41. Penculikan

13.4K 1K 316
                                    

VOTE KOMEN JANGAN LUPA OKEYY??😠💗

selamat membaca kalian

***

Warung Mang Ucup terbilang cukup ramai hari ini. Semuanya fokus pada satu objek yaitu televisi yang menayangkan pertandingan sepak bola. Teriakan heboh bersaut-sautan ketika jagoan mereka berhasil mencetak gol. Bahkan ada yang saling dorong-dorongan hingga hampir terjungkal.

Awalnya emang gak tersedia televisi disana. Itu pun di beli dari uang hasil patungan mereka. Ya supaya bisa nonton bareng begini. Beda halnya dengan Gio yang sejak tadi duduk gelisah sambil sesekali melirik ponsel. Entah tengah menunggu apa. Semenit kemudian laki-laki itu bangkit dan berjalan mundar-mandir. Perasaannya tidak enak, kayak ada yang mengganjal di hatinya.

"Gio duduk anying! Lagi cosplay jadi setrika lo mundar-mandir kayak gitu?" kata Alvin. Fokus mereka jadi teralihkan karena pergerakan Gio.

Fyi, Alvin udah baikan lagi sama Gio. Eh ralat, lagi pula mereka gak marahan. Hanya bogeman Alvin minggu lalu sebagai pelajaran buat laki-laki itu. Dan beberapa hari berikutnya ia emang mendiami Gio tapi lama kelamaan tak tahan juga. Mana kuat Alvin yang biasanya kayak cacing kepanasan mendadak diem seperti Reynand? Gak banget kan.

"Perasaan gue gak enak, kenapa ya?" ungkap Gio seadanya.

Farrel merotasikan mata sambil membuka kulit kacang lalu melemparnya pada Alvin, "Perasaan lo doang kali Yo."

Mengangkat bahu acuh Gio kembali duduk dan menenggak minuman soda hingga kandas. Ponselnya bergetar membuat perhatian terpusat pada benda itu. Gio menyiritkan alis, bingung. Nama 'Camer' tertara disana. Untuk apa Mika menghubunginya? Tumben sekali.

"Halo, Ma." sapanya.

"Halo Gio, Echa ada sama kamu enggak?" tanya Mika dengan suara yang terdengar panik.

Ada apa ini sebenarnya? Sial, perasaan Gio tambah tidak enak aja! "Enggak Ma. Gio lagi kumpul sama temen-temen. Emangnya kenapa ya?"

"Duh Echa belom pulang Gio. Harusnya udah sampe rumah dari satu jam yang lalu. Kira-kira kemana anak itu ya? Mama khawatir." di sebrang sana wanita paruh baya itu menggigit bibirnya gelisah. Tak seperti biasa putri bungsunya itu telat pulang. Paling-paling jika emang telat tengah pergi bersama Gio atau sahabatnya. Itu pun selalu mendapat izin dulu dari Mika.

"Mama udah coba tanya sama temen sekelasnya? Mungkin Echa pergi maen atau ada tugas kelompok." meskipun gak yakin tapi ia berusaha tenang.

"Biasanya Echa izin kalo mau pergi seperti itu. Tapi sekarang di telfon juga enggak di angkat."

Jawaban Mika membuat ketenangan Gio goyah. Ia jadi ikutan panik. "Nanti Gio coba cari, Mama tenang aja."

"Tolong ya sayang." setidaknya dengan pernyataan Gio rasa khawatirnya berkurang. Mika percayakan sepenuhnya kepada laki-laki itu. Ia yakin dia mampu menemukan Echa.

"Oke, Ma." Setelah panggilan terputus Gio otomatis menatap Jovan. Bermaksud meminta laki-laki yang berstatus kekasih Hana untuk menanyakan padanya. Siapa tau aja gadis itu tengah bersama Echa. "Van tolong tanyain cewek lo. Dia lagi sama Echa gak sekarang?"

"Kenapa dah kok muka lo panik gitu?" kebiasaan orang kalo di suruh gak langsung bertindak, pasti ada aja pertanyaannya.

"Tanya dulu cepet!" tekan Gio membuat Jovan tak banyak nanya lagi. Sembari menunggu balasan Gio mencoba menghubungi nomor Echa. Tapi nihil, buktinya udah puluhan kali tapi satu pun tak ada yang terjawab.

Erlangga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang