yang mogok. Jam menunjukan pukul 23.15 WIB tengah malam membuat suasana semakin horor dan mencengkam.

Mereka baru saja pulang dari rumah Farrel. Sedangkan Reynand sudah pulang terlebih dahulu, lagi pula rumahnya berbeda arah. Tiba-tiba saat di perjalanan pulang motor Alvin mogok, padahal bensinnya masih banyak. Entah apa penyebabnya.

Padahal Jovan sudah menyuruh agar menitipkan motor Alvin disini dan mereka tinggal pulang tapi Alvin menolak keras dengan dalih, "Enak lo ngomong! Gue minta beliin nih motor sampe pengen mewek tau gak lo? Nanti kalo ditinggal disini terus di gondol maling begimane?!"

Bukan apa-apa, tubuh Jovan sudah sangat lelah ditambah malam sudah semakin larut. Sama halnya dengan Gio, ia ingin cepat-cepat tiba dirumah tapi ia juga tak mungkin meninggalkan Alvin sendirian.

"Lama banget Yo montirnya? Pengen rebahan gue, anjing." gerutu Jovan dengan tak sabaran.

Gio mengangkat bahu, "Gak tau, otw katanya."

Setelah bosan berkutat dengan ponselnya Alvin memasukan ke dalam saku celana. Ia menatap sekeliling. Sangat gelap. Hanya ada beberapa penerangan, itu pun terlihat redup. Ditambah suara jangkrik yang bersautan membuatnya merinding tiba-tiba.

Alvin menggelengkan kepala mengusir bayangan adegan film horor yang terlintas di benaknya. Kemudian ia menopang dagu dengan raut sok imut, "Woy! Gue pengen nanya deh."  

"Males, gak penting!" celetuk Jovan malas menanggapi.

Wajah Alvin berubah sendu, "Sebenernya kalian anggep gue temen gak sih? Kok disini gue mulu yang ternistakan, salah gue apa?!" ujarnya mendramastis.

Bibir Gio berkedut menahan tawa melihat raut muka Alvin seolah menjadi menusia paling tersakiti di dunia, "Gak gitu Vin, gue bisa jelasin." ia ikutan berujar dengan dramastis.

Alvin mengangkat tangan tepat di depan muka Gio dengan jari terbuka lebar, "Cukup!"

"Ck, kebanyakan nonton sinetron kebawa sampe real life. Buru mau nanya apa?" tanya Jovan jengeh.

Alvin menggeser posisi duduknya ia mengisyaratkan Gio dan Jovan agar lebih mendekat lewat gerakan tangan. "Menurut lo mending dikejar pocong apa kuntilanak?"

"Unfaedah, anjing!" umpat Jovan menahan kesal, sepertinya malam ini Jovan cukup sensitive. Buktinya ia sangat gampang kesal.

Gio menopang tangan di dagunya dengan pandangan menatap Jovan dan Alvin bergantian, "Gak lucu, Mr. Adhijaya!"

"Lah siapa yang ngelucu? Serius nanya gue."

Tanpa merubah posisi Gio menjawab. "Gue sih mending dikejar pocong."

Erlangga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang