Teriakan pilu temannya yang sesaat lalu Jey dengar masih menggema di telinga meskipun yang bersangkutan telah meninggalkan lokasi ledakan yang sempat mengurung tubuh dalam jilatan api. Pergi dalam gendongan seorang kawan yang telah mengubah wujud menjadi serigala besar demi mempercepat dirinya untuk mendapat pertolongan.
Jey beserta seorang lagi yang masih bersamanya lantas menjadi awas kala merasa bahwa apapun yang memicu ledakan itu mungkin saja tak hanya sebuah. Bisa jadi ada banyak jebakan yang telah Ken persiapkan untuk menghalangi mereka menyelamatkan Seokjin. Yang seketika kembali menghadirkan ingatan menyedihkan yang pernah terukir dalam memori.
Dan karena tak ingin berlama terjerembab dalam angannya sendiri, Jey kemudian mengomando koleganya untuk menghampiri pondok tanpa menunggu perintah Sang Alpha yang tak kunjung mengabari. Ia sungguh tak tahu apa yang tengah menghambat Freddy di pack mereka.
.
.
.
Jey bersama temannya memutari pondok kala tak mendapati pintu saat tiba, lalu dibuat terperangah dengan suara debuman dari seseorang yang tubuhnya menghantam dinding dekat tempatnya akan masuk. Membuat indera pendengarannya serasa diuji karena harus mendengar banyak kenyaringan sejak tadi.
Jey terus mengikuti dengan matanya saat orang itu berusaha berdiri dan mempertemukan pandangan keduanya serta nampak hendak berujar.
Itu Leo, ia mengenalinya.
"Mau menonton saja atau ikut membantu, Bung?"
.
.
.
Hutan yang beberapa jam lalu terasa tenang dan hanya dipenuhi dengan bisingnya ucapan diri sendiri dalam kepala kini tampak bak medan perang yang akan meledak kapan saja. Seokjin masih dapat melihat pantulan cahaya dari api bekas ledakan tadi dalam pelariannya. Asapnya mulai menjamah langit yang terlihat akan tampak birunya. Pertanda bahwa pagi akan datang.
Ia terus berlari dengan sedikit mengabaikan kulit yang terus tergores ranting-ranting yang tak kadang berduri. Menorehkan satu dan beberapa sayatan yang menembus mantel pemberian Leo yang masih melekat di tubuhnya. Tetap menapaki jalan tanpa arah dengan raga yang terus menahan perih dan tumpah sedikit darah.
Seokjin tak mampu berbuat banyak barang untuk berpikir sebentar saja dan menjeda tubuhnya yang bergerak tanpa tahu tujuan. Yang ada di otaknya saat ini hanyalah pergi sejauh mungkin dari pondok itu dan berharap tiba sesegera mungkin pada jalan besar di mana orang lain akan menemukan serta menolongnya.
Namun...
Seketika jiwanya bergeming beserta raga yang ikut terpaku. Perih serta sakit di tubuhnya spontan terasa kian menyiksa diri kala sosok yang ia lihat di depan sana terus menyoroti dengan sepasang mata yang berkilau lebih terang dari gelombang api yang meledak tadi. Membuatnya bergidik di sekujur tubuh dan jatuh berlutut sambil memegangi tangan yang terus berdarah. Lalu membiarkan orang itu berlari ke arahnya dengan amat cepat dan menahan tubuhnya yang hampir jatuh ke tanah.
"Akhirnya aku menemukanmu." Katanya.
.
.
.
Jey tak punya pilihan selain berubah wujud ke dalam bentuk serigalanya demi memudahkan melawan vampir gila yang baru saja melempar temannya ke dinding dan hampir menjebol tempat itu, sementara Leo nampak mulai kewalahan meladeni ketangkasan saudaranya yang entah sejak kapan jadi begini kuat. Ia hanya berdoa sembari terus melawan agar Ken tidak mematahkan leher dan mencabut kepalanya karena demi apapun, Ken yang kini dihadapinya benar-benar lebih cepat dibanding sebelumnya.
Jey tentu saja lumayan kesulitan bergerak dengan tubuh hewan besarnya di dalam ruangan itu, hingga ia memutuskan untuk berlari dengan cepat ke arah dinding di depannya dan menjebol sisi itu sampai tampaklah kondisi hutan yang beberapa saat lagi akan disinari pagi. Ia akan berbalik saat di otaknya terbersit sebuah pemikiran, namun Ken dengan tangkas berpindah ke punggungnya dan menancapkan kuku-kuku panjang nan tajam pria itu di sana hingga ia meraung dan hampir terjatuh.
Jey berusaha menggoyangkan tubuhnya dengan kuat agar Ken terjatuh, tapi yang bersangkutan tampaknya telah bertekad untuk bertahan di atasnya. Lalu, satu hal yang tidak ia perhitungan terjadi.
Jey tak mengira bahwa dengan ruangan yang kini terbuka justru membuat Ken yang sedari dari tak gentar melawan mengambil kesempatan saat orang-orang tengah lengah, lalu melesat dengan kecepatan yang tak mampu ia sangka untuk meninggalkan pondok.
"SIAL!"
.
.
.
Ken berpindah dengan begitu ringan dari puncak pohon satu ke pohon lainnya sambil sesekali berhenti dan memperhatikan daratan di bawahnya.
Dari tempatnya berada kini, ia mampu mengendus bau darah Seokjin yang tercium sama wanginya dengan tubuh pemuda itu kala masih bersamanya tadi. Ia hampir terlena oleh angan akan rasa darah itu saat membasahi tenggorokannya, namun segera menyadarkan diri untuk lekas menemukan Seokjin yang ia terka belumlah jauh darinya.
Hutan itu begitu rapat oleh pepohonan dengan sedikit cela yang tampak seperti sebuah labirin besar yang akan menyesatkan siapapun yang tak mengenal wilayah itu. Mustahil Seokjin bisa keluar dengan mudah. Pemuda itu mungkin masih berada di dekat sini. Seperti itulah yang Ken pikirkan kini.
Ia tak butuh peta maupun kompas, karena dengan mengikuti aroma darah Seokjin Ken yakin akan segera menemukan pemuda itu dan membawa yang bersangkutan bersamanya lagi.
.
.
.
Namjoon gemetar hebat saat kakinya menapaki sebuah hunian di depannya yang menguarkan aroma khas kekasihnya dengan amat kuat, sementara ibunya hanya mampu menatap dalam diam walau wajah wanita itu terus gusar seperti sebelumnya.
"Jadi Seokjin ada di sini?"
Seohyung hampir saja roboh usai mendengar pertanyaan anak lelakinya, namun ia mencoba bertahan untuk segera menghampiri Namjoon dan meraih lengan anaknya, "Seokjin PERNAH di sini."
Sepasang mata Namjoon memicing sedikit sembari menatapi ibunya dengan sedikit tak terima.
Baik ayahnya, ibunya, juga si Alpha terus saja memberikan jawaban yang berputar-putar saat ia menanyakan tentang kekasihnya, membuat lidahnya nyaris kelu hingga harus memaksakan diri untuk keluar dari pack itu demi mencari sendiri sang pasangan hidupnya, lalu mendapatkan rumah ini sebagai jawaban pertama usai ia terus bersikeras.
Namjoon tak bisa menyalahkan karena ia sendiri masih mampu mencium bau Seokjin di tempat itu walau ibunya berkata bahwa kini kekasihnya sedang tak di sana. Namjoon hendak masuk untuk mencari petunjuk keberadaan Seokjin saat pintu terbuka dan hampir menerbangkan asa yang sedang berharap akan kehadiran tunangannya di balik sana, namun yang didapatinya ternyata dua sahabat yang tidak ia kira berada di rumah itu.
"Halo, Bro." Jihoon mengangkat sebelah tangannya untuk menyapa, walau rasanya agak aneh karena beberapa bulan ini mereka sering bertemu dengan Namjoon yang sedang lupa ingatan.
Namjoon spontan membalas dengan melambaikan satu tangannya juga walau raut wajahnya malah semakin bingung, lalu berpaling pada Seohyung yang mengerjap seketika, "apa yang mereka lakukan di sini?"
.
.
.
To be continued.30 Mei 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOONCHILD [ Namjin ]
FanfictionEven in the crowd, you will never misunderstand your mate's scent. You will never be able to reject it when that happens to you. It will make you want to run and grab him as fast as you can in your arms. Realize, he is your soul mate. Alternate Univ...