Help

2.2K 423 36
                                    

"Dia bukan Namjoon. Namanya Raymond, dan dia adalah seorang werewolf."

Seokjin menghela napas panjang, dalam, dan lama. Andai saja kumpulan diksi itu dapat diutarakannya dengan mudah dan lantang, maka Yoongi dan Jimin takkan lagi menuntut penjelasan perihal pria yang sangat mirip dengan Namjoon itu. Terlebih Yoongi yang keras kepala itu akan mempercayai teori mengenai doppelgänger jika memang Ray dan Namjoon bukanlah orang yang sama setelah terus berceloteh mengenai melakukan tes DNA.

Tidak. Seokjin tak butuh melakukan tes DNA pada Ray karena ia telah diperlihatkan secara langsung bagaimana mudahnya pria itu berubah menjadi sesosok serigala besar tepat di depan matanya. Hal itu menunjukkan bahwa Ray telah seperti itu sejak lahirnya. Setidaknya seperti itulah yang mampu Seokjin simpulkan. Sedangkan ia telah mengenal Namjoon-nya dari semenjak belia, lalu mulai beranjak dewasa, sampai mereka memutuskan untuk tinggal bersama. Dan Seokjin tak pernah melihat satupun hal aneh terkait Namjoon-nya.

Tak satupun.

Ray masih bersandar di sisi dinding dekat pintu masuk ruang tengah dimana Seokjin dan dua saudaranya tengah berdebat mengenai dirinya. Tak bermaksud menguping, namun rasanya ia butuh tahu apa yang ketiganya bicarakan. Hatinya mulai merasa tak nyaman lantaran perasaan Seokjin yang tersalur secara tak langsung ke dalam dirinya. Ia kasihan pada Seokjin, tapi ini adalah pembicaraan antara anggota keluarga, dan bukan kapasitasnya untuk ikut campur.

Ray menghembuskan napas perlahan. Pagi ini ia terbangun dari tidurnya seolah usai bermimpi indah. Ia begitu menikmati tidurnya hingga sadar bahwa ranjang tempatnya terbaring bukanlah ranjang yang biasa ia tempati. Rasanya nyaman, namun juga aneh. Sampai akhirnya ia terbangun setelah sinar matahari menerobos masuk melewati kelopak matanya. Dan ia hendak mengajukan keberatan pada Jey karena mengira temannya itulah yang telah mengusik tidurnya yang damai. Hingga tanpa sengaja matanya terbuka perlahan dan mendapati siluet yang begitu indah berdiri tepat di balik jendela tengah menyingkap satu lagi tirai dan membiarkan cahaya matahari merangsek masuk dan bertabrakan dengan tubuh indah itu. Dan untuk sesaat ia begitu berharap bahwa sosok itu adalah Seokjin. Dan jika itu benar, Ray bersumpah ia akan siap jika harus mati saat itu juga.

"Ah, apa aku membangunkanmu?"

Ray menenggak salivanya, lalu mendudukkan dirinya seketika.

Itu suara Seokjin? Tapi...

Dan ia mulai melihat sosok itu berjalan ke arahnya dan duduk di sisi ranjang. "Jadi bisa ceritakan bagaimana kau bisa berakhir tak sadarkan diri di depan rumahku?"

Tidak. Ini bukan mimpi. Orang di dalam mimpi takkan bertanya seserius dan sedetail itu.

Ray lantas mengusap kedua matanya agar ia dapat melihat dengan jelas. Dan ketika penglihatannya perlahan membaik, ia mulai mengitari ruangan tempatnya berada dengan sepasang netra kelamnya, dan menyadari jika ini benar bukanlah kamarnya. Jadi orang yang bertanya padanya itu benar Seok...

Ray terkesiap. Ia meremat cukup keras permukaan ranjang. Pantas saja tidurnya terasa begitu nyaman. Dan aroma harum musk yang terus menyelimuti itu ternyata berasal dari mate-nya? Tapi, bagaimana bisa ia sampai di sini? Hal terakhir yang diingatnya adalah pertemuannya dengan Ken di Hutan Allegheny.

Tapi, peduli setan. Ia sedang bersama Seokjin kini, dan itu membuatnya ingin segera merengkuh pemuda itu dalam pelukannya. Dan tanpa sadar Ray sudah bergerak merangkak di atas kasur untuk mendekati Seokjin, namun pemuda itu rasanya masih teringat pengalaman terakhirnya dengan Ray, dan dengan cekatan ia segera menghindar dan menjauh dari ranjang.

"Berani menyentuhku seperti waktu itu lagi, aku bersumpah akan meneriakimu orang mesum." Ancam Seokjin dengan satu telapak terangkat di depan dada. Berharap pria di atas ranjangnya itu tak bertindak lebih jauh.

MOONCHILD [ Namjin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang