Meet The Pack Pt. 2

2K 427 75
                                    

"Dan kalian sangat lucu dalam keadaan seperti itu." Ujar Elena sembari menghampiri sepasang pemuda yang masih saling berpelukan itu dengan kepala menggeleng dan senyum geli.

Seokjin masih memperhatikan sosok wanita yang tengah berjalan ke arahnya itu dengan heran tanpa merasa terinterupsi dan tahu bahwa posisinya kini mulai memancing tawa jahil beberapa pria di bagian lain lingkungan itu, dan senyum yang terus merekah elok dari pria yang tangannya masih bertengger apik di pinggangnya. Dan Seokjin terus terpaku hingga Elena berhenti tepat di hadapan keduanya dan menyilangkan tangan di depan dada. Seokjin mulai berinterpretasi bahwa wanita ini pastilah semacam pemilik dari rumah yang berada di depannya.

"Sepertinya kau sangat nyaman dengan posisimu sekarang, sweetheart." Ejek Elena dengan kedua obsidian yang terus fokus pada Seokjin hingga perlu mendongak lantaran ukuran tubuhnya yang terbilang mungil.

Seokjin awalnya masih membatu sampai ia merasakan remasan di pinggangnya dan spontan menoleh pada si pelaku. Ia lantas membelalak sebelum akhirnya mendorong Ray dengan geram hingga pria itu terpisah dari posisinya semula.

"Berani-beraninya kau mencuri kesempatan di saat seperti ini, huh?" Cerca Seokjin lantas merapatkan mantelnya demi mengurung tubuh dengan kedua tangannya seolah takut Ray akan melakukan hal lain terhadap tubuhnya.

Entahlah, Seokjin masih tak terbiasa dengan segala afeksi yang Ray berikan padanya. Nyatanya, wajah dan perawakan yang hampir seluruhnya menyerupai Namjoon itu tak dapat dengan mudah membuat Seokjin membuka lebar-lebar kedua tangannya. Ataukah kesendiriannya selama empat tahun ini yang justru telah membuat Seokjin hampir mati rasa dan telah membangun tembok insekuritas tinggi-tinggi akan sentuhan pria lain?

Ray sempat terhuyung saat Seokjin mendorongnya, dan tak butuh banyak tenaga baginya untuk kembali meraih keseimbangan dan berdiri tegak. Entah mengapa perilakunya makin impulsif jika sedang berada di sekitar pemuda itu.

Seringainya muncul kala ia dapat kembali menatap Seokjin dengan mata serigalanya yang sempat berkilat, otot-otot di wajahnya mulai meregang, lalu gigi taring yang sedikit muncul nyatanya tak luput dari perhatian Elena yang semula hanya bisa menyaksikan dengan siul rendah, lalu mulai bergegas menghampiri Ray.

"Jika kau tak bisa menahan hasratmu, akan kuminta para Beta itu menyeret dan mengurungmu." Dan Elena tentu saja bersungguh-bersungguh dengan apa yang diucapkannya. Ia tentu tak ingin menyaksikan pemandangan tak senonoh saat tengah memiliki tamu penting.

Dan ucapan yang terdengar tegas itu rupanya cukup mampu membangunkan Ray dari bayangan gilanya terhadap Seokjin beberapa saat lalu. Jika Seokjin hanya bisa mendorongnya dengan kekuatan yang bahkan tak sepadan dengan yang serigala kecil tadi miliki, Ray rasanya cukup yakin bahwa ia mampu mendorong Seokjin dengan kekuatan penuh ke atas ranjangnya, atau memojokkan pemuda itu ke sisi dinding lalu mencuri sebuah ciuman yang sebenarnya ingin didapatnya pagi ini.

Ia lalu kembali menetapkan fokus pada pemuda berparas cendayan yang masih berdiri dengan tangan memeluk tubuh sendiri, lalu wajah yang terlihat merona entah karena hawa dingin atau karena hal lainnya, lalu mulai menunduk demi menatap Elena yang masih memicing curiga padanya. "Kau boleh memukulku jika aku mulai kehilangan kendali, tapi jangan tega memisahkan aku dari Seokjin."

Kedua alis Elena terangkat tinggi. Kepalanya lantas berputar demi melihat Seokjin yang mulai memperhatikan keduanya dengan raut bingung.

Pemuda yang manis dengan kulit bersih yang tak terlihat terlalu putih. Memiliki jenis wajah yang terlihat menggemaskan dengan mata bulat, pipi yang sedikit berlemak, hidung tinggi, dan bibir penuh. Elena yakin, tanpa menjadi mate-pun Ray tetap akan jatuh cinta pada pemuda itu.

"Aku sebelumnya hanya memintamu membawanya kemari untuk ku jamu beberapa makanan ala para Omega," Elena lantas kembali menatap Ray yang ternyata masih menatapi Seokjin. Dan itu membuatnya harus menusuk rusuk pria tinggi itu dengan kepalan tangan agar dirinya bisa didengarkan, "tapi tak kusangka kau membawanya kemari setelah semalam bersamanya, huh?"

Perkataan Elena membuat Ray mengerjap seketika. Ia berkedip beberapa kali demi menyamarkan degup jantung yang mulai tak teratur. Untung saja ini Elena. Wanita itu tak memiliki kemampuan untuk membaca pikiran layaknya Alpha terhadap para Beta-nya. Namun Ray juga tak mungkin mengatakan bahwa ia telah nekat bertemu seorang vampir dan terlibat perkelahian kecil, dan rasanya otaknya yang telah penuh dengan Seokjin membawanya ke tempat pemuda itu tanpa ia sadari.

Elena hanya mampu menggeleng serta terkekeh geli kala Ray tak mampu menjelaskan alasannya tak pulang semalam, lalu berbalik untuk menghampiri pemuda dengan surai hitam pegam yang masih mematung di tempatnya.

"Ayo masuk, kami akan makan siang bersama sebentar lagi." Ajak Elena pada Seokjin sembari melingkarkan tangannya di lengan pemuda yang hanya bisa menanggapi dengan mata membulat dan tak mampu menolak karena akan terasa tak sopan. Kalau boleh sedikit berkelakar, bukankah suatu kehormatan dapat didaulat untuk makan bersama dengan para werewolf?

Seokjin sempat melirik sekilas ke arah Ray yang tengah memicing ke arahnya dengan hidung yang berkerut sebal, lalu kembali untuk mengikuti ke mana Elena akan membawanya.

"Bukankah seharusnya aku yang menggandeng tangannya?" Gumam Ray sebal walau akhirnya ia tetap mengekor di belakang keduanya.

.

.

.

Seokjin sudah dibuat terpukau saat kakinya pertama kali mulai menginjak beranda rumah besar itu. Wewangian semerbak khas kayu menyambut penghidunya. Bukan aroma asing sebenarnya. Ia telah mencium aroma itu selama tinggal di Smethport, namun entah mengapa aroma kayu di tempat ini terasa asli. Sangat orisinal. Dan Seokjin merasa ia sepertinya akan mampu berbaur dengan baik di tempat ini karena ia menyukai aroma dan suasananya.

Seokjin melihat begitu banyak hiasan-hiasan dinding yang nampak seperti berasal dari suku Indian yang sering dilihatnya pada beberapa film, lalu begitu banyak foto yang terpajang di dinding yang Seokjin yakini merupakan anggota dari pack ini. Lalu Seokjin mulai dibuat penasaran mengenai sistem yang dijalankan dalam pack. Apakah pack ini menganut sistem patriarki atau seperti apa?

Lalu di satu sudut dinding, kedua mata Seokjin tiba-tiba dibuat terbuai pada salah satu foto berpigura di salah satu sudut rumah. Entah mengapa terasa tak asing di matanya. Kedua mata Seokjin terus menyipit demi memperjelas penglihatannya. "Pria di foto itu, apakah ia anggota pack juga?" Tanya Seokjin pada Elena yang masih bersemangat menemani tur secara suka rela itu.

Elena mengikuti arah pandang Seokjin dan menemukan apa yang menarik perhatian pemuda itu. Namun wajahnya memucat seketika kala tahu sosok dalam foto yang coba Seokjin tanyakan. Ia lantas menoleh cepat pada Ray yang masih mengekor di belakang karena tak mampu menemukan alasan untuk berkelit dari pertanyaan Seokjin, dan ia memilih untuk menghindarkan pemuda itu dari tempat ini secepatnya, "bawa Seokjin ke ruang makan, aku harus mengurus beberapa hal."

Ray sendiri awalnya tak mengerti mengapa Elena tiba-tiba terlihat gundah seperti itu. Ia bahkan tak dapat mendengar apa yang wanita itu sedang bicarakan dengan Seokjin tadi hingga wajahnya berupah gelisah seperti itu. Tapi ia hanya bisa menurut begitu merasa kembali memiliki kesempatan untuk berdua saja dengan Seokjin. Dan tanpa seizin si empunya, Ray lantas menggandeng tangan Seokjin begitu saja menjauh dari Elena dan pergi ke arah yang bersebrangan dengan tempat itu.

"Aku akan menghajarmu jika berani macam-macam lagi." Tukas Seokjin sengit walau kali ini tak menolak afeksi yang Ray beri.

Ray sendiri hanya bisa tersenyum remeh. Entah mengapa ancaman Seokjin itu justru terdengar seperti tantangan untuknya. Ia-pun menoleh pada pemuda rupawan itu, "mau bertaruh siapa yang akhirnya akan dihajar?"

.

.

.
To Be Continued.

24 juli 2019.

MOONCHILD [ Namjin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang