33. The Great Liar

795 88 18
                                    

Vote dulu yuk~

...

Mentari pagi ini agaknya sedang enggan untuk menampilkan senyum merekahnya. Awan seolah menutupi sang surya agar cahayanya nggak bersinar terang menyambut pagi hari yang penuh semangat. Perlahan terdengar bunyi gemelatuk air yang bertabrakan dengan permukaan atap. Rintik hujan ringan akhirnya jatuh ke bumi membasahi seuluruh kota.

Ini hari Senin, hari dimana semua orang malas menjalani aktivitas karena belum merasa puas menikmati weekend yang hanya ada dua hari dalam seminggu. Gerimis riwis di luar sangat mendukung siapapun untuk kembali bergelayut manja dengan guling pujaannya. Demikian pula yang Aera rasakan.

Entah bagaimana ceritanya, tempat tidurnya seakan mempunyai medan magnet yang begitu kuat sampai-sampai Aera nggak bisa beranjak barang sedetik pun. Gadis itu masih betah berdiam diri di kasur sambil selimutan rapat.

"Perasaan baru kemarin Minggu, tau-tau udah balik Senin lagi." Gumam Aera saat menyadari hari pada ponselnya menunjukkan kata 'Monday'.

Meski sudah menyadari sekarang ini hari Senin, yang artinya dia harus kembali ke rutinitas hariannya yaitu berkuliah, tapi Aera tidak bergeming apapun. Malah sekarang selimutnya semakin dia rapatkan pada tubuhnya. Alias... mager sekali bunda.

"Yoo Aeraaaa!!" Demi apa rasanya jantung Aera mau copot saat tiba-tiba Jaemin masuk ke dalam kamarnya sambil berteriak.

"JAEMIN! IH! KAGET TAU!" Oknum yang diteriaki pun hanya nyengir menampilkan barisan girgi rapinya.

Jaemin mendekat dan duduk di tepian ranjang. Mengelus pucuk kepala gadis itu dengan lembut yang tentu saja membuat Aera tertegun.

"Gue nanti pulang agak telat ya."

Aera menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa?"

"Hari ini jadwal terapi sama dokter Krystal." Jawab Jaemin sambil menyunggingkan senyum kecut. Aera langsung bangkit dan duduk menghadap Jaemin.

"Semangat dong!" Aera meninju lengan Jaemin pelan. "Pasti lo bisa sembuh kok!"

Masih dengan senyum kecut yang terukir di bibirnya, Jaemin hanya mengangguk menyahuti semangat dari Aera. "Gue berangkat dulu ya. Sarapan udah ada di meja. Jangan skip sarapan loh!"

"Iya Nana bawel. Dah pergi sana!"

Tepat sebelum beranjak, Jaemin nggak lupa mengusap rambut gadis itu, barulah dia meninggalkan Aera yang masih berbalut selimut.

Sejenak Aera terdiam menatap punggung gagah Jaemin menjauh. Entah kenapa tiba-tiba ia teringat pertanyaan Jaemin dua hari yang lalu, saat keduanya menghabiskan sabtu malam bersama.

Flashback

"What if... iam not a gay?"

Pertanyaan yang berhasil membuat Aera berhenti mengunyah tteokbokki pedas miliknya. Gadis itu menatap Jaemin clueless. Benar-benar nggak mengerti dengan maksud pertanyaan Jaemin.

Bagaimana jika Jaemin bukan seorang gay?

Lalu kalau bukan gay apa? Jelas-jelas Jaemin yang bilang sendiri dia nggak suka lagi sama perempuan. Dari sikap Jaemin yang berubah drastis, rasanya nggak mungkin aja gitu kalau ternyata Jaemin bukan seorang gay. Bahkan menurut psikiaternya, Jaemin memang sudah berubah menjadi gay.

Anehnya, Jaemin sekarang malah terkekeh pelan. "Ya ampun, Ra! Jangan tegang gitu napa. Lucu banget mukanya.."

"Ya habisnya pertanyaan lo aneh banget!"Pekik Aera lalu melanjutkan kegiatan mengunyah yang sempat terhenti.

Normal | Na Jaemin [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang