Seokjin membuka kedua matanya begitu terburu, spontan, lantaran mimpi aneh yang baru saja ia alami. Seokjin tak terlalu ingat dengan pasti apa yang ia impikan tadi, namun ia merasa sangat sangat awas, seperti ingin melarikan diri dari sesuatu.
Atau seseorang.
Ia mulai mengambil napas sebanyak-banyaknya karena merasa kurang akan stok oksigen di paru-paru, serta hati yang mulai diliputi kegamangan yang membuatnya tak nyaman, dan pening di kepala yang merenggut kestabilannya hingga rasanya terlalu malas untuk bangkit dari tempat tidurnya yang cukup nyaman itu, lalu membenarkan posisi tidur di ranjang berpelitur miliknya.
Tunggu.
Kepala Seokjin terangkat spontan demi memastikan ada di mana dirinya berada kini. Lalu kembali merebahkan tubuh saat tahu bahwa ia tengah berada di kamarnya. Bukan kamar di dalam sebuah lodge dimana ia melakukan hubungan intim dengan Ray.
Deg.
Seokjin segera mendudukkan dirinya. Apa yang baru saja ia pikirkan?
Sex?
Dengan werewolf itu?
Mengapa ia memimpikan hal-hal random semacam itu? Bercinta dengan Ray, lalu bertemu dengan Namjoon yang bersikap aneh padanya. Mengapa mimpi-mimpi itu datang dengan bertubi-tubi dalam satu malam? Apa yang sebenarnya terjadi padanya?
"Oh, kau sudah bangun?"
Seokjin menoleh ke arah pintu kamarnya yang terbuka, dan menemukan sepupunya yang lalu masuk dan melangkah untuk duduk di sisi ranjang tepat di sebelahnya.
"Aku baru saja merasa lega karena melihat kondisimu membaik saat datang ke tempat ini, dan kini aku malah mendengar kau jatuh sakit karena terlalu keras bekerja. Apa yang sebenarnya kau lakukan di toko kecil itu? Tak pernah sekalipun kujumpai seorang pattissier yang tumbang hanya karena terus membuat kue."
Dan ingin sekali rasanya Seokjin menyumpal mulut Yoongi yang terus mengomel layaknya kakek-kakek itu dengan ujung selimutnya.
Eh, tunggu...bilang apa pria itu tadi? Bahwa dirinya sakit karena terlalu lelah bekerja?
Ingin rasanya Seokjin mementahkan semua perkataan Yoongi barusan, namun ia seketika sadar bahwa dirinya sendiripun tak ingat bagaimana ia berakhir di tempat tidurnya.
Seokjin lantas menegakkan tubuhnya, hendak bertanya lebih lanjut pada entitas yang tiba-tiba mengusik paginya dengan mulut cerewet pria itu, mengenai mengapa Yoongi bisa mengatakan hal semacam itu? Namun tak bisa ternyata karena pria itu terus saja mengoceh hingga Seokjin jengah mendengarnya.
"Aku dan Jimin akan kembali ke Korea sore ini, dan kau malah membuat kami merasa tak enak untuk meninggalkanmu begitu saja. Kenapa kau begitu ceroboh hingga tak memperhatikan kesehatanmu? Kau tak ingin kan, jika aku memberitahukan hal ini pada ayah dan ibumu? Bisa-bisa mereka akan memaksamu kembali ke Korea. Kecuali jika kau berjanji padaku kalau kau akan lebih memperhatikan kesehatanmu. Bukan begitu, Jungkook?" Yoongi lantas menoleh pada Jungkook yang baru saja masuk ke kamar Seokjin demi mengantarkan sarapan untuk pemuda itu. Yoongi telah menghapal semua nama penghuni rumah itu, hingga ia dapat menyapa mereka dengan baik.
Wajah Seokjin berubah masam setelahnya. Sepupunya itu, bukannya mengatakan hal-hal baik untuk kesembuhannya, itupun jika ia memang sakit, dan malah memberikan klausul menyebalkan dengan wajah dingin yang Seokjin perkirakan melebihi dinginnya Smethport saat ini.
Jungkook memiringkan kepalanya sedikit, lalu raut wajahnya berubah bingung, terlihat dari keningnya yang mulai berkerut. Ia lantas meletakkan baki berisi segelas susu segar yang telah dihangatkan, serta semangkok bubur yang ia buat sendiri untuk Seokjin. Karena jelas Mino ataupun Jihoon takkan bisa diandalkan untuk membuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOONCHILD [ Namjin ]
FanfictionEven in the crowd, you will never misunderstand your mate's scent. You will never be able to reject it when that happens to you. It will make you want to run and grab him as fast as you can in your arms. Realize, he is your soul mate. Alternate Univ...