34. Seperti Bunglon

11.4K 980 559
                                    

dua minggu ga update berasa lama banget, ada yang nungguin??

kangen bacain coment kalian yg suka bikin aku ktwa sendiri. so, siap coment yang lucu-lucu disetiap paragraf??💫💙

selamat membaca!<3

***

"GIO! KEYSHA! ENAK YA KALIAN ASIK-ASIK PACARAN DI JAM BELAJAR." suara itu menggema diseluruh penjuru kantin.

Mampus! Batin mereka berdua tertangkap basah.

Suara hentakan heels berjalan mendekat kearah mereka yang masih membeku. Gio lebih dulu tersadar, ia bangkit kemudian langsung menyambar tangan Echa untuk mengajaknya berlari.

Menghindari amukan Bu Ros yang sedang berpatroli mengelilingi sekolah sesuai jadwalnya guna memantau bila ada murid yang membolos seperti mereka ini.

"HEI KALIAN BERDUA, BERHENTI GAK?!" teriak Bu Ros ikut berlari mengejar mereka.

Bukannya berhenti Gio malah mempercepat laju larinya sampai Echa sedikit kewalahan. Siapapun tolong Echa, ini bakso belum turun ke perutnya woy!

"KITA TARUHAN AJA BU, KALO IBU BISA NANGKEP SAYA, SAYA NYERAH DEH." tawar Gio yang mendapat tepukan keras di lengannya oleh Echa.

"ANAK NAKAL! AWAS KAMU GIO!"

Gio membelokan larinya naik keatas tangga menuju lantai 2. Di pertengahan jalan Echa menarik tangan Gio agar berhenti. Napasnya tersenggal, dadanya naik turun tak teratur. Tangannya menopang pada lutut kemudian memasang muka semelas mungkin.

"Cape, udahan kejarannya. Kasian juga Bu Ros nanti heels nya patah," rengek Echa.

Gio melihat ke belakang, disana Bu Ros tengah berhenti mengatur napas dengan mulut termegap seperti ikan koki. Ia terkekeh pelan, mengelus puncuk kepala Echa lembut.

"Emang mau di hukum lari keliling lapangan?" tanya Gio dengan jahil, memang benar itu kemungkinan terjadi. Meski begitu, Gio tak akan membiarkan Echa ikut dihukum. Ia rela menggantikan larinya menjadi dua kali lipat.

Mendengar pertanyaan Gio sontak Echa menggeleng tak mau. Jika mereka di hukum pasti Bu Ros tak akan tanggung-tanggung memberikan 10 kali puteran atau bahkan lebih. Mengingkat mereka sempat kabur dan berakhir kejar-kejaran. Belum lagi sinar matahari yang sedang terik-teriknya.

Gadis itu menarik napas panjang lalu dihembuskan pelan dan mulai memimpin berlari seraya menggenggam tangan kekasihnya. Sesekali menengok ke belakang melihat keberadaan Bu Ros yang tak jauh dari mereka.

"Katanya cape? Kok sekarang jadi paling semangat larinya." di tengah langkah kakinya yang lebar Gio bertanya kepada Echa.

Echa mendengus sebal, "Ya Echa gak mau dihukum. Panas, nanti item kak Gio berpaling lagi." jawaban itu membuat Gio terbahak, ia mengacak-acak rambut Echa. "Gemes!"

"GIO! KEYSHA! BERHENTI KALIAN!" teriak Bu Ros menggelegar sepanjang koridor. Ia berhenti sekali lagi, mengatur napasnya yang tersenggal.

Gio melirikan matanya, wajah Echa tampak kelelahan. Mereka sudah berlari cukup jauh dan Bu Ros tidak terlihat di belakang sana. Saat di pertigaan depan, ia berinisiatif menarik tangan Echa masuk ke dalam perpustakaan. Untungnya saat ini penjaga perpustakaan sedang tak ada.

Laki-laki itu menuntun Echa menuju rak paling ujung. "Ih kenapa kesini? Jangan bilang kak Gio mau baca buku?" Echa mendongak agar dapat melihat wajah Gio.

What the fuck?! Mengapa pemikiran kekasihnya ini sangat dangkal? Yang benar saja lagi genting seperti ini malah baca buku.

"Ngasal! Orang mau ngumpet." Gio menoyor pelan kepala Echa.

Erlangga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang